
Senja di Muara Padang
Oleh: M. Subarkah
Senja menetes di ujung muara
Langit berwarna kunyit bercampur saga
Perahu-perahu pulang membawa cerita
Sungai Batang Arau tenang menyapa
Di ujung dermaga riuh camar
Menyulam angin dengan sayap sabar
Jalan-jalan sempit beraroma rempah
Menyelinap di antara rumah-rumah tua
Jejak pedagang masih basah
Di batu-batu yang dingin merona
Kota ini menyimpan rindu yang purba
Dalam kicau burung dan selimut kabut
Padang, namamu mengalir di dada
Serupa sungai tak pernah surut
Padang di Bawah Payung Mendung
Oleh: M. Subarkah
Padang kota yang menjinjing langit kelabu,
di bawah payung mendung para pejalan kaki mengendap-endap
seperti rahasia yang tak kunjung diucapkan.
Trotoar retak adalah kitab tua,
mencatat jejak yang tak pernah sempat pulang.
Di tepian jalan, sate dan asapnya seperti doa
yang gugur sebelum sampai ke langit.
Dan kota ini, entah lebih mencintai gerimis
atau diam-diam merindu pada terik yang sudah lama ia usir.
Sajak Getir
Oleh: M. Subarkah
Debur laut menyisir pasir
Menulis nama-nama yang lekas pudar
Batu Malin Kundang berdiri kaku, getir
Menatap kota yang selalu berputar.
Riak air membawa suara legenda
Menyelusup di antara ombak dan karang
Kota Padang menyimpan luka dan tawa
Di bawah langit yang tak pernah hilang.
Di balik bukit hijau, sunyi bersembunyi
Matahari mencumbu ujung laut biru
Langit menjatuhkan cahaya pelangi
Mewarnai kota dengan rindu yang syahdu.
Oh Padang, kota di ujung cerita
Tempat legenda berdiam di dada
Ombakmu tetap menggumam rahasia
Yang hanya laut dan langit bisa membaca.
Rindu yang Tersesat di Simpang Haru
Oleh: M. Subarkah
Di Simpang Haru
Aku mencium bau asin entah dari laut
Entah dari keringat orang-orang yang pulang terlalu larut,
terlalu letih untuk lagi berbicara tentang cinta.
Padang, kau menulis rindu di tembok-tembok pecah,
menggantungnya di kabel listrik,
menggiringnya ke pasar yang riuh dan jalan yang sesak lalu pura-pura lupa.
Rindu yang kukirim padamu tersesat di persimpangan,
dihalau pedagang gorengan,
digelapkan sopir ojek yang muram.
Padang, tolong, jangan selalu begini getir.
Biodata Penulis:
M. Subarkah lahir di Bengkalis, Agustus 2002. Ia merupakan alumni Sastra Indonesia angkatan 2020 dan pernah aktif di berbagai kegiatan seni dan kepenulisan di Universitas Andalas.