Oleh: Elly Delfia
(Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)
Pada destinasi kali ini, saya akan bercerita tentang ruang tunggu yang sering membuat orang-orang merasa bosan, tetapi ruang tunggu kali ini sungguh dinamis dan tidak membosankan. Selama tinggal di Korea Selatan, hal yang menarik perhatian saya adalah ruang publik (public space) yang ramah bagi warga. Salah satu ruang publik tersebut adalah ruang tunggu kereta bawah tanah yang dalam bahasa Inggris disebut subway dan dalam bahasa Korea disebut jihacheol. Ruang tunggu dapat ditemukan hampir di semua stasiun (yok) kereta bawah tanah yang ada di Korea Selatan.
Ruang tunggu kereta bawah tanah tidak hanya aman dan nyaman, tetapi juga mempunyai fasilitas yang lengkap. Selain berfungsi sebagai tempat menunggu kereta tiba, ruang tunggu itu juga tempat yang asyik untuk duduk-duduk alias nongkrong. Pada setiap ruang tunggu, disediakan beberapa kursi untuk para penumpang yang sedang menunggu kereta. Penumpang kereta bawah tanah selalu ramai karena alat transportasi itu aman, nyaman, murah, dan bersih. Dengan bayar 1300 won saja sekali jalan, kita bisa mencapai tempat-tempat yang diinginkan. Transit atau pindah jalur juga tidak dikenakan biaya tambahan.
Selain itu, di ruang tunggu kereta bawah tanah atau jihacheol juga terdapat minimarket, seperti Seven Eleven, CU, atau minimarket lainnya, seperti halnya Alfamart dan Indomaret di Indonesia. Jadi, para penumpang yang sedang menunggu kereta tidak perlu merasa bosan menunggu karena mereka bisa nongkrong di sana sambil jajan atau ngemil makanan ringan. Tidak hanya itu, di ruang tunggu jihacheol juga terdapat toilet yang dapat digunakan kapan pun oleh penumpang yang sedang menunggu kereta ataupun oleh penumpang yang akan naik dan baru turun dari kereta.
Saya cukup sering nonkrong di ruang tunggu jihacheol meskipun terkadang tidak sedang menunggu kereta tiba. Saya hanya senang melihat orang-orang yang berlalu lalang dan berjalan cepat-cepat. Terkadang saya melihat mereka berlari karena takut ketinggalan kereta. Ya, Korea Selatan sangat terkenal dengan budaya ppalli-ppalli ‘cepat-cepat’. Masyarakat Korea Selatan percaya bahwa untuk hidup sukses, orang-orang harus melakukan pekerjaan apa pun dengan cepat-cepat, termasuk berjalan cepat-cepat.
Selain orang-orang muda dan paruh baya, saya juga sering melihat beberapa haraboji (kakek-kakek) dan halmoni (nenek-nenek) duduk-duduk di ruang tunggu jihacheol sambil mengobrol, tertawa-tawa, dan bercengkerama. Dari para haraboji dan halmoni-halmoni itu, saya dapat melihat hal-hal sederhana yang membahagiakan di ruang tunggu jihacheol selain orang-orang yang berjalan cepat-cepat. Saya suka duduk berlama-lama di ruang tunggu jihacheol hanya untuk menikmati suasana yang ada di sana.
Di beberapa jalur transit, ruang tunggu jihacheol dipenuhi oleh deretan toko-toko yang disebut dengan subway shopping centre. Banyak orang berjalan lalu lalang di sana. Ada yang nongkrong seperti saya, ada yang sedang menunggu kereta tiba, ada juga yang berbelanja, dan ada juga yang jalan-jalan hanya sekadar cuci mata. Sebagian ruang tunggu kereta bawah tanah hampir sama dengan pusat perbelanjaan karena terdapat deretan toko-toko yang menjual aneka macam aksesories, oleh-oleh khas Korea, pakaian, sepatu, handphone dari yang baru hingga bekas, kosmetik, dan makanan, seperti tteok, kue beras dan ppeongopang, kue ikan yang amat disukai orang-orang pada saat musim dingin.
Shopping centre ini biasanya terdapat pada jalur-jalur transit yang ramai, seperti di daerah Samyeon, Nampodong, Gimhae, Sasang, dan beberapa tempat lain di Kota Busan. Ruang tunggu jihacheol seperti itu juga terdapat di Seoul sebagai ibu kota negara Korea Selatan, seperti di dekat stasiun kereta bawah tanah Pasar Dangdaemon, stasiun kereta bawah tanah Pasar Myeongdong, di daerah Gangnam, dan lain-lain.
Pada musim dingin saat cuaca tidak bersahabat, ruang tunggu kereta bawah tanah adalah tempat terfavorit dan pilihan terbaik untuk menghangatkan diri. Ruang tunggu itu nyaman untuk berlindung dari suhu dingin yang menggigit. Seluruh ruangan di kereta bawah tanah mengaktifkan penghangat ruangan pada musim dingin sehingga suhu di dalamnya terasa hangat. Hal sebaliknya berlaku untuk musim panas, suhu ruang tunggu kereta bawah tanah terasa sejuk karena AC atau pendingin udara.
Ruang tunggu kereta bawah tanah bagi saya juga tidak hanya tempat menunggu kereta tiba, tetapi juga tempat yang nikmat untuk ngopi sambil ngobrol dengan teman-teman, tempat cuci mata, hingga tempat berbelanja. Di ruang tunggu jihacheol juga tersedia mesin ATM dan juga mesin isi ulang saldo pembayaran kereta. Selain itu, di mesin isi ulang saldo pembayaran kereta, juga tersedia kartu e-money (electronic money) atau t-money (transit card) yang dalam bahasa Korea disebut dengan kyothong kadeu. Kartu itu dijual dengan harga 5000-6000 won. Kita dapat mengisi saldo pada mesin isi ulang yang disebut dengan kyotong kadeu chungjon-gi. Kita dapat melakukan pengisian sendiri di mesin-mesin itu sesuai dengan jumlah yang diinginkan. Saldo isi ulang mulai dari 5000 won, 10.000 ribu won, 20.000 won, atau 50.000 won. Jumlahnya bisa dipilih sendiri. Won adalah satuan mata uang Korea Selatan.
Di beberapa ruang tunggu stasiun menuju pusat destinasi wisata, terdapat gambar iklan-iklan produk kosmetik, iklan makanan, iklan pertunjukkan seni, hingga lukisan-lukisan indah hasil karya seniman Korea Selatan. Pemandangan seperti itu dapat kita saksikan di lorong-lorong ruang tunggu kereta bawah tanah stasiun menuju Istana Gyeongbok dan Gwanghwamun Square di pusat Kota Seoul. Selain iklan-iklan dan lukisan, di lorong-lorong ruang tunggu juga dapat kita saksikan pertunjukan tari, musik, dan nyanyian dari para seniman jalanan.
Ruang tunggu kereta bawah atau jihacheol dapat dikatakan sebagai ruang publik yang multifungsi. Selain tempat menunggu kereta, tempat nongkrong, jalan-jalan, cuci mata, dan juga berbelanja, kita juga bisa berfoto-foto di ruang tunggu dengan spot-spot yang menarik. Beberapa ruang tunggu menyediakan spot-spot foto gratis dengan latar belakang lukisan dan karya seni lainnya.
Ruang tunggu kereta bawah tanah juga ramah bagi penumpang lansia, ibu hamil, dan kaum difabel. Beberapa ruang di stasiun kereta bawah tanah ada yang mencapai kedalaman sembilan lantai hingga bagian bawahnya. Di lantai paling bawah itu, ada kereta tanpa masinis atau Light Rail Trainset (LRT) dengan jalur-jalur tertentu. Untuk menuju lantai yang paling bawah itu, ada lift dan eskalator yang disediakan untuk penumpang. Eskalator biasanya digunakan oleh orang-orang muda dan paruh baya yang masih kuat, sedangkan lift biasanya digunakan oleh para lansia, ibu hamil, dan kaum difabel. Demikian cerita tentang ruang tunggu kereta bawah tanah atau jihacheol di Korea Selatan.
Discussion about this post