
Sejak Chat GPT populer sebagai salah satu artificial intellingence (AI), para akademisi, terutama mahasiswa mulai marak menyebut nama-nama aplikasi yang dapat membantu tugas-tugas kuliah. Ada banyak nama dengan banyak singkatan. Singkatan-singkatan tersebut bervariasi dilafalkan. Ada yang dilafalkan dengan bahasa Indonesia, ada juga yang dilafalkan dengan bahasa Inggris.
Contoh-contoh tersebut dapat dilihat pada GPT yang dilafalkan sebagai [ji-pi-ti] dan AI dilafalkan dengan [ei-ai]. Namun, pada situasi lain, AI juga ada yang dilafalkan dengan [a-i]. Variasi-variasi pelafalan tersebut tentu saja menimbulkan kegelisahan bagi sebagian ahli bahasa, khususnya dalam perkembangan bahasa Indonesia. Pelafalan dengan bahasa asing dapat mengurangi rasa cinta terhadap bahasa Indonesia. Namun, masyarakat yang mengenali singkatan GPT dan AI sebagai singkatan dari bahasa Inggris sudah terlanjur melafalkan singkatan tersebut dengan huruf-huruf bahasa Inggris. Namun, di sisi lain, pelafalan singkatan bahasa Inggris tersebut tentu saja menyebabkan kebingungan. Jika GPT dan AI dibaca [ji-pi-ti] dan [ei-ai], bagaimana dengan pelafalan WHO? Kita tidak pernah melafalkan singkatan dari World Health Organization dengan huruf bahasa Inggris, malah mengucapkan dengan huruf bahasa Indonesia, yakni [we-ha-o].
Holy Adib, pengamat bahasa Indonesia, pernah membahas pelafalan singkatan asing ini dalam tulisannya yang berjudul “Gibran, SGIE, dan Lafal Singkatan Bahasa Asing”. Dalam tulisan tersebut, ia menegaskan bahwa Gibran sudah melafalkan SGIE dengan benar sebagai [es-ge-i-e] dalam debat cawapres pada 22 Desember 2023. Holy Adib merujuk pada analisis yang dilakukan oleh J. S. Badudu pada tahun 1981 dalam esai yang berjudul “Membina Bahasa Indonesia Baku Seri I” dan pada tahun 1983 dalam esai yang berjudul “Bagaimana Kata Singkatan Dilafalkan”. J. S. Badudu menjelaskan bahwa singkatan bahasa asing harus dilafalkan sesuai dengan pelafalan huruf dalam bahasa Indonesia. Pelafalan singkatan bahasa asing dengan huruf bahasa asing akan menimbulkan masalah baru, terutama dalam melafalkan singkatan-singkatan yang berasal dari bahasa-bahasa yang tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Akhir-akhir ini, singkatan bahasa asing dalam bahasa Indonesia memang banyak berasal dari bahasa Inggris. Namun, tidak menutup kemungkinan akan muncul singkatan-singkatan dari bahasa asing yang selama ini berperan dalam perkembangan ekonomi dan perkembangan teknologi di Indonesia, seperti Korea, Jepang, Cina, Thailand, dan Vietnam. Hal itulah yang disampaikan J. S. Badudu bahwa pelafalan singkatan asing oleh masyarakat Indonesia akan bermasalah jika menggunakan bahasa sumbernya karena tidak semua bahasa asing dikenali oleh masyarakat Indonesia, seperti bahasa Norwegia dan bahasa Cekoslavia.
Dengan demikian, tampak bahwa singkatan-singkatan dari bahasa asing wajib dilafalkan dengan menggunakan huruf-huruf dalam bahasa Indonesia. Singkatan-singkatan dari bahasa asing sangat potensial tumbuh dalam ranah pendidikan, khususnya berkenaan dengan istilah-istilah keilmuan yang secara masif berasal dari bahasa Inggris. Di bidang komputer misalnya, perkembangan artificial intellingence (AI) sangat cepat terjadi karena teknologi-teknologi terbaru dapat memecahkan masalah kognitif yang berkaitan dengan kebutuhan manusia, baik di bidang perbankan, pendidikan, dan teknologi digital.
Singkatan GPT dan AI yang kita kenali selama ini tentu harus dibaca [ge-pe-te] dan [a-i] dalam bahasa Indonesia. Pada tahap awal, akan terasa janggal ketika mengubah singkatan bahasa Inggris yang terbiasa dilafalkan dengan huruf bahasa Inggris menjadi singkatan-singkatan yang dilafalkan dengan huruf bahasa Indonesia. Namun, hal ini hanya persoalan kebiasaan. Pelafalan [a-i] menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia bisa memperbaiki kebiasan tersebut.
Awal-awal dikenal masyarakat Indonesia, hampir semua orang dengan latah melafalkan [ei-ai] dan menolak pelafalan [a-i]. Namun, peran para akademisi yang terus-menerus membiasakan pelafalan [a-i] menyebabkan kata ini diterima dengan baik. Kebiasaan melafalkan GPT yang merupakan singkatan dari Generative Pre-trained Transformer ini tentu dapat diubah. Semakin sering dilafalkan dengan huruf bahasa Indonesia, penerimaan yang janggal terhadap lafal tersebut akan menghilang. Proses itulah yang penting dalam dunia pendidikan, yakni mengubah hal-hal yang tidak diketahui sebelumnya menjadi hal-hal yang benar sesuai dengan kriteria atau standardisasi tertentu.
Kesadaran untuk melafalkan singkatan bahasa Inggris dengan huruf bahasa Indonesia akan mengubah kebiasan-kebiasan pelafalan lain dalam diri kita yang selama ini sudah salah. Salah satu perubahan tersebut dapat dilihat pada pelafalan GPS yang merupakan singkatan dari Global Positioning System. GPS sebagai sistem navigasi berbasis satelit ini sangat sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam penggunaan transportasi. Namun, sangat sedikit masyarakat yang melafalkan [ge-pe-es]. Lebih banyak orang melafalkan singkatan asing tersebut dengan huruf bahasa Inggris berupa [ji-pi-es].
Dengan menyadari bahwa singkatan bahasa Inggris harus dilafalkan dengan huruf bahasa Indonesia, pelafalan sejumlah singkatan asing yang sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita dapat diperbaiki secara perlahan. Perlu upaya juga dalam mempopulerkan singkatan tersebut, misal dengan memberikan deskripsi atau penjelasan mengenai singkatan tersebut, seperti kepanjangannya apa dan berkenaan dengan ranah apa. Deskripsi ini penting karena jumlah singkatan asing yang diterima oleh masyarakat Indonesia saat ini sangat banyak dan terus bertambah tanpa jeda. Memberikan deskripsi singkat akan memberi pengetahuan baru kepada lawan bicara kita.