Selasa, 01/7/25 | 08:33 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KREATIKA

Puisi-puisi Fatta Adiba Arif dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Minggu, 20/6/21 | 07:21 WIB

Gagak dan Merpati

Hei, lihatkah kau di sana! Di antara
cecabang hitam beku  musim dingin
Seekor gagak dan seekor merpati
bertengger di dahan yang sama
Watak dan rupa mereka berbeda
Cobalah terka
sedang beretorikakah mereka
Sampai mana kau bisa terbang saat ini?
Sudah ke mana sajakah dirimu berkelana?
Pernahkah kau disentak badai?
Atau sayapmu pernah patah
dan terjatuh menghempas tanah?
Syukurlah sekarang kita baik-baik saja.
Lalu mereka tertawa bersama.
Entahlah, aku pun juga tak tahu, hanya menerka
Setidaknya saat ini mereka bisa berbagi kehangatan
sembari menanti bunga dahlia bermekaran.

Heidelberg, 2021

Pulang

Mereka yang bingung akan tanahnya
yang telah dihantam
Pulang adalah kata yang mahal
Hingga mereka tak tahu ke mana melangkah
Layaknya selembar daun
gugur bersama angin yang berbaur
Pelik,  semuanya menjadi asing dan terasing
Pulang, sepertinya mereka harus menghapus
kata itu dari ingatan
karena kampung halaman kini hanyalah
di mana mereka memijakkan kaki.

Heidelberg, 2021

BACAJUGA

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 01/6/25 | 06:46 WIB
Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 27/4/25 | 16:31 WIB

Pujangga

Pujangga-pujangga yang terbelenggu
dalam sepinya
Sendu melamunkan rembulan
bak seekor pungguk
Terjebak drama-drama romansa klise
Mendendangkan senandung rindu majnun
yang teraniaya cinta laila
Dan malam pun terlarut padanya
membiarkannya terlelap
Hingga waktu membeku  tak bernyawa
dan mimpi-mimpinya menjadi nyata
Selamanya

Heidelberg, 2021

 

Biodata:

Fatta Adiba Arif lahir di Padang, Sumatera Barat. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di Jerman tepatnya di Universitas Kaiserslautern, Kota Kaiserslautern. Hanya orang biasa yang mencoba kembali memahami sastra. Semoga bisa berbagi di dalam kata dan berkarya demi Indonesia.

 


Sendu Gugur di Negeri Jauh

Oleh Ragdi F. Daye
(buku terbaru yang memuat puisinya Sebuah Usaha Memeluk Kedamaian, 2021)

 

Pulang, sepertinya mereka harus menghapus
kata itu dari ingatan
karena kampung halaman kini hanyalah
di mana mereka memijakkan kaki

Puisi adalah misteri yang menggoda untuk dinikmati. Layaknya negeri asing yang baru pertama kali dijejaki, sekalipun punya banyak persamaan dengan negeri sendiri, bentangan pemandangan di depan mata akan memancing perhatian untuk menjelahi, menelisik apa yang serupa dan mencari mana yang belum pernah dijumpa. Pencarian dan penghubungan dengan koleksi pengalaman batin personal akan membentuk pengalaman baru dengan kesan kontekstual.

Secara etimologis, istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10).

Pada edisi kali ini, Kreatika memuat tiga buah puisi dari Fatta Adiba Arif, seorang mahasiswa Minang yang sedang menuntut ilmu di Jerman. Ketiga puisi tersebut berjudul “Gagak dan Merpati”, “Pulang”, dan “Pujangga”. Puisi-puisi pendek ini menjadi variasi aktivitas literasi bagi sang penulis yang bergelut dengan ilmu eksakta.

Puisi pertama berlatar musim dingin yang mengingat riwayat hidup penulis dapat dibayangkan seberapa gigil dan bekunya. Peristiwa di dalam puisi ini menggambarkan seorang manusia yang memperhatikan dua ekor burung dari jenis berbeda hinggap di dahan yang sama. Perhatian ini menggugahnya untuk mengajukan pertanyaan retoris, apakah kedua unggas tersebut sedang berkomunikasi kayaknya orang-orang negeri timur yang suka bertukar sapa dan bercerita ketika bertemu orang lain saat berhenti dalam perjalanan meski tidak saling kenal mengenal sebelumnya. Basa-basi yang humanis tersebut dibawakan ke dunia burung yang di dalam sitem ekosistem kadang pada klasifikasi makanan yang berbeda.

Pertanyaan-pertanyaan dialog imajiner burung tersebut gagak dan merpati tersebut berkenaan dengan kemampuan terbang masing-masing atau perjalanan yang akan ditempuh, seberapa banyak perjalanan yang sudah dilakukan, dan rintangan-rintangan seperti apa saja yang telah dihadapi. Mahayana (2015: 14) berpendapat bahwa puisi bukan sekadar ekspresi perasaan dari suara hati yang terdalam, melainkan pergulatan estetis dan tarik menarik perasaan yang melimpah. Gejolak perasaan tersebut harus dikendalikan dan diintegrasikan pada pemikiran intelektual yang berkualitas. Memaknai pendapat tersebut, puisi tidak hanya memaparkan untaian kata-kata yang tersusun berirama, tetapi memperhitungkan kualitas isi sebagai ekspresi kemampuan intelektual.

Larik-larik pertanyaan sederhana ‘Sampai mana kau bisa terbang saat ini?/ Sudah ke mana sajakah dirimu berkelana?/ Pernahkah kau disentak badai?/ Atau sayapmu pernah patah/ dan terjatuh menghempas tanah?/ Syukurlah sekarang kita baik-baik saja’ mengandung harmonisasi kehidupan dengan kepedulian antarsesama. Bait ini juga menunjukkan kebutuhan sesama makhluk bumi untuk berbagi tempat dan melakukan interaksi positif sengan lingkungan sekitarnya. Situasi musim dingin tentu sangat berat karena tak ada sinar matahari yang menghangatkan. Namun, Fatta menggambarkan suasana berat tersebut secara optimistis: Setidaknya saat ini mereka bisa berbagi kehangatan/ sembari menanti bunga dahlia bermekaran.

Tak kalah dengan puisi pertama, puisi “Pulang” juga dapat ditangkap sebagai respons penulis terhadap situasi konflik, seperti krisis yang tengah mendera bangsa Palestina. Penjajahan Israel membuat banyak warga Palestina yang kehilangan keluarga sanak saudara dan rumah tempat tinggal. Agresi Israel yang menghancurkan kota dan membunuh ratusan warga Palestina diungkapkan Fatta dengan sendu: Pulang, sepertinya mereka harus menghapus/ kata itu dari ingatan/ karena kampung halaman kini hanyalah/ di mana mereka memijakkan kaki.

Sebagaimana karya seni lainnya, puisi dapat dijadikan wahana untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan respons terhadap fenomena yang terpapar di sekitar kehidupan. Perbendaharaan kata-kata, kekayaan pengalaman, dan ketajaman ide yang akan memperkuatnya.[]

Catatan:

Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.

Tags: #Ragdi F. DayeFatta Adiba Arif
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Seperti Serena

Berita Sesudah

Puisi-puisi Mutiara Lembayung

Berita Terkait

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 08/6/25 | 16:36 WIB

  Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara Alienasi Hidup Kita hanya seorang pelancong Yang mengembara segala tempat Lalu tinggal – termenung Di...

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 01/6/25 | 06:46 WIB

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra Gambar Diri Ini gambar diri. Aku yang berjalan tak selalu lurus, kadang tersandung bayangan sendiri, cerobohku...

Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 25/5/25 | 09:15 WIB

Seberkas Titik yang Masih Tertinggal Cerpen Oleh: Arifah Prima Satrianingrum   Siang itu, matahari dengan terik mengambang di Padang. Ruas-ruas...

Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Minggu, 11/5/25 | 07:10 WIB

Puisi-puisi Farha Nabila   Kanak-Kanak dalam Diri Tatkala kutemukan diriku dalam relung kesepian Yang disana takkan kutemukan dengungan sumpah serapah...

Cerpen “Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat” karya Balqin Adzra dan Ulasannya oleh M. Adioska

Cerpen “Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat” karya Balqin Adzra dan Ulasannya oleh M. Adioska

Minggu, 04/5/25 | 08:40 WIB

Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat Karya: Balqin Adzra   “Silahkan mampir! Kami mempunyai mochi varian baru!” teriak sang penjual...

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 27/4/25 | 16:31 WIB

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra   Merindu Nagari Nan Jauh Tiap langkah yang menapak Meninggalkan rindu yang menjejak Risau nan gulandah memenuhi...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Mutiara Lembayung

Puisi-puisi Mutiara Lembayung

Discussion about this post

POPULER

  • Ketua Dewan Pengarah (SC) Muda Golkar Sumbar ke-XI, Hafrizal Okta Ade Putra (kiri) didampingi Sekretaris SC, Andi Mastian di Kantor Golkar Sumbar. [foto : sci/yrp]

    Musda Golkar Sumbar Digelar Besok, Ketua Umum Bahlil Lahadalia dan Sejumlah Tokoh Nasional Hadir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khairunnas Calon Tunggal, Musda Golkar Sumbar Dipastikan Berlangsung Aklamasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yonnarlis Sebut PPTI Nurul Yaqin Lahirkan Ulama dan Tokoh Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Safari Ramadan di Payakumbuh, Wagub Sumbar Serahkan Bantuan untuk Masjid Baitul Inabah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024