Jumat, 29/8/25 | 06:30 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home DESTINASI

Beot-kkot di Festival Musim Semi Korea Selatan

Kamis, 04/5/23 | 11:59 WIB

Oleh: Elly Delfia
(Dosen Jurusan Sastra Indonesia Unand dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora UGM )

 

Musim semi menyisakan banyak cerita dan kenangan yang mengesankan dalam perjalanan hidup saya. Seperti halnya bagi orang-orang di negara-negara di belahan bumi utara, musim semi merupakan momen yang indah. Musim yang berlangsung dari awal Maret hingga awal Juni ini biasanya mendatangkan kebahagiaan tersendiri setelah melewati musim dingin yang sulit. Kebahagiaan tersebut dapat kita saksikan melalui foto-foto musim semi yang diunggah di media sosial. Foto bunga-bunga, seperti beot-kkot atau sakura, tulip, canola, dan lain-lain sering melintas-lintas di media sosial.

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Salah satu negara yang melewati musim semi tersebut adalah Korea Selatan. Sebagai orang yang pernah tinggal dan menetap selama lebih kurang empat tahun di sana,  melihat foto-foto bunga mekar pada musim semi sering mampir di beranda media sosial membangkit kenangan saya pada musim semi di sana. Empat kali musim semi pernah saya lalui di sana. Musim yang indah saat orang-orang dapat menyaksikan perubahan alam dengan menikmati keindahan bunga-bunga yang mekar dan pohon-pohon yang kembali hijau setelah menguning melewati musim dingin.

Salah satu bunga yang mekar secara bersamaan pada musim semi adalah beot-kkot atau sakura (cherry blossom). Selain itu, ada bunga-bunga lain yang mekar pada musim semi, seperti bunga yuchae (canola),  tulip, azalea, gaenari (forsythia), dan bunga aprikot. Yang paling menarik hati di antara bunga-bunga tersebut adalah beot-kkot atau sakura. Bunga ini hanya mekar dua sampai tiga minggu secara bersamaan. Bunga berwarna merah muda nan lembut ini mekar di sepanjang tepian jalan yang ada di Korea Selatan, bahkan bunga-bunga ini juga tumbuh di bukit-bukit dan hutan yang membuat bukit dan hutan di sana menjadi merah muda.  Bukan hanya itu, di beberapa tempat di Korea Selatan, diadakan festival sebagai ekspresi kegembiraan menyambut datangnya musim semi saat bunga-bunga tersebut mekar.

Salah satu festival yang terkenal adalah Festival Gunhangje Jinhae yang diadakan di Kota Changwon, Provinsi Gyeongsang Selatan. Festival ini mulanya adalah upacara peringatan untuk Laksmana Yi Sun-shin, seorang laksamana angkatan laut pemberani zaman Joseon yang berani melawan penjajahan Jepang. Kemudian festival ini terus berkembang dan diadakan hingga saat ini pada minggu kedua April tiap tahunnya. Pada waktu tersebut, beot-kott atau sakura sedang mekar dengan sempurna menghiasi jalan-jalan di Korea Selatan dan jalan-jalan di Jinhae khususnya. Sekitar 300 ribuan lebih beot-kkot mekar di Jinhae pada musim semi dengan kelopak bunganya yang merah muda keputih-putihan.

Foto 1: Penulis dan teman-teman di salah satu spot foto Yeojwacheon Stream

Festival Gunhangje Jinhae yang diadakan bertepatan dengan puncak mekarnya beot-kkot ini. Festival ini mendatangkan ribuan wisatawan dari dalam dan luar negeri Korea Selatan. Para wisatawan datang dengan dengan bus-bus pariwisata, dengan mobil pribadi, dan dengan kereta api, atau dengan angkutan umum lainnya dari berbagai penjuru Korea Selatan. Saya datang pertama kali ke festival ini pada musim semi April 2015 dengan bus pariwisata bersama teman-teman pengajar dari Kajian Asia Tenggara. Dengan tarif 15.000 won atau sekitar 170.000 rupiah, bus pariwisata yang saya tumpangi berangkat dari Terminal Nopo, Kota Busan ke daerah Jinhae yang dapat ditempuh selama lebih kurang 2 jam perjalanan.

Setelah lebih kurang 2 jam perjalanan, bus pariwisata sampai di daerah Jinhae. Bus itu singgah di beberapa tempat, seperti di Taman Bunga Tulip Jinhae Eco-Park di Yeomyeongro, Changwon dan juga di Pelabuhan Jinhae yang bersejarah karena di sana dulu merupakan pusat angkatan laut Jepang yang sekarang sudah menjadi tempat latihan militer angkatan laut Korea Selatan. Kita juga dapat melihat deretan bendera negara-negara anggota PBB di sana, termasuk bendera Indonesia yang berkibar gagah. Pelabuhan ini juga menyediakan penyewaan hanbok (baju tradisional) dan spot foto ala zaman kerajaan Joseon. Setelah itu, perjalanan bus dilanjutkan ke tujuan utama, yaitu ke pusat Festival Gunhangje Jinhae di gelar. Sesampai di sana saya cukup kaget dan heran melihat lautan manusia yang sangat banyak. Saya juga pernah melihat manusia sebanyak itu ketika Festival Tabuik diadakan di daerah saya di Kota Pariaman. Manusia memenuhi tempat-tempat beot-kkot yang mekar di sepanjang jalan, terutama di Stasiun Kereta Api Gyeonghwa yang tidak lagi beroperasi. Beot-kkot atau sakura yang tumbuh di sepanjang tepian rel kereta api Stasiun Gyeonghwa bisa untuk duduk-duduk santai sambil berfoto. Pohonnya yang rindang membuat pengunjung merasa nyaman. Selain di Stasiun Kereta Gyeonghwa, Yeojwacheon Stream juga merupakan tempat yang indah dan romantis yang penuh beot-kott.  Di sana terdapat jembatan yang terkenal dengan sebutan Jembatan Cinta atau Romance Bridge. Jembatan itu merupakan spot menarik dan menjadi andalan para pengunjung untuk  berfoto dan berswafoto. Saya juga tidak ketinggalan berfoto dengan teman-teman di tempat itu. Jika teman-teman pembaca mempunyai kesempatan untuk berkunjung ke sana, jangan lupa berfoto di Jembatan Cinta untuk kenang-kenangan. Semoga cinta dengan pasangan langgeng dan terjaga karena doa, bukan karena fotonya.

Foto 2: Deretan pohon beot-kkot (sakura) yang mekar di Stasiun Gyeonghwa Jinhae

Selain di Festival Gunhangje Jinhae, festival bbeot-kkot juga dapat disaksikan di beberapa tempat lain di Korea Selatan, seperti di Seoul yang dikenal dengan Cherry Blossom Let’s Run Park Festival yang terletak di daerah Gyeongmagongwon daero, Gyoenggi-do dan E -World Starlight Cherry Blossom Festival di Daegu. Bunga merah muda ini juga dapat disaksikan di beberapa tempat selama bulan Maret-April, seperti di halaman kuil-kuil, di halaman universitas, di taman-taman kota, dan di komplek olahraga seperti di Jeju Sport Centre Pulau Jeju.

Setelah kunjungan pertama saya pada musim semi bulan April tahun 2015, pada bulan April 2018 sebelum pulang ke Indonesia, saya kembali melakukan kunjungan ke Festival Gunhangje Jinhae. Pada kunjungan kedua ini, saya pergi dengan kereta api bersama teman-teman yang lain lagi. Saya datang bersama teman dari Indonesia, Kamboja, dan Vietnam. Kunjungan kedua itu tak kalah serunya karena kami mencoba naik kereta api bawah tanah dengan berpindah dari satu line (jalur) ke line yang lain serta bersambung naik bus dalam kota juga untuk sampai di sana. Setelah tiga tahun, suasana festival itu tidak banyak berubah. Pengunjung masih ramai. Ribuan bahkan jutaan pengunjung masih tetap memadati sepanjang jalan di Stasiun Kereta Gyeonghwa dan Yeojwacheon Stream untuk berfoto-foto bersama keluarga dan teman-teman. Wajah-wajah mereka dihiasi dengan senyum sumringah dan keceriaan saat menyambut musim semi. Saya juga ikut dalam kebahagiaan tersebut sembari mengirim beberapa foto diri saya di antara beot-kkot kepada keluarga dan teman-teman di Indonesia ketika itu.

Musim semi selalu menyenangkan dan menyisakan banyak cerita bagi masyarakat Korea Selatan. Mereka tidak hanya bisa menikmati indahnya bunga-bunga yang mekar, tetapi juga pergi piknik bersama keluarga sembari menikmati keindahan bunga-bunga musim semi di tengah suhu yang mulai hangat.

Tags: #Elly Delfia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Makna Mars Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)

Berita Sesudah

Rekam Jejak di Yogyakarta: Dari Ruang Kuliah Menikmati Sumbu Filosofis Yogyakarta

Berita Terkait

Lele Raksasa (Foto: Ist)

Pria ini Taklukan Lele Raksasa Ukurannya Nyaris Tiga Meter

Senin, 18/8/25 | 06:10 WIB

Lele Raksasa (Foto: Ist) Jakarta, Scientia.id - Seorang pemancing asal Republik Ceko kembali mengukir prestasi luar biasa di dunia perikanan....

Misteri Gunung Padang: Diduga Lebih Tua dari Piramida Giza

Misteri Gunung Padang: Diduga Lebih Tua dari Piramida Giza

Senin, 11/8/25 | 09:57 WIB

Jakarta, Scientia.id - Situs prasejarah Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kembali jadi sorotan setelah tim kajian menduga usianya...

Cap d’Agde: Desa Wajib Tanpa Busana di Prancis yang Ramai Dikunjungi Naturis

Cap d’Agde: Desa Wajib Tanpa Busana di Prancis yang Ramai Dikunjungi Naturis

Jumat, 08/8/25 | 06:12 WIB

Scientia.id - Terletak di selatan Prancis, Cap d’Agde dikenal sebagai desa naturis terbesar di dunia. Destinasi ini mewajibkan semua pengunjung...

Foto Zlatan Ibrahimovic di Bali Viral di Media Sosial

Foto Zlatan Ibrahimovic di Bali Viral di Media Sosial

Sabtu, 02/8/25 | 08:34 WIB

Jakarta, Scientia.id - Unggahan Zlatan Ibrahimovic di Bali mendadak viral setelah sang legenda sepakbola dunia membagikan tiga foto dirinya berendam...

Wow! Batu Pengganjal Pintu ini Nilainya Rp19,2 Miliar

Wow! Batu Pengganjal Pintu ini Nilainya Rp19,2 Miliar

Senin, 28/7/25 | 18:03 WIB

Jakarta, Scientia.id - Siapa sangka benda sederhana yang diwariskan orang tua bisa jadi harta karun. Kisah ini datang dari Rumania,...

Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

Jumat, 13/6/25 | 21:47 WIB

Bubur Kirai, makanan khas tradisional Muaro Bungo yang ada sejak zaman dahulu (Foto: Rahma Yani) Jambi, Scientia.id - Mungkin sebagian...

Berita Sesudah

Rekam Jejak di Yogyakarta: Dari Ruang Kuliah Menikmati Sumbu Filosofis Yogyakarta

Discussion about this post

POPULER

  • Kominfo Dharmasraya Diduga Jadi Biang Kegaduhan Soal Pembahasan Asistensi APBD-P 2025

    Kominfo Dharmasraya Diduga Jadi Biang Kegaduhan Soal Pembahasan Asistensi APBD-P 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukittinggi Didorong Jadi Kota Beradat, Berbudaya, dan Ramah Pejalan Kaki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 401 PPPK di Pesisir Selatan Resmi Dilantik, Bupati Ingatkan Jangan Gadaikan SK ke Bank

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Solok Tutup Safari Berburu Hama, Dorong Perlindungan Pertanian dan Silaturahmi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buzzer, Kominfo, dan Tensi Politik Dharmasraya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tiga Pelaku Narkoba Ditangkap, Rekonstruksi Peredaran Sabu di Bukittinggi Terungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024