• Contact
  • Disclaimer
  • Home 1
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Petunjuk Teknis SiVA 2020
  • Redaksi Scientia
  • RSS
  • Scientia
  • Tentang Kami
  • Slide Anything Popup Preview
Selasa, 28 November 2023
  • Masuk
  • Daftar
Tidak Ditemukan
Tampilkan Semua Hasil
BERLANGGANAN
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • ISTANA
  • PARLEMEN
  • SEKTOR KE-3
  • KONTESTASI
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • PRESPEKTIF
  • TERAS
  • ISTANA
  • PARLEMEN
  • SEKTOR KE-3
  • KONTESTASI
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • PRESPEKTIF
Tidak Ditemukan
Tampilkan Semua Hasil
Scientia Indonesia
Tidak Ditemukan
Tampilkan Semua Hasil
Beranda DESTINASI

Rekam Jejak di Yogyakarta: Dari Ruang Kuliah Menikmati Sumbu Filosofis Yogyakarta

Editor: Putri Mandai
6 Mei 2023
pada DESTINASI
Estimasi membaca: 4 menit
A A

Oleh: Ronidin
(Dosen Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

 

IKLAN

Motor berplat BA yang saya bawa dari Padang memasuki kawasan kampus FIB UGM Yogyakarta. Di tempat parkir sudah berjejer ratusan motor. Pemiliknya rata-rata mahasiswa. Platnya beragam. Dominan AB. Di sudut parkir yang agak jauh tampak berjejer beberapa sepeda kayuh yang boleh dipakai oleh siapa saja di dalam lingkungan kampus. Hari itu saya ke kampus karena ada kuliah dengan Profesor Bakdi Soemanto, seorang dosen senior di FIB UGM.

Rata-rata mahasiswa yang pernah belajar di Yogyakarta akan mengatakan bahwa suasana belajar di kota ini enak dan nyaman. Fasilitas penunjang pembelajaran lengkap untuk ukuran Indonesia. Universitas-universitas berkualitas di kota ini tidak hanya UGM dan UNY, tetapi juga banyak universitas lain. Perpustakaan sebagai penyangga  dan pendukung proses pembelajaran dengan koleksi buku yang lengkap dan open akses untuk semua pembelajar ada di banyak tempat, baik di kampus maupun perpustakaan umum/swasta. Toko buku ada di setiap sudut kota. Penerbit dan percetakan juga banyak. Biaya hidup yang menjadi kendala jamak pelajar dan mahasiswa kita, di Yogyakarta lebih murah dibandingkan kota lain di Jawa. Tidaklah salah kiranya julukan sebagai kota pelajar disematkan ke kota Yogyakarta.

Ketika saya menempuh studi magister dan sekarang studi doktor di UGM Yogyakarta, saya merasakan suasana itu. Iklim Yogyakarta sebagai kota pelajar tak berubah dari dulu hingga kini. Kalaupun ada yang terlihat berubah, itu lebih pada gaya hidup. Saat ini, muncul banyak fasilitas hedonis di lingkungan pelajar dan mahasiswa, mulai dari kontrakan eksekutif di wilayah padat mahasiswa di sekitaran kampus hingga kedai-kedai makan bergaya kekinian (kafe dan resto) yang semuanya memangil-manggil isi dompet. Sewa kontrakan saat ini jauh lebih mahal dibandingkan sepuluh tahun yang lalu. Warung-warung tradisional tempat makan murah, kini beralih ke kafe-kafe yang mahal. Kehadiran rumah sewa eksekutif juga memicu naiknya sewa kontrakan biasa/standar.  Jadilah sewa kontrakan di Yogyakarta semakin hari semakin mahal dari yang biasanya. Biaya hidup jika tidak gengsi-gengsian, masih murah. Walaupun ada yang berubah, antusias pembelajar dari berbagai daerah di nusantara tak surut untuk datang dan belajar ke Yogyakarta.

Pembelajar yang ke Yogyakarta tidak hanya semata untuk kuliah. Selepas dari ruang kuliah mereka menikmati Yogyakarta. Kuliah iya. Itu yang utama. Menikmati Yogyakarta iya juga. Itu juga penting. Sekali datang ke Yogyakarta, dua tiga maksud tercapai. Bagi sebagian mereka, banyak hal dapat dikisahkan dari Yogyakarta. Seperti saya sekarang ini, bisa menceritakan yang terserak dan yang dipungut dari Yogyakarta. Saya menikmati kuliah di UGM. Dinamikanya saya suka. Saya lulus magister dengan predikat cumlaude. Ketika kuliah doktor saat ini, saya juga menikmatinya. Selain di dunia akademik itu, saya juga menikmati suasana sosial di Yogyakarta. Jika tidak ke sini, saya tidak akan mengenali kehidupan warga lokal Yogyakarta.

Foto 1:  Penulis saat wisuda Magister Sastra di Fakultas Ilmu Budaya,  Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Di ruang kuliah bersama Prof. Bakdi Soemanto, seisi kelas diminta untuk mendiskusikan intisari Kota Yogyakarta. Perkuliahan sampai ke masalah ini karena berkaitan dengan kearifan lokal yang menjadi salah satu bagian dari silabus kuliah. Menurut Prof. Bakdi, titik pusat Yogyakarta adalah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang lebih populer dengan sebutan Kraton Yogyakarta.  Kraton Yogyakarta selain berfungsi sebagai tempat kediaman Sultan Yogyakarta, sebagian areanya dapat dikunjungi oleh publik sebagai tempat pelesiran atau wisata yang pengelolaannya dilakukan oleh Kawedanan Radya Kartiyasa. Kraton Yogyakarta ramai dari pagi hingga malam hari.

Jika Dunsanak pernah ke Yogyakarta dan pernah ke Kraton Yogyakarta, Dunsanak dapat membayangkan letak/posisinya. Di atas Kraton Yogyakarta membentang garis imajiner sumbu filosofis Yogyakarta. Garis ini memanjang dari utara ke selatan, berawal dari Gunung Merapi di utara melewati Tugu Yogyakarta (dulunya Tugu Golong Gilig), lalu Kraton Yogyakarta sebagai pusat sumbu, kemudian Panggung Krapyak, dan berakhir di Pantai Parangkusumo (Parangtritis) di selatan. Jadi, jika dihubungkan titik-titik yang dilewati itu akan membentuk garis lurus dari utara ke selatan dengan pusat sumbu di Kraton Yogyakarta.

Garis imajiner dimaksud bermakna filosofis, melambangkan hubungan manusia dengan dengan Tuhan Sang Pencipta. Laut Selatan yang merupakan titik terendah dan Gunung Merapi sebagai titik tertinggi melambangkan hubungan manusia (yang rendah) dengan Sang Pencipta (yang tinggi). Garis yang membentang dari utara ke selatan melambangkan perjalanan manusia kembali ke sang penguasa.  Jika dirinci lebih detail, garis dari Pantai Selatan ke Panggung Krapyak melambangkan seorang manusia yang lahir dari seorang ibu menuju masa kanak dan remaja. Garis dari Panggung Krapyak ke Kraton Yogyakarta melambangkan perjalanan manusia dari fase remaja menuju dewasa. Kraton Yogyakarta yang menjadi pusat garis/sumbu karena posisinya di tengah melambangkan manusia yang sudah mapan dan dewasa. Seterusnya garis dari Kraton ke utara sampai ke Tugu melambangkan fase dewasa ke atas di mana manusia semakin intens berserah diri kepada Tuhan. Adapun garis imajiner antara Tugu dengan Gunung Merapi melambangkan akhir dari perjalanan manusia menghadap Sang Pencipta.

Ada pun menurut kepercayaan masyarakat lokal di Yogyakarta, Laut Selatan melambangkan perempuan (secara mitologis dikenali sebagai Nyi Roro Kidul) dan Gunung Merapi melambangkan laki-laki. Keraton yang berada di tengah-tengah menjadi penghubung atau penyeimbang di antara keduanya. Adapun secara simbolis, garis imajiner ini melambangkan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta (hablum  minallah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablum minannas).

Kraton Yogyakarta sebagai pusat sumbu filosofis Yogyakarta pada mula dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I.  Konsep pembangunannya dirancang agar memiliki nilai historis dan filosofis. Saat dibangun, Sri Sultan pertama itu membangun beberapa bangunan bernilai historis dan filosofis yang ditarik dari garis lurus menjadi sumbu imajiner. Jika dari Kraton kita berjalan lurus saja ke utara, kita akan melewati Malioboro, Tugu,  dan pada akhirnya mentok di Gunung Merapi. Jika dari Kraton kita berjalan lurus pula ke selatan, kita akan melewati Panggung Krapyak, dan akhirnya mentok pula di Pantai Laut Selatan (Pantai Parangtritis).  Sri Sultan Hamengkubuwono I membangun fasilitas pendukung di sekitar kraton dengan konsep Catur Gatra Tunggal,  yaitu menyatukan elemen pemerintahan, ekonomi, sosial, dan agama secara terpusat. Itulah mengapa di sekitar Kraton Yogyakarta (pusat pemerintahan) kita dapat menemukan Pasar Beringharjo dan kawasan Malioboro (ekonomi), Alun-alun Utara, Alun-alun Selatan (sosial), dan Masjid Ghede Kauman (agama).

Foto 2:  Penulis dan keluarga berfoto di depan gerbang Kraton Yogyakarta

Begitulah, jika ke Yogyakarya tidak lengkap rasanya perjalanan bila tidak ke kawasan Kraton Yogyakarta. Bagi pelajar dan mahasiswa dari luar Yogyakarta, hal paling utama yang dikejar sesampai di Yogyakarta adalah ke Tugu, Malioboro,  dan kawasan Kraton Yogyakarta. Tiga titik imajiner di pusat Kota Yogyakarta. Apalagi saat ini di sekitar Alun-alun Utara dan Selatan banyak kafe dan tempat kongkow-kongkow yang menarik bagi kaum muda. Yang perlu disediakan adalah uang. Mungkin itu salah satu beda Yogyakarta sepuluh tahun yang lalu dengan Yogyakarta saat ini. Adapun tentang Kraton dengan sumbu filosofis Yogyakarta tidak ada bedanya dari dulu hingga sekarang.

Jadi, Yogyakarta memang unik dibandingkan kota lain di Jawa. Yang saya ceritakan ini baru satu pungutan dari banyak titik yang terserak mengenai Yogyakarta. Wallahualam Bissawab.   

Terkait

Tags: #Ronidin
BagikanTweetKirim
Sebelumnya

Sidang SIP antara Ryantoni dengan Komnas HAM Sepakat Mediasi

Berikutnya

Armadi Kamal Apresiasi Panitia MTQ REMESBA 2023 Lubuk Lintah Padang

Berita Terkait

Suatu Siang di Malioboro

Perjalanan Akademik di Bulaksumur

25 November 2023

Oleh: Ronidin (Dosen Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Terpasah di Bulaksumur saya bersyukur. Tempat itu menjadi bagian dari sejarah...

Kampung KB Lapai BUAT KESAN MANIS dengan Kemenag Nanggalo, Sonny Affandi: Kikis Habis Kasus Stunting

Kampung KB Lapai BUAT KESAN MANIS dengan Kemenag Nanggalo, Sonny Affandi: Kikis Habis Kasus Stunting

23 November 2023

Padang, Scientia - Kampung KB Mantap Kelurahan Kampung Lapai berkolaborasi dengan Kantor Urusan Agama (KUA) Kementerian Agama Kecamatan Nanggalo gelar...

Konjungsi Penanda Waktu dalam Bahasa Indonesia

Mampir Sebentar di Distrik Gangnam

18 November 2023

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Pada suatu musim dingin di pertengahan Desember, saya menemani...

Mendengar Sejarah Sumbu Filosofi di Bus Jogja Heritage Track

Mendengar Sejarah Sumbu Filosofi di Bus Jogja Heritage Track

11 November 2023

Oleh: Ria Febrina  (Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada)   Yogyakarta...

Suatu Siang di Malioboro

Sabtu di Sambisari, Minggu di Parangtritis

4 November 2023

Oleh: Ronidin (Dosen Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Sudah banyak yang diceritakan orang tentang Yogyakarta. Bagus-bagus ceritanya. Di antara...

Konjungsi Penanda Waktu dalam Bahasa Indonesia

Romansa Keramahan Masjid Al Fatah, Kota Busan

29 Oktober 2023

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Hal pertama yang saya lakukan ketika sampai di Korea...

Berikutnya
Armadi Kamal Apresiasi Panitia MTQ REMESBA 2023 Lubuk Lintah Padang

Armadi Kamal Apresiasi Panitia MTQ REMESBA 2023 Lubuk Lintah Padang

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Rekomendasi

Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Novrial saat berdiskusi dengan Jaringan Pemred Sumbar (JPS) di Kantor Dinas Pariwisata Sumbar, Selasa (9/2) siang. [Foto: Dok. JPS]

Cara Enjoy Kadis Pariwisata Sumbar di Tengah Gempuran Pandemi

3 tahun yang lalu
Dicopot Walikota Hari Ini, Sekda Padang Amasrul Siap Melawan

Dicopot Walikota Hari Ini, Sekda Padang Amasrul Siap Melawan

2 tahun yang lalu

Populer

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Keunikan Kata Penghubung Maka dan Sehingga

    0 dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Edo Crowdit Persembahkan “Sitenggang Lapa”, Film Anak Nagari Di Legusa Fest

    0 dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

© 2018-2022
PT Scientia Insan Cita Indonesia

Navigasi Situs

  • Tentang Kami
  • Redaksi Scientia
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

Ikuti Kami

Tidak Ditemukan
Tampilkan Semua Hasil
  • TERAS
  • ISTANA
  • PARLEMEN
  • SEKTOR KE-3
  • KONTESTASI
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • PRESPEKTIF

© 2018-2022
PT Scientia Insan Cita Indonesia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In