Menjemput Hujan
Kemarau berkulum tawa
semenjak embun membangunkan tanah
sampai kini di kerak siang
lalu di senja masihlah sama
malam pun menyengat berasa panas.
Adakah sebab terik berlama-lama
tiadakan maaf ke manusia,
biarkan teriak tanah, lolong hewan,
dan tangis tumbuhan
meradang setiap masa.
Haru terdengar sebermula kabar
bukan binar matà bahagia
namun untaian rasa derita
pinta dan mohon tiadakan jeda
di lapang tanah dan serambi harap
turunkan hujan penyejuk buana
bolehlah rinai pembasuh rindang daun
dan setetes air basahi urat pohon.
Ilahi semesta karuniakan juga
hujan pun menyapa tanah nan gersang
wangi tanah mulai merambah
geliat pokok batang pertanda kehidupan
sambut riang alam ceria
jadikan bumi amàn bestari.
Serambi Bumi
Arkian mula pujangga bersabda
sebuah tempat pembuka wacana
untaian samudera titian arga
dipintal hijaunya rimba
berjuntai Saman di lembah Leuser
berenda Randai di Ngarai Sihanok
bertiang Bedaya di Tanah Jawa
berpagar Penjor Janger di Bali
beratap Waerebo di Manggarai
kelambu Borneo hangatkan nusa
selempang Papua eratkan jiwa,
Rencong diasah setajam Singkel
Ulos dipadu gelora Horas
Beskap dipilin jadikan daya
daya bersama dalam pluralitas
na eka tunggal nan ika.
Julurkan tangan ke atas langit
berseru akan kebhinekaan
dipayungi semboyan tata tentrem karta raharja,
sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti
berpegang teguh keutamaan jiwa
dari Ilahi Semesta Alam
jadikan keabadian nusa serambi
Indonesia bumi pertiwi
Indonesia serambi bumi.
Lurik
Tali temali-ikat mengikat,
rangkaian padu pintalan jiwa,
jiwa satu nan bermakna
termaktum indah pada garismu
berenda iluminasi tubuh lurikmu
kusanjung dalam balutan badan.
Rancak bergerak luwes menawan
elok dipandang padu merona
lurik pesona budaya nusa
lestarikan selalu pijakan mula
kearifan lokal tiadakan sirna
terpatrikan di dada anak bangsa
lurik pantas jadi kebanggaan.
Lurik Pedan anugerah alam
berpindar gambar makna yang dalam
dalam jiwà manusia Jawa
ha na ca ra ka tersirat di legenda
Aji Saka pusaka adi luhung
jadikan manusia Jawa seutuhnya.
Biodata Penulis:
Danang Susena merupakan dosen di Universitas Widya Dharma, Klaten, Jawa Tengah dan juga pernah mengajar di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas, Padang selama 30 tahun. Ia senang menulis puisi. Puisi-puisinya memiliki diksi yang indah dan kaya makna. Puisi-puisinya juga telah dimuat di beberapa buku dan media massa serta ditampilkan dalam pertunjukan musikalisasi puisi di sekolah-sekolah dan universitas.
Discussion about this post