Pulang Padamu
Padamu Alif, aku pamit
Saat selat menjadi sempit
Hanya biru sejauh pandang
Tak putus-putus
Aku tercepuk-cepuk di atasnya
Hujan harusnya datang Oktober nanti
Tapi mataku sudah basah begini
Alif, lain waktu ‘kan kutulis surat buatmu
Tentang awan sisik Januari
Mengapung di atasku yang pedih tak terperi
Juga tentang bunga-bunga bakung ungu
Mereka buang muka padaku
Bukan main sakitnya pulang dengan penuh kekalahan
Semua mata menusuk
Aku asing di tanah sendiri
Alif, kau yang selalu percaya
Pada setiap mimpiku
Langitkan doamu yang seharum vanili
Tuhan selalu menyertai
Esok aku ke medan
Bertempur di sana
Aku akan jadi nyala api
Jadi panah dan peluru
Lalu pulang padamu sebagai sungai
Pram
Wajah lelaki di bawah payung hitam
Pakaiannya hitam
Matanya hitam seperti malam
Jiwanya hitam memeluk seluruh warna yang diredupkan
Sore-sore, ia datang padaku
Bercerita tentang Lisa yang ingin pulang ke rahim ibunya
Malam-malam aku di hadapannya
Bicara perempuan bernama Mariyuana
Bicara tentang tobacco dan Rabiya Adawiya
Ia adalah kemerdekaan yang aku inginkan
Napasnya adalah kebebasan
Tengah malam lewat sedikit,
ia bertanya “peradaban seperti apa yang kau inginkan?”
Tamu di Rumah Ibu
Aku menjelma tamu di rumah ibu
Muka rumah menjadi asing
beserta lantai, dinding, dan pemiliknya
Sejak hatiku terbelah dua
Aku mempertanyakan kepulanganku untuk siapa
Rumah kosong tanpa cinta
Tiada siapa-siapa
Ibu menggantung lukisan padi,
Pantai merah muda yang sepi,
dan Mekah yang berseri
Ibu suka balkon dengan jendela besar,
Rak buku kayu kauka,
dan bunga-bunga segar
Tapi ini tetap bukan tempat pulang
Hanya tempat singgah musafir yang akan berangkat bila fajar datang
Ranti
Ia berlayar ke Depok
Hidup adalah perjalanan, katanya
seperti Nyanyian Angsa
Pagi hina
Siang bertaubat
Pastor tak terima
Ia pergi ke pinggiran kota
Senja di sungai jernih bercahaya
Bertemu kekasih dan pergi ke surga
Namun, ia singgah ke Solo
Menyaksikan peninggalan
dari cerita duka yang lama
tentang orang yang dipaksa hilang
Ranti menemukan yang tersisa
Fajar Merah
Biodata Penulis:
Amalia Aris Saraswati merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Anggota FLP Sumbar, dan Ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) Cabang Padang. Selain menulis cerpen dan puisi, karya-karyanya juga sudah dimuat dalam beberapa media cetak dan daring.
Discussion about this post