
Secara umum, pengguna bahasa Indonesia mengetahui bahwa kata ini berfungsi sebagai kata ganti penunjuk untuk benda yang dekat dari pembicara, sedangkan kata itu berfungsi penunjuk untuk benda yang jauh dari pembicara. Ketika menggunakan kata ini atau itu, perhatian terhadap posisi hanya difokuskan antara pembicara dan benda yang dimaksud. Dalam hal ini, posisi pendengar (mitra bicara) tidak menjadi acuan, meskipun benda itu dekat atau jauh dari si pendengar. Kalimat yang lazim terdengar dalam penggunaan kata ini atau itu adalah:
- Ini adalah buku saya.
- Ini adalah ruangan yang akan kita gunakan untuk seminar nanti.
- Itu adalah rumah guru saya.
- Itu adalah buku ayah saya.
Kata ini atau itu tergolong dalam kelas kata pronomina (kata ganti). Kata-kata lain yang juga termasuk ke dalam kelas kata ganti, seperti saya, aku, anda, kamu, dia, kita, kami, mereka, begini, dan begitu. Setiap pronomina memiliki fungsinya masing-masing. Ada pronomina yang berperan sebagai kata ganti orang (seperti saya, kamu, dan mereka), kata ganti kepemilikan (seperti -ku, -mu, dan -nya), dan kata ganti penunjuk (seperti ini, itu, begini, dan begitu). Untuk edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini, kita akan memfokuskan pembahasan pada kata ini dan itu.
Kata ini di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memiliki tiga makna. Akan tetapi, makna yang berkaitan dengan pembahasan kali ini adalah “kata penunjuk terhadap sesuatu yang letaknya tidak jauh dari pembicara”, sedangkan kata itu di dalam KBBI memiliki dua makna, yaitu “kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yang jauh dari pembicara” dan “demikian itu”.
Dari penjelasan makna yang terdapat di dalam KBBI sudah terlihat jelas bahwa kata ini dan itu adalah kata ganti penunjuk. Apa yang digantikannya? Referen yang digantikannya adalah suatu benda. Benda yang digantikan oleh kata ini atau itu bukan hanya benda mati, tetapi juga benda hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan. Dengan demikian, kita akan masuk ke dalam pembahasan kata ini dan itu yang lebih luas.
Kata ini atau itu yang mengkhususkan suatu benda yang tidak memiliki keterangkan spesifik
Kata ini dan itu bisa berdiri sendiri untuk menempati salah satu unsur di dalam kalimat, yaitu subjek dan objek. Berikut ini adalah contoh kata ini dan itu sebagai subjek dan objek:
- Ini tidak dijual (ini sebagai subjek).
- Itu adalah kampus saya (itu sebagai subjek).
- Saya ingin membeli itu (itu sebagai objek).
- Dia selalu melihat itu (itu sebagai objek).
Tidak hanya bisa berdiri sendiri, kata ini dan itu juga bisa dilekatkan setelah kata benda (nomina) untuk menjadi sebuah frasa di dalam kalimat. Fungsi kata ini dan itu yang dilekatkan di dalam sebuah kalimat adalah sebagai keterangan untuk benda yang tidak memiliki identitas khusus. Kita bisa membaca contoh berikut:
- Semangka adalah buah.
- Buah Semangka ada yang berbji dan ada juga yang tidak berbiji.
Pertama, kita akan fokus kepada kata semangka. Kata semangka di dalam dua kalimat tersebut merujuk buah semangka secara umum sebab tidak ada keterangan tambahan. Dengan demikian, ketika membaca dua kalimat tersebut, kita bisa memahami bahwa semangka yang dimaksud adalah buah semangka pada umumnya atau secara keseluruhan. Hal ini berbeda dengan kalimat berikut:
- Buah semangka di Kota A lebih mahal daripada semangka di Kota B.
- Saya suka semangka yang berwarna kuning.
Di dalam dua kalimat tersebut, kata semangka tidak lagi merujuk pada buah semangka secara umum, tetapi sudah spesifik karena memiliki keterangan, yaitu “semangka di Kota A”, “semangka di Kota B”, dan “semangka yang berwarna kuning”. Dengan demikian, sebuah keterangan bisa mengkhususkan benda yang dimaksud. Lalu, bagaimana jika tidak ada keterangan khusus? Di sinilah kata ini dan itu berperan. Kita bisa membandingkannya dengan contoh-contoh kalimat berikut:
- Semangka lebih besar daripada jeruk.
- Semangka ini lebih kecil daripada jeruk.
- Semangka lebih kecil daripada jeruk.
Ada tiga kalimat yang hampir mirip, tetapi konteksnya sangat jauh berbeda. Pada kalimat pertama, tidak ada kata ini. Kalimat pertama bisa diterima dengan baik karena hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa ukuran semangka (pada umumnya) memang lebih besar daripada jeruk (pada umumnya). Pada kalimat kedua, ada kata ini. Kalimat kedua hampir mirip dengan kalimat ketiga. Akan tetapi, pada kalimat ketiga, tidak ada kata ini. Secara logika, kalimat kedua bisa diterima dengan baik, sedangkan kalimat ketiga tidak. Kata ini di dalam kalimat kedua berfungsi untuk mengkhususkan semangka yang dimaksud (artinya hanya semangka yang ini, bukan semangka pada umumnya). Oleh sebab itu, konteks kalimat kedua bisa diterima (meskipun lebih kecil daripada jeruk). Namun, jika kata ini dihilangkan seperti kalimat ketiga, konteks kalimatnya tidak bisa lagi diterima. Hal ini terjadi karena hilangnya kata ini menyebabkan semangka itu tidak spesifik lagi.
Kata ini dan itu bisa menggantikan sebuah keterangan untuk mengkhususkan suatu benda. Ketinggalan kata ini atau itu di dalam sebuah kalimat bisa memberi dampak yang besar, misalnya dalam kalimat “Murid lebih pintar daripada gurunya”. Kalimat ini seolah berlaku untuk semua murid pada semua situasi. Pernyataan ini bisa menimbulkan banyak tafsir dan juga polemik. Jika ditambah dengan kata ini dan itu, kalimat tersebut tidak akan menimbulkan polemik karena kalimatnya berbunyi, “Murid itu lebih pintar daripada gurunya”. Kata itu mengkhususkan hanya murid tersebut, tidak untuk semua murid. Dengan demikian, pada kalimat ini, orang-orang akan memahami konteks bahwa murid tersebut memang terlahir sangat genius.
Kata ini atau itu yang lebih memfokuskan suatu keterangan pada objek tertentu
Suatu benda, ada yang bersifat umum, ada juga yang bersifat khusus. Kekhususan suatu benda biasanya ditandai dengan keterangan tambahan atau kepemilikan. Kita bisa mengambil salah satu kata umum, yaitu buku yang bisa menjadi lebih spesifik bila ditambah keterangan seperti buku bahasa Indonesia, buku sejarah, buku saya, dan buku ayah saya. Ada kalanya juga, nomina (kata benda) bisa ditambah dengan keterangan berupa adjektiva (kata sifat) atau verba (kata kerja). Dalam hal ini, kita memerlukan kata yang, seperti buku yang berwarna merah, buku yang ditulis oleh ayah saya, buku yang ada di perpustakaan, dan buku yang tebal. Contoh lainnya adalah kata perempuan. Kata ini bisa ditambah keterangan khusus menjadi perempuan Indonesia, perempuan Minangkabau, dan perempuan zaman dulu. Selain itu, kata ini juga bisa ditambah keterangan dengan yang, yaitu perempuan yang baik, perempuan yang pintar, perempuan yang sedang membaca buku, perempuan yang bekerja, dan perempuan yang sedang berolahraga.
Sesuai dengan pembahasan kali ini, apakah kata ini dan itu masih bisa ditambahkan kepada frasa nomina yang sudah spesifik (sudah ditambah yang)? Dalam tuturan sehari-hari hal ini lumrah dilakukan, seperti:
- Tadi, perempuan yang berbaju kuning itu bertanya kepada saya bagaimana cara pergi ke bandara.
- Kakak laki-laki saya jatuh cinta pada perempuan yang berambut panjang itu.
Mengapa kata ini atau itu masih bisa ditambahkan, padahal kata perempuan sudah memiliki keterangan khusus di dalam dua kalimat tersebut? Jawabannya, kata ini dan itu membuat konteksnya menjadi lebih fokus lagi. Kita bisa mengambil contoh kalimat nomor dua, “Kakak laki-laki saya jatuh cinta pada perempuan yang berambut panjang itu”. Jika kata itu kita hilangkan, maknanya tidak fokus sasaran pada orang tertentu. Kalimat ini memiliki konteks bahwa perempuan yang berambut panjang adalah tipe ideal dari kakak laki-laki pembicara, tetapi tidak jelas yang mana orangnya. Dengan demikian, kata itu membuatnya menjadi lebih pasti pada objek tertentu.
Dari pemaparan ini, kita bisa menyadari bahwa satu kata memang memiliki makna yang kuat. Kehadirannya bisa membuat konteks tertentu menjadi berbeda. Oleh sebab itu, kesalahan atau kekurangan kata dalam kasus salah ketik, berkemungkinan bisa mengubah konteks dari apa yang dimaksudkan sebelumnya. Semoga dari pemaparan ini, kita bisa belajar untuk memilih kata yang tepat untuk kalimat yang efektif dan efisien agar tidak menimbulkan banyak makna atau salah konteks. Semoga bermanfaat.