Ah, Sudahlah!
Mereka yang bersinar bisa kehilangan cahaya
Mereka yang berbudi bisa kehilangan nurani
Mereka yang berbakat bisa kehilangan adab
Mereka yang berani bisa jadi mati suri
Semua karena tahta
Semua karena cinta
Semua karena kuasa
Semua karena wanita
Semua karena harta
Semua karena dunia
Padahal maya adanya
Nurani lari dari hati
Jiwa lari dari rasa
Raga lari dari tenaga
Akal lari entah ke mana
Siapa yang selamatkan bangsa
Bila pengkhianat bertahta
Tunggak dunia saja
Demi diri semata
Kisah Usang
Semarak rumah gadang
Warna merah, kuning, hitam
Marawa gagah sepanjang jalan
Penghulu datang menjelang
Bundo kanduang sibiran tulang
Terpaku menatap alek nan gadang
Sambil bertanya pada malam
Kapan si bujang akan pulang
Dari rantau untuk jadi dubalang
Sedang kampung tak pernah dijelang
Kuasa orang yang punya tuan gadang
Bundo teriris miris
Sedih bertambah pedih
Siapa penjaga nagari
Jika muda tak paham arti
Makna antara adat yang bersandi
Dengan Syara’ sebagai sandaran yang ada bukti
Sebagai panduan gunakan kitab Illahi
Bundo menangis lirih
Baju kuruang telah hilang
Tangkuluak tak terselempangkan
Guntiang cino mulai jarang
Ke mana adat akan bersandar
Jika yang muda tak pernah sadar
Biodata Penulis:
Linda Tanjung adalah nama pena Lindawati. Kesehariannya sebagai guru di SMP Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh tidak menghentikan keinginannya untuk terus belajar menulis. Selain sebagai guru, Linda sedang merintis kembali rumah baca Pustaka Dua-k. Linda dapat dihubungi di FB: Linda Wati, IG dengan nama @lin_tanjung, dan channel YouTube Bu Lin. No HP/Wa Ummi F4 ini, dapat dihubungi 081363318346, sebagai guru, penggiat literasi ataupun pemerhati pendidikan keluarga dan anak (parenting).
Pernyataan-Pernyataan Keprihatinan
Oleh: Ragdi F. Daye
(buku terbaru yang memuat puisinya Sebuah
Usaha Memeluk Kedamaian, 2021)
Kapan si bujang akan pulang
Dari rantau untuk jadi dubalang
Sedang kampung tak pernah dijelang
Kuasa orang yang punya tuan gadang
Sebagai bagian dari sistem sosial, pengarang, penyair, atau sastrawan menggunakan karya sastra untuk mengungkapkan berbagai macam gagasan dan respon terhadap fenomena sosial. Diperkaya dengan referensi dan daya imajinasinya, sastrawan membidik nilai yang berkisar pada suatu fenomena sosial untuk menyampaikan makna, di samping memberi informasi yang dapat menggugah pemikiran pembaca. Tujuan utama diciptakannya karya sastra adalah untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga karya sastra dapat dijadikan media pembelajaran untuk menyampaikan nilai-nilai, pesan moral, fakta sosial atau konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat kepada pembaca.
Fakta sosial yang terdapat dalam karya sastra tidak dapat nafikan lagi sebab kapan dan di mana pun karya sastra diciptakan, akan selalu merefleksikan situasi maupun keadaan sosial masyarakatnya. Baik pengarang sebagai penciptanya, karya sebagai ciptaan, bahasa sebagai medium, hingga pembaca sebagai penikmat karya sastra, semuanya tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial pengarang (Didipu, 2013:91).
Sastra merupakan cerminan dan ekspresi kehidupan masyarakat. Banyak pengarang yang mengekspersikan dirinya melalui karya sastra, di antaranya berupa puisi. Puisi merupakan suatu karya yang terbentuk atas susunan kata penuh makna yang dibuat oleh penyair sebagai hasil penghayatan atau refleksi seseorang terhadap kehidupan melalui bahasa sebagai media pengungkapannya. Puisi mempunyai unsur pembangun yang secara bersama-sama membentuk kesatuan dan susunan yang indah sehingga dapat dinikmati pembaca. Struktur karya sastra merupakan sebuah totalitas yang saling berhubungan dari unsur-unsur pembangunnya, seperti kata (diksi), bunyi, rima, metafora, gaya bahasa, tema, makna, dan lain-lain.
Struktur batin puisi terdiri dari tema, rasa, nada, dan amanat. Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya sehingga tema itulah yang menjadi kerangka (landasan utama) pengembangan sebuah puisi. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Waluyo (1991) mengatakan bahwa dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Nada (tone) yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah memahami tema dan nada puisi itu. Tujuan/Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.
Kiasan atau gaya bahasa digunakan untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi. Pradopo (2009) menyatakan bahwa adanya bahasa kiasan menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan.
Pada edisi kali ini, Kreatika memuat dua buah puisi dari Linda Tanjung, seorang guru di Kota Payakumbuh. Kedua puisi tersebut berjudul “Ah, Sudahlah!” dan “Kisah Usang”. Seperti puisi-puisinya yang terdahulu, puisi ibu guru ini tetap mengandung energi kritik. Bait berikut contohnya:
Mereka yang bersinar bisa kehilangan cahaya
Mereka yang berbudi bisa kehilangan nurani
Mereka yang berbakat bisa kehilangan adab
Mereka yang berani bisa jadi mati suri
Manusia adalah makhluk yang tak dapat diprediksi (unpredictable). Akal pikiran dan hawa nafsu yang dimilikinya membuat kondisi kepribadian seseorang dapat berubah seiring perubahan yang ada di lingkungannya. Hal ini juga sejalan dengan hukum alam yang dinamis, seperti ungkapan bijak, “roda berputar, musim berganti, tak ada yang abadi”. Manusia akan diuji di dalam perubahan tersebut, apakah ia mampu istiqamah (konsisten) dengan sikap dan perilakunya atau terpengaruh oleh situasi dan kondisi.
Lebih lanjut, Linda menuliskan tentang apa yang mengubah sikap manusia tersebut: ‘Semua karena tahta/ Semua karena cinta/ Semua karena kuasa/ Semua karena wanita/ Semua karena harta/ Semua karena dunia/ Padahal maya adanya// Nurani lari dari hati/ Jiwa lari dari rasa/ Raga lari dari tenaga/ Akal lari entah ke mana’. Godaan dunia dapat menyebabkan manusia berubah, kehilangan jati diri, dan tujuan mendasar idealisme hidupnya.
Penyair atau sastrawan berdiri sebagai pengingat dalam misi edukatifnya. Di samping menyuguhkan realitas imajinatif melalui karya yang dapat menerbangkan pikiran dan perasaan pembaca, karya sastra yang ditulis penyair mengemban ‘tugas moral’ itu, menggelitik kesadaran pembaca untuk mencermati ketimpangan dan penyimpangan (distorsi) sosial. Di balik dimensi estetika, karya sastra juga mengusung dimensi etika sebagai pesan kebaikan yang estetis.
Puisi kedua menukik ke fenomena kultural Minangkabau tentang kerisauan pudarnya nilai-nilai adat dan tradiri pada generasi muda: ‘Bundo teriris miris/ Sedih bertambah pedih// Siapa penjaga nagari/ Jika muda tak paham arti/ Makna antara adat yang bersandi/ Dengan Syara’ sebagai sandaran yang ada bukti/ Sebagai panduan gunakan kitab Illahi. Ranah Minang sangat menjunjung adat dan tradisi dengan filosofi Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK), yang menegaskan adat Minangkabau berasaskan nilai-nilai agama Islam.
Globalisasi dan teknologi informasi adalah faktor yang sering dianggap sebagai pemicu tidak lekatnya nilai adat dan tradisi dengan diri generasi muda. Pencampuran interaksi sosial yang menyebabkan dunia telah menjadi semacam kampung global mengikis identitas yang sebelumnya beragam. Begitu pula media digital yang memudahkan pencampuran budaya sehingga seorang anak tidak jarang memasang atribut kultural lain yang berbeda dengan identitas aslinya.
Puisi dapat menjadi pernyataan penyair atas kecemasannya pada lingkungan sosial yang mengalami persoalan. Sisi sensitif penyair membuatnya angkat suara untuk memberi peringatan agar masyarakat tidak keliru mengambil langkah.[]
Catatan:
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini disediakan untuk penulis pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.
Discussion about this post