Padang, Scientia.id – Tawuran pelajar di Sumatera Barat semakin marak dan meresahkan. Insiden terbaru yang terjadi pada 2 Maret 2025 di Simpang Haru, Kota Padang, menjadi bukti bahwa fenomena ini belum terkendali. Belasan pelajar terlibat aksi saling Serang di jalan umum, mengganggu kenyamanan masyarakat dan pengendara yang melintas. Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Sumatera Barat, Metra Wiranda Putra menilai tawuran ini sebagai persoalan serius yang harus segera ditangani bersama.
“Kita prihatin melihat anak-anak muda yang seharusnya fokus belajar dan memperbaiki diri di bulan Ramadhan, malam terlibat tawuran. Ini menunjukkan ada yang perlu dibenahi dalam pembentukan karakter generasi muda,” ujar Metra pada Scientia.id, Rabu (12/3).
Metra menilai bahwa maraknya tawuran bukan sekadar kenakalan remaja biasa, tetapi juga menunjukkan lemahnya pengendalian diri individu. Banyak pelajar yang mudah terprovokasi dan mencari pelampiasan dalam bentuk kekerasan. Selain itu, pengawasan orang tua yang kurang optimal juga menjadi faktor utama yang membuat anak-anak bebas bergaul tanpa batasan.
“Banyak orang tua yang kurang mengontrol anaknya, terutama saat di luar rumah. Mereka tidak tahu anak-anaknya berkumpul dengan siapa dan apa yang mereka lakukan,” tambah Metra.
Metra juga menyoroti lingkungan dan pergaulan yang tidak sehat sebagai pemicu tawuran. Ia menilai bahwa pendidikan karakter di sekolah belum sepenuhnya membentuk mental dan akhlak pelajar, sehingga banyak pelajar yang tidak memiliki bekal dalam menyelesaikan konflik secara damai. Kurangnya wadah penyaluran bakat dan minat juga menyebabkan energi mereka tidak tersalurkan ke hal yang lebih bermanfaat.
Sebagai langkah nyata dalam membangun karakter pelajar, IPNU Sumatera Barat telah menggelar Kaderisasi Latihan Kader Muda (Lakmud) Raya se-sumatera Barat. Kegiatan ini diikuti oleh pelajar dari berbagai daerah dan bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kepemimpinan, toleransi serta keterampilan dalam menyelesaikan konflik secara konstruktif.
“Kami ingin membuat generasi pelajar yang lebih sadar dan bertanggung jawab. Jika mereka memiliki pemahaman yang baik tentang kepemimpinan dan penyelesaian konflik, mereka tidak akan mudah terprovokasi untuk melakukan tawuran,” jelas Metra.
Selain itu, IPNU juga telah melakukan audiensi dengan Polda Sumbar serta beberapa lembaga pendidikan guna membahas solusi jangka panjang terhadap kenakalan remaja. IPNU juga aktif melakukan kampanye digital dan sosialisasi langsung pada pelajar untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya tawuran.
Metra menegaskan bahwa upaya pencegahan tawuran tidak bisa hanya dilakukan oleh sekolah atau pemerintah saja. Menurutnya, keluarga, lingkungan dan komunitas keagamaan juga harus berperan aktif. Oleh karena itu, ia mendorong pemaksimalan Pesantren Ramadhan sebagai ruang pembinaan karakter bagi pelajar.
“Pesantren Ramadhan harus menjadi wadah yang lebih dari sekadar mengaji. Di sana, pelajar bisa mendapatkan pembinaan karakter, belajar menyelesaikan konflik dengan baik, serta menanamkan nilai-nilai perdamaian,” kata Metra.
Metra juga berharap orang tua lebih aktif mengawasi anak-anak mereka selama Ramadhan dengan membuat jadwal kegiatan positif agar waktu mereka tidak terbuang sia-sia.
“Kalau anak-anak sibuk dengan kegiatan yang bermanfaat, mereka tidak akan punya waktu untuk tawuran atau terlibat dalam aktivitas negatif lainnya,” tutup Metra.
Baca Juga: PC IPNU Pasaman Gelar Konfercab, Riski Aldi Terpilih Sebagai Nahkoda Baru
Dengan adanya Sinergi antara keluarga, sekolah, komunitas keagamaan dan pemerintah, diharapkan fenomena tawuran pelajar di Sumatera Barat bisa ditekan dan generasi muda dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. (tmi)