Oleh: Metra Wiranda Putra, S.Sos.
(Alumni UIN Imam Bonjol Padang)
Siapa yang tidak pernah mengucapkan dan mendengarkan kata “anu” dalam kehidupan sehari-hari? Acap kali kita mendengar orang atau diri kita sendiri mengucapkan kata “anu”. Seakan-akan kata anu ini tidak asing lagi untuk kedua telinga kita ini mendengarnya dan bisa jadi sudah bosan lisan ini melafalkannya.
Kata anu familiar dipakai ketika seseorang dalam berdialog. Biasanya kata anu dipakai ketika seseorang lupa mengingat kata yang ingin diucapkan. Contoh yang pertama karena situasi tergesa-gesa, “anu” yang saya buat tadi malam tidak termasukan ke dalam tas”. Contoh yang kedua sebagai pengganti nama orang ketiga: “Saya melihat ibu guru “anu” yang pernah mengajar kita saat di SD dulu di warung depan rumah saya”.
Fenomena pertama di atas menunjukkan adanya indikasi lupa mengingat nama benda yang ia masukkan ke dalam tas yang telah dibuat tadi malam. Kemungkinan barang tersebut adalah tugas kuliah. Fenomena kedua yaitu seseorang lupa dengan nama guru yang pernah mengajarnya waktu SD dulu. Oleh sebab itu, untuk pengganti nama tersebut secara spontan dia menyebut “anu” karena tidak ingat atau lupa. Jika diulik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata anu berarti yang tidak disebutkan namanya (orang, benda, dan sebagainya) dan (untuk menyebutkan) sesuatu yang namanya terlupa atau tidak diketahui.
Saat ini kata anu sedikit mengalami pergeseran makna. Jika dalam KBBI bermakna sesuatu yang namanya terlupa atau tidak diketahui dan pengganti nama orang, benda, atau nama yang tidak diketahui, menurut penulis makna kata anu lebih dari itu. Interpretasi seseorang dalam mendengar kata “anu” zaman sekarang sangat beragam. Ada kata anu dipakai orang karena lupa nama dan tidak mengetahui nama orang yang dibicarakan, tidak menemukan kata yang tepat untuk diucapkan, menyampaikan pesan privasi ke lawan bicara, bahan kata untuk bercanda, menyebutkan sesuatu yang jorok, ekspresi kegugupan atau canggung dalam memulai sebuah pembicaraan.
Namun sekarang, kebanyakan orang menginterpretasikan penggunaan kata anu kepada hal-hal yang berbau negatif (kata kotor). Satu kata kaya akan makna itulah kata anu. Namun, tidak semua kondisi bisa diwakilkan dengan kata anu. Pemaknaan kata anu bisa saja berubah-ubah, tetapi hal itu sesuai dengan situasi, kondisi, dan tujuan pembicaraan.
Gadur, Enam Lingkung, 15 April 2023
Discussion about this post