Senin, 01/12/25 | 12:53 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home Unes

Meributkan Peran Economic Provider

Minggu, 19/5/24 | 16:02 WIB

Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah)

 

Ketika perempuan menjadi seorang economic provider dalam keluarga, bolehkah ia hanya berfokus pada pencapain saja tanpa dibebani tugas mengurus yang lain? Sepertinya tidak. Ia tetap diposisikan sebagai pilar utama untuk mengasuh dan mengurus anak, membersihkan rumah, memasak, dan mencuci menyeterika. Bila pun ada, hal itu akan disertai bisik-bisik tetangga dan recokan anggota keluarga yang lain.

Perempuan itu akan dianggap menyalahi kodrat. Suaminya pun tak luput dari bisik-bisik dan recokan orang lain. Ia akan mendapat gelar sebagai lelaki pemalas meskipun di rumah ia menjadi pilar utama untuk mengurus tugas-tugas rumah tangga. Sebagian pasangan menutup telinga dari bisik-bisik dan recokan itu. Sebagian lainnya justru memaksa diri berganti posisi meskipun istri sebagai provider lebih menjamin kelangsungan hidup dibanding suami. Tidak sedikit kan, perempuan dengan karier gemilang berhenti bekerja setelah menikah demi membangun rumah tangga yang “sesuai kodrat” di masyarakat?

Akan tetapi, bagaimana bila economic provider dalam keluarga itu adalah seorang lelaki? Bolehkah ia hanya berfokus pada pencapaian saja tanpa dibebani tugas mengurus yang lain? Sepertinya boleh, karena anggapan “memang begitulah seharusnya”. Ia tidak perlu ambil bagian dalam pilar mengasuh dan mengurus anak, membersihkan rumah, memasak, dan mencuci menyeterika. Hal begini dianggap lazim dan ia akan terbebas dari bisik-bisik tetangga dan recokan anggota keluarga.

BACAJUGA

Suatu Hari di Sekolah

Saat Ide Mengalir di Detik Terakhir

Minggu, 05/10/25 | 20:02 WIB
Suatu Hari di Sekolah

Antara Deadline dan Bedcover

Minggu, 14/9/25 | 18:56 WIB

Minggu lalu, ‘man provider’ menjadi kata yang diributkan oleh pengguna X. Banyak persoalan yang sebetulnya menjadi bahasan lanjutan setelahnya. Hanya saja, cukup terasa lucu bila sekadar menjadi economic provider diartikan telah bertanggung jawab secara penuh tanpa perlu terlibat dalam urusan rumah tangga yang lain. Padahal, peran ini hanyalah satu bentuk peran di antara bentuk peran lainnya seperti sebagai pelindung dan pengasuh.

Lebih lucu dari itu, ada anggapan bahwa bila laki-laki menjadi provider dalam rumah tangga, perempuan hanya perlu ‘taat’ dan ‘nurut’. Tidak seharusnya perempuan menuntut hal lain seperti tuntutan untuk ikut serta dalam tugas-tugas rumah tangga dan pengasuhan. Logikanya menjadi semakin lucu bila peran provider ini dilimpahkan kepada perempuan. Bila kondisinya demikian, laki-laki hanya perlu ongkang kaki, pergi mancing, atau memelihara burung. Mereka tidak dituntut ‘taat’ dan ‘nurut’ untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga dan pengasuhan.

Anggapan peran man provider diposisikan sebagai pemegang tanggung jawab secara penuh tanpa perlu mengurus yang lain tampaknya perpanjangan dari anggapan 224 tahun yang lalu. Pada tahun 1800-an, pekerjaan yang berkaitan dengan mengurus anak dan rumah dianggap sebagai kerja yang tidak perlu dikuantifikasi. Hanya karena tidak menghasilkan jumlah dalam bentuk angka-angka, aktivitas domestik dikecualikan sebagai penyumbang dalam kemakmuran ekonomi keluarga.

Di tahun-tahun tersebut, hanya laki-lakilah yang dianggap sebagai manusia ekonomi, sedangkan perempuan tidak. Akan tetapi, tahun-tahun telah berlalu demikian panjang. Boleh jadi, anggapan tersebut sudah terbilang kuno mengingat banyaknya perempuan bekerja bahkan turut sebagai economic provider dalam rumah tangga di masa sekarang.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi “Ibu” Chairil Anwar dan “Ibu Dehulu” Amir Hamzah: Analisis Stilistika

Berita Sesudah

Melepas Rindu pada Indonesia di Sasang-gu

Berita Terkait

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Hujan yang Merawat Diam

Minggu, 23/11/25 | 19:52 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Hujan selalu punya cara sederhana untuk membuat saya berhenti sejenak. Di antara rintik yang...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Tentang Usaha yang Tidak Terlihat

Minggu, 09/11/25 | 20:13 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Dalam setiap pertandingan olahraga selalu ada dua kemungkinan, menang atau kalah. Dari kejauhan semuanya...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Ketika Hasil Tak Sepenting Perjalanan

Minggu, 26/10/25 | 21:50 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Libur kuliah dahulu selalu terasa seperti lagu merdu yang menandai kebebasan. Setelah berminggu-minggu bergulat...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Satu Lagu Untuk Pulang

Minggu, 19/10/25 | 20:11 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, saya menulis tentang kebiasaan aneh tapi menyenangkan, mendengarkan satu lagu saja, berulang-ulang...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Minggu, 12/10/25 | 19:23 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Entah mengapa, hari itu saya hanya ingin mendengarkan satu lagu. Satu lagu saja! Padahal...

Suatu Hari di Sekolah

Saat Ide Mengalir di Detik Terakhir

Minggu, 05/10/25 | 20:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Ada satu fenomena unik yang saya kira hampir semua kita pernah...

Berita Sesudah
Peran Diksi dalam Kegiatan Tulis-Menulis

Melepas Rindu pada Indonesia di Sasang-gu

POPULER

  • Kantor PDAM Kota Padang.[foto : net]

    PDAM Padang Kerahkan Mobil Tangki Gratis, Krisis Air Bersih Dipastikan Tetap Terkendali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • DPW PKB Sumbar dan DKW Panji Bangsa Gerak Cepat Salurkan Sembako di Padang Pariaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Desak PDAM Percepat Perbaikan IPA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bahasa Indonesia itu Mudah atau Sulit?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Korban Bencana Hidrometeorologi di Sumbar Terus Bertambah, Tercatat 129 Orang Meninggal Dunia dan 86 Hilang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024