Jumat, 29/8/25 | 05:01 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Fatherless dan Bare Minimum Family Man

Minggu, 05/3/23 | 11:20 WIB

Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)

Indonesia dikabarkan menempati posisi ketiga sebagai Fatherless Country di dunia. Wah, prestasi apa pula ini? Apa itu Fatherless Country?

Fatherless mengacu pada ayah yang tidak hadir dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam proses tumbuh kembang anak, ayah tidak hadir secara maksimal dalam pengasuhan. Kalau begini ceritanya, bagaimana dengan keluarga broken home atau ayah yang memang sudah tiada dalam keluarga?

Penyebab Indonesia menyandang predikat Fatherless Country ketiga di dunia bukanlah mengacu pada dua hal di atas. Predikat tersebut didasarkan pada pembagian porsi peran pengasuhan antara ibu dan ayah dalam keluarga.

BACAJUGA

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Rumah dan Kenangan yang Abadi

Minggu, 24/8/25 | 21:15 WIB
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Tuah Rumah

Minggu, 17/8/25 | 19:03 WIB

Salah satu penyebab terjadinya hal itu ialah peran gender yang tidak berimbang antara ayah dan ibu. Ibu diposisikan sebagai penanggung jawab utama untuk pengasuhan dan peran domestik lainnya, sedangkan ayah diposisikan sebagai penanggung jawab utama nafkah belaka.

Seorang ayah yang telah mencari nafkah adakalanya merasa tidak perlu repot-repot ikut terjaga di tengah malam ketika anak menangis. Seorang ayah yang telah mencari nafkah adakalanya merasa tidak perlu ikut memerhatikan kebutuhan lahir batin anak karena hal itu telah diatur oleh ibu.

Padahal, peran ayah dan ibu kelak menjadi cikal-bakal perkembangan kondisi mental anak di masa dewasa. Selain kondisi mental, keterlibatan pengasuhan yang tidak seimbang juga berdampak terhadap cara anak menjalani relasi dengan pasangannya di kala dewasa.

Sebagai seorang psikolog, Ester Lianawati menyebut adanya masa phallic pada pertumbuhan anak. Di masa ini dikatakan olehnya peran ayah sangat penting, terutama bagi anak perempuan.

Peran ayah di masa phallic ialah menjadi pelindung bagi anak sekaligus membantu menegaskan identitas femininnya. Selain itu, kehadiran ayah juga dapat mendukung upaya emansipasi pertama anak perempuan ketika berkonflik dengan ibu.

Sebagai Fatherless Country peringkat tiga sedunia, tidak mengherankan pula sebutan family man turut hadir dengan mudahnya di negara ini. Tindakan seperti ikut serta memandikan bayi, mengganti popok, atau sekadar bermain dengan anak dapat membuat seorang ayah dikatakan sebagai family man. Padahal tindakan-tindakan tersebut memang sudah seharusnya dilakukan oleh seorang lelaki yang memutuskan untuk menjadi ayah.

Sebagai Fatherless Country, tidak mengherankan pula bila seseorang bisa begitu bersyukur ketika mendapati pasangan yang ikut serta mengurusi bayi di masa-masa kelahiran untuk pertama kalinya sebab memang rupanya hal itu masih tergolong langka di negara ini.

Sebagai Fatherless Country, standar family man di negara ini juga dapat dikatakan bare minimum. Sebab, sesuatu yang ‘sudah seharusnya’ mendapat penghargaan luar biasa dan terasa istimewa dikarenakan kelangkaannya.

Keterlibatan ayah dalam mengurus dan mengasuh anak jadi tampak asing dan dianggap ‘wah’. Sebab, sebagian orang tidak terbiasa mengalami atau berjumpa dengannya. Family man bukanlah predikat yang harus diberikan, tetapi memang predikat yang harus disandang setiap lelaki yang memutuskan menikah dan memiliki anak.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Pola Kalimat Bahasa Indonesia: SPO, Bukan SVO

Berita Sesudah

Di Bawah Payung-payung Raksasa Masjid Nabawi

Berita Terkait

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Rumah dan Kenangan yang Abadi

Minggu, 24/8/25 | 21:15 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Minggu lalu, tepat pada 17 Agustus 2025, saya menulis sebuah catatan...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Tuah Rumah

Minggu, 17/8/25 | 19:03 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Dalam dua tahun terakhir, rumah saya di kampung lebih sering sepi....

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Rahasia di Balik Semangkuk Mi Rebus

Minggu, 10/8/25 | 19:24 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Sore itu, hujan mengguyur tanpa henti sejak siang, menebar hawa dingin yang merayap masuk...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Melangkah Pelan dalam Dunia Pernaskahan: Catatan dari Masterclass Naskah Sumatera

Minggu, 03/8/25 | 21:28 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Menjadi peserta Masterclass Naskah Sumatera yang diadakan oleh SOAS University of...

Suatu Hari di Sekolah

Fiksi dan Fakta: Dua Sayap Literasi

Minggu, 27/7/25 | 16:28 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Perdebatan soal bacaan fiksi dan nonfiksi kerap muncul di...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Ruang Bernama Kita

Minggu, 20/7/25 | 21:04 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Pada 16 Februari 2025, saya pernah menulis di rubrik...

Berita Sesudah

Di Bawah Payung-payung Raksasa Masjid Nabawi

Discussion about this post

POPULER

  • Kominfo Dharmasraya Diduga Jadi Biang Kegaduhan Soal Pembahasan Asistensi APBD-P 2025

    Kominfo Dharmasraya Diduga Jadi Biang Kegaduhan Soal Pembahasan Asistensi APBD-P 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukittinggi Didorong Jadi Kota Beradat, Berbudaya, dan Ramah Pejalan Kaki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 401 PPPK di Pesisir Selatan Resmi Dilantik, Bupati Ingatkan Jangan Gadaikan SK ke Bank

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Solok Tutup Safari Berburu Hama, Dorong Perlindungan Pertanian dan Silaturahmi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buzzer, Kominfo, dan Tensi Politik Dharmasraya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tiga Pelaku Narkoba Ditangkap, Rekonstruksi Peredaran Sabu di Bukittinggi Terungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024