Kamis, 16/10/25 | 13:52 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Langkuik, Hidden Gem di Tengah Hutan Tanah Galugua

Minggu, 17/8/25 | 16:20 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia
(Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)

 

Langkuik Kolam bukan kolam. Petualangan kami ke sana bukan cuma jalan-jalan. Ini jadi pelajaran soal rasa takut, dingin, dan keberanian. —Ekspedisi Wilayah II 2025

BACAJUGA

No Content Available

Pada bulan Juli 2025, saya berkesempatan mengikuti kegiatan Ekspedisi Wilayah II di daerah yang jauh dari hiruk-pikuk kota. Tempatnya di Nagari Galugua, Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Daerah ini dikelilingi Pegunungan Bukit Barisan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Rokan Hulu. Sebagian besar jalan menuju Galugua masih berupa tanah dan bebatuan dengan jaraknya kurang lebih 119 km dari ibu kota kabupaten, Sarilamak. Namun, di balik keterpencilan itu, keaslian alam dan budaya Galugua tetap terjaga. Salah satu agenda ekspedisi yang kami lakukan adalah mengunjungi objek ekowisata yang masih jarang terekspos, yaitu Langkuik Kolam. Pengalaman ini menjadi salah satu catatan perjalanan paling berkesan bagi saya pada tahun ini.

Awalnya, saya dan rekan-rekan Ekspedisi Wilayah II membayangkan bahwa Langkuik Kolam merupakan sebuah kolam alami yang tersembunyi di tengah hutan. Beberapa jam sebelum berangkat ke sana, kami cukup kaget ketika dijelaskan oleh salah satu warga bahwa Langkuik Kolam itu bukanlah seperti kolam biasa yang kami bayangkan. Dikatakannya “langkuik” dalam bahasa mereka berarti gua, sedangkan “kolam” diartikan sebagai kelam atau gelap. Dengan kata lain, Langkuik Kolam adalah sebuah gua yang gelap gulita dan terletak di tengah hutan, bukan sekedar kolam air seperti dugaan awal kami.

Foto: Nada Aprilla Kurnia

Siapa sangka, di balik suasana alam yang tenang itu tersimpan lorong gelap yang diselimuti rimbun hutan dan air yang mengalir perlahan. Meskipun sore itu udara terasa cukup panas, tapi begitu kami mulai melangkah masuk ke aliran air yang mengarah ke mulut gua, rasa panas itu perlahan menghilang. Airnya dingin dan menyejukkan sekujur tubuh, seolah menyambut setiap langkah kami dengan kesejukan alami.

Saya bersama rekan-rekan Ekspedisi Wilayah II serta dipandu oleh beberapa warga di sana, langsung menyusuri hidden gem ini. Ketika sampai di dalam gua, cahaya matahari meredup dan suara-suara alam mulai terdengar menggema. Kami semakin dihantui rasa penasaran, adrenalin yang berdebar, langkah yang berani, dan penuh semangat. Suasana alam perlahan berubah menjadi gelap yang menenangkan. Tak ada suara selain gemericik air dan langkah kami yang berhati-hati. Terdapat langit-langit gua yang rendah di beberapa titik, sehingga memaksa kami untuk membungkuk agar bisa terus bergerak. Penerangan di dalam hanya berasal dari senter genggam dan cahaya hp masing-masing. Sedangkan saya dan beberapa teman lainnya hanya mengandalkan kepercayaan pada langkah orang-orang yang berjalan di depan.

Kami terus berjalan menyusuri lorong gua dengan genangan air sampai setinggi paha di beberapa titik. Setelah berjalan sekitar 35 menit, ada sensasi yang tidak bisa dijelaskan ketika berada di dalam sana, antara kagum, takut, dan takjub. Dalam gelap dan sunyi, kami seperti mendengar detak jantung bumi. Gua yang dihiasi bebatuan besar dan tampak seperti ukiran alam. Banyak kelelawar yang terbang melintas, sehingga memperkuat kesan mistis yang menyelimuti tempat ini. Suasana di dalamnya nyaris menyerupai adegan film petualangan, tapi kali ini terjadi secara nyata di tanah Galugua. Bahkan di beberapa bagian gua, terbentuk stalaktit dan stalagmit yang diperkirakan berumur jutaan tahun.

Dikutip dari Jadesta Kementerian Pariwisata Republik Indonesia 2025 menyatakan bahwa Langkuik Kolam ini merupakan gua dengan panjang sekitar 500meter yang menyimpan aliran anak Sungai Batang Ngiyan. Gua ini memiliki lorong-lorong kecil di dalamnya yang menambah kesan estetika. Selain itu, juga dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat yang memiliki kekuatan spiritual. Menurut warga, Langkuik Kolam dulu menjadi tempat persembunyian saat masa penjajahan. Namun, yang lebih menarik lagi adalah kepercayaan bahwa gua ini mampu “menolak” niat buruk dari luar nagari, sehingga menjadi semacam penjaga spiritual bagi masyarakat Galugua.

Petualangan ini bukan hanya tentang menembus gelapnya gua, tetapi juga menemukan sesuatu yang lebih dalam tentang alam, dan tentang diri sendiri. Saya merasa seperti sedang menyelami lapisan-lapisan waktu dan sejarah yang tertanam dari ukiran dinding gua. Ketika akhirnya keluar dari gua dan cahaya kembali menyapa, setengah dari tubuh kami basah, dan kaki gemetar karena menerjang dinginnya air. Secara pribadi, saya bukan seseorang yang tahan terhadap suhu dingin. Sehingga di ujung perjalanan, saya mengalami kram pada kaki akibat terlalu lama berada di air yang dingin. Namun, rasa tidak nyaman itu tergantikan oleh pengalaman yang begitu berharga. Bagi saya, Langkuik Kolam bukan hanya objek wisata alam; ia adalah simbol keberanian, pembelajaran, dan keindahan yang tersembunyi. Tempat ini mengajarkan bahwa untuk menemukan sesuatu yang luar biasa, sering kali kita perlu menembus ketakutan dan keluar dari zona nyaman.

Sebagai mahasiswa yang terlibat dalam ekspedisi ini, saya merasa pengalaman menyusuri Langkuik Kolam telah meninggalkan jejak yang mendalam. Saya berharap semakin banyak orang yang mengenal dan menghargai tempat-tempat seperti ini. Datanglah dengan hati yang terbuka, lalu biarkan lorong sunyi di Langkuik Kolam membisikkan sesuatu yang barangkali selama ini kita lupa: alam bukan hanya tempat untuk dikunjungi, tetapi juga tempat untuk dikenang, dijaga, dan disyukuri.

Tags: #Nada Aprilla Kurnia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Hukum Kawin Sesuku di Minangkabau

Berita Sesudah

Puisi-puisi M. Subarkah

Berita Terkait

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Minggu, 12/10/25 | 12:34 WIB

Oleh: Hasbi Witir (Mahasiswa Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas) Banyak dari kita mungkin beranggapan bahwa sejarah sastra Indonesia modern dimulai...

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Minggu, 12/10/25 | 11:30 WIB

Oleh: Muhammad Zakwan Rizaldi (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas dan Anggota UKMF Labor Penulisan Kreatif)          ...

Puisi-puisi Ronaldi Noor dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi Luka Gaza dalam “Gaza Tak Pernah Sunyi” Karya Hardi

Minggu, 05/10/25 | 23:48 WIB

Oleh: Ragdy F. Daye (Penulis dan  Sastrawan Sumatera Barat)   Kota ini bukan kota lagi. Ia museum luka yang terus...

Menyibak Sejarah melalui Manuskrip Surau Baru Pauh

Menyibak Sejarah melalui Manuskrip Surau Baru Pauh

Minggu, 05/10/25 | 23:29 WIB

Oleh: Febby Gusmelyyana (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Pada Jumat, 29 Agustus 2025, pukul 13.30...

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Konflik pada Cerpen “Pak Menteri Mau Datang” Karya A.A. Navis

Minggu, 05/10/25 | 23:11 WIB

Oleh: Faathir Tora Ugraha (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)   Ali Akbar Navis atau lebih dikenal A.A. Navis adalah...

Sastra Bandingan: Kerinduan yang Tak Bertepi di Antara Dua Puisi

Sastra Anak, Pondasi Psikologis Perkembangan Kognitif Anak

Minggu, 28/9/25 | 15:19 WIB

Oleh: Dara Suci Rezki Efendi (Mahasiswi Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Setiap karya sastra pasti memiliki pembacanya masing-masing,...

Berita Sesudah
Puisi-puisi M. Subarkah

Puisi-puisi M. Subarkah

POPULER

  • Walikota Padang Fadly Amran bersama Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara saat meninjau rehabilitasi saluran drainase dipadang pasir, Rabu (8/10). (Foto: Ist)

    Walikota Apresiasi Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara Dalam Rehabilitasi Saluran Drainase di Padang Pasir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Persiapkan Tenaga Kesehatan Untuk Ke Jerman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemenlu RI Dukung Kota Padang Kerjasama Dengan Hildesheim Jerman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyicil dari Hasil Arisan, Ketuk Pintu Baitullah hingga Lahirkan Warisan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Tawarkan Potensi Investasi kepada Delegasi Bisnis India di Medan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemprov Sumbar Gelar “Road to Aksi Bela Palestina” Bareng Wali Band

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024