Gagak dan Merpati
Hei, lihatkah kau di sana! Di antara
cecabang hitam beku musim dingin
Seekor gagak dan seekor merpati
bertengger di dahan yang sama
Watak dan rupa mereka berbeda
Cobalah terka
sedang beretorikakah mereka
Sampai mana kau bisa terbang saat ini?
Sudah ke mana sajakah dirimu berkelana?
Pernahkah kau disentak badai?
Atau sayapmu pernah patah
dan terjatuh menghempas tanah?
Syukurlah sekarang kita baik-baik saja.
Lalu mereka tertawa bersama.
Entahlah, aku pun juga tak tahu, hanya menerka
Setidaknya saat ini mereka bisa berbagi kehangatan
sembari menanti bunga dahlia bermekaran.
Heidelberg, 2021
Pulang
Mereka yang bingung akan tanahnya
yang telah dihantam
Pulang adalah kata yang mahal
Hingga mereka tak tahu ke mana melangkah
Layaknya selembar daun
gugur bersama angin yang berbaur
Pelik, semuanya menjadi asing dan terasing
Pulang, sepertinya mereka harus menghapus
kata itu dari ingatan
karena kampung halaman kini hanyalah
di mana mereka memijakkan kaki.
Heidelberg, 2021
Pujangga
Pujangga-pujangga yang terbelenggu
dalam sepinya
Sendu melamunkan rembulan
bak seekor pungguk
Terjebak drama-drama romansa klise
Mendendangkan senandung rindu majnun
yang teraniaya cinta laila
Dan malam pun terlarut padanya
membiarkannya terlelap
Hingga waktu membeku tak bernyawa
dan mimpi-mimpinya menjadi nyata
Selamanya
Heidelberg, 2021
Biodata:
Fatta Adiba Arif lahir di Padang, Sumatera Barat. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di Jerman tepatnya di Universitas Kaiserslautern, Kota Kaiserslautern. Hanya orang biasa yang mencoba kembali memahami sastra. Semoga bisa berbagi di dalam kata dan berkarya demi Indonesia.
Sendu Gugur di Negeri Jauh
Oleh Ragdi F. Daye
(buku terbaru yang memuat puisinya Sebuah Usaha Memeluk Kedamaian, 2021)
Pulang, sepertinya mereka harus menghapus
kata itu dari ingatan
karena kampung halaman kini hanyalah
di mana mereka memijakkan kaki
Puisi adalah misteri yang menggoda untuk dinikmati. Layaknya negeri asing yang baru pertama kali dijejaki, sekalipun punya banyak persamaan dengan negeri sendiri, bentangan pemandangan di depan mata akan memancing perhatian untuk menjelahi, menelisik apa yang serupa dan mencari mana yang belum pernah dijumpa. Pencarian dan penghubungan dengan koleksi pengalaman batin personal akan membentuk pengalaman baru dengan kesan kontekstual.
Secara etimologis, istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10).
Pada edisi kali ini, Kreatika memuat tiga buah puisi dari Fatta Adiba Arif, seorang mahasiswa Minang yang sedang menuntut ilmu di Jerman. Ketiga puisi tersebut berjudul “Gagak dan Merpati”, “Pulang”, dan “Pujangga”. Puisi-puisi pendek ini menjadi variasi aktivitas literasi bagi sang penulis yang bergelut dengan ilmu eksakta.
Puisi pertama berlatar musim dingin yang mengingat riwayat hidup penulis dapat dibayangkan seberapa gigil dan bekunya. Peristiwa di dalam puisi ini menggambarkan seorang manusia yang memperhatikan dua ekor burung dari jenis berbeda hinggap di dahan yang sama. Perhatian ini menggugahnya untuk mengajukan pertanyaan retoris, apakah kedua unggas tersebut sedang berkomunikasi kayaknya orang-orang negeri timur yang suka bertukar sapa dan bercerita ketika bertemu orang lain saat berhenti dalam perjalanan meski tidak saling kenal mengenal sebelumnya. Basa-basi yang humanis tersebut dibawakan ke dunia burung yang di dalam sitem ekosistem kadang pada klasifikasi makanan yang berbeda.
Pertanyaan-pertanyaan dialog imajiner burung tersebut gagak dan merpati tersebut berkenaan dengan kemampuan terbang masing-masing atau perjalanan yang akan ditempuh, seberapa banyak perjalanan yang sudah dilakukan, dan rintangan-rintangan seperti apa saja yang telah dihadapi. Mahayana (2015: 14) berpendapat bahwa puisi bukan sekadar ekspresi perasaan dari suara hati yang terdalam, melainkan pergulatan estetis dan tarik menarik perasaan yang melimpah. Gejolak perasaan tersebut harus dikendalikan dan diintegrasikan pada pemikiran intelektual yang berkualitas. Memaknai pendapat tersebut, puisi tidak hanya memaparkan untaian kata-kata yang tersusun berirama, tetapi memperhitungkan kualitas isi sebagai ekspresi kemampuan intelektual.
Larik-larik pertanyaan sederhana ‘Sampai mana kau bisa terbang saat ini?/ Sudah ke mana sajakah dirimu berkelana?/ Pernahkah kau disentak badai?/ Atau sayapmu pernah patah/ dan terjatuh menghempas tanah?/ Syukurlah sekarang kita baik-baik saja’ mengandung harmonisasi kehidupan dengan kepedulian antarsesama. Bait ini juga menunjukkan kebutuhan sesama makhluk bumi untuk berbagi tempat dan melakukan interaksi positif sengan lingkungan sekitarnya. Situasi musim dingin tentu sangat berat karena tak ada sinar matahari yang menghangatkan. Namun, Fatta menggambarkan suasana berat tersebut secara optimistis: Setidaknya saat ini mereka bisa berbagi kehangatan/ sembari menanti bunga dahlia bermekaran.
Tak kalah dengan puisi pertama, puisi “Pulang” juga dapat ditangkap sebagai respons penulis terhadap situasi konflik, seperti krisis yang tengah mendera bangsa Palestina. Penjajahan Israel membuat banyak warga Palestina yang kehilangan keluarga sanak saudara dan rumah tempat tinggal. Agresi Israel yang menghancurkan kota dan membunuh ratusan warga Palestina diungkapkan Fatta dengan sendu: Pulang, sepertinya mereka harus menghapus/ kata itu dari ingatan/ karena kampung halaman kini hanyalah/ di mana mereka memijakkan kaki.
Sebagaimana karya seni lainnya, puisi dapat dijadikan wahana untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan respons terhadap fenomena yang terpapar di sekitar kehidupan. Perbendaharaan kata-kata, kekayaan pengalaman, dan ketajaman ide yang akan memperkuatnya.[]
Catatan:
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.
Discussion about this post