Rindu Negeri yang Permai
Semesta bergemuruh
Segala aktivitas lumpuh
Ekonomi dan pendidikan mulai rapuh
Bahkan, kepercayaan terhadap Tuhan pun hampir runtuh
Gundah gulana menari di hati
Ketakutan mulai menyelimuti
Tak ada satu pun yang peduli
Semua memikirkan diri sendiri
Negeriku berduka
Isak tangis di mana-mana
Menelan banyak korban jiwa
Menghadirkan luka lara
Doa-doa dipanjatkan
Menanti akhir yang didambakan
Begitu parah ketakutan
Mengigil rasanya sekujur badan
Semua terasa sunyi
Ayah bunda menangis tiada henti
Ke mana hendak mencari rezeki
Semua luluh lantak tak tersisa lagi
Sabda duka menyelimuti
Dari kota hingga ke pelosok negeri
Bukan sekadar tentang sulitnya materi
Namun, tentang tangis yang tiada peduli
Berharap semua segera usai
Mengobati rindu yang ruai
Aku ingin berdamai
Kembali menikmati negeri yang permai
Pariaman, 18 Maret 2021
Gerimis di Penghujung Harap
Kemarin kuukir namamu di hamparan pasir
Kuceritakan tentangmu pada batu karang yang keras
Sembari memeluk lutut dengan isak tangis
Meratapi kisahku, miris
Ombak mulai bersahutan
Menghujaniku yang larut dalam ratapan
Tentang hati yang pupus harap
Tentang air mata yang mulai berjatuhan
Hadirmu membuatku penuh harap
Namun aku sadar kau hanya sekadar angin lewat
Memberi manis di awal bertatap
Namun jua membuatku sadar salah alamat
Aku tersungkur di pangkuan sunyi
Adalah harap yang tak berujung pasti
Resah gelisah menghadirkan sepi
Gersang hati tak dapat dipungkiri
Haruskah kumenangis?
Tidak, harap dan rasa itu perlu kukikis
Dengan senyum manis
Meski mengundang gerimis
Pariaman, 14 Februari 2021
Ada Harap Tak Terucap
Mawar itu indah
Akankah ia merekah
Mekar berwarna merah
Atau layu dengan amarah
Remang …
Kumbang itu rebah di pangkuan malam
Angan dan ingin berkecamuk dalam diam
Di benaknya ada aksara yang hendak ia sulam
Di hatinya tersembunyi rasa yang terpendam
Ya, sebuah mimpi suci yang belum tergenapi
Menitip harap pada sepenggal hati
Sedang isyarat tak bisa mewakili
Ia takut, mimpi hanya akan sekadar ilusi
Bimbang
Terasa sesak di dada
Ia belum sanggup menanggung luka
Besar harap semua bukanlah fatamorgana
Atau berakhir di lembah duka
Kini ia biarkan takdir menyantukan mereka
Meskipun semuanya terasa layaknya fatamorgana
Kini ia kejar mimpi
Agar kelak dapat mempersunting pujaan hati
Akan kupersembahkan dalam bentuk puisi
Kisah cinta kita nan penuh adorasi
Berikrar di lembah sunyi
Bersatu dalam imajinasi
Pariaman, 30 November 2020
Biodata:
Hutami Febrianti merupakan alumni MAN Kota Pariaman yang sedang merampungkan kuliah di UIN Imam Bonjol Padang Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Discussion about this post