Oleh: Andina Meutia Hawa
(Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)
Jerman merupakan salah satu negara yang ramah terhadap para pencari suaka (imigran) dari berbagai belahan dunia. Hal ini tidak hanya terlepas dari faktor kebijakan pemerintah, tetapi juga berkaitan dengan sejarah, politik, moral, dan hubungan internasional. Salah satu kelompok pencari suaka terbesar di Jerman berasal dari Rusia. Dilansir dari situs Deutsche Welle, hingga kini diperkirakan ada sekitar enam juta orang berbahasa Rusia yang tinggal di Jerman, sebagai besar berasal dari negara bekas Uni Soviet, seperti Rusia, Ukraina, dan Kazakhstan.
Kemunculan imigran Rusia ke Jerman memiliki berbagai latar belakang seperti sejarah, politik, dan sosia. Hal tersebut kemudian kerap dijadikan inspirasi dalam penulisan karya sastra oleh berbagai pengarang berlatar imigran. Dalam kesusasteraan Jerman kontemporer dikenal istilah Migrantenliteralur atau sastra migran (Ozkan, 2009). Secara luas, sastra migran adalah jenis karya sastra yang ditulis oleh pengarang berlatar imigran, mengangkat tema-tema seperti perpindahan, identitas hibrid, keterasingan, integrasi dan permasalahan budaya. Sastra migran juga seringnya ditulis dalam bahasa negara suaka.
Salah satu pengarang berlatar imigran Rusia yang menulis dalam bahasa Jerman ialah Vladimir Kaminer. Kaminer lahir pada 1967 di Uni Soviet dan telah menetap di Berlin sejak tahun 1990. Ia telah menulis berbagai buku yang menceritakan pengalaman-pengalamannya selama tinggal di Berlin. Kaminer banyak menggunakan humor untuk mewakili pandangannya sebagai imigran Rusia yang berada di Jerman. Ia juga kerap menggunakan sudut pandang “ambigu”, yang mana, dalam konteks sastra migran ini menunjukkan adanya krisis identitas – tidak sepenuhnya Jerman, tidak sepenuhnya Rusia. Selain itu, dalam karyanya Kaminer juga meyelipkan elemen ingatan masa lalu akan kehidupan masa lalunya di Rusia dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya di Jerman.
Berikut merupakan pemaparan pembentukan identitas tokoh imigran dalam dua cerpen karya Vladimir Kaminer yang terangkum dalam antologi cerpennya berjudul Russendisko (2005). Kedua cerpen yang dianalisis berjudul Schlechte Vorbilder (Teladan yang buruk) dan Deutsch-russisch Kulturjahr (Tahun kebudayaan Jerman-Rusia). Dalam hal ini, pembentukan identitas tokoh imigran dianalisis menggunakan teori hibriditas Homi K. Bhabha dan teori identitas Stuart Hall.
Dalam kajian poskolonial, identitas hibrid dipahami sebagai identitas baru yang diperoleh melalui percampuran budaya (Lingga, dkk. 2022). Bhabha (1994) dalam bukunya berjudul The Location of Culture, mengatakan bahwa identitas hibrid dapat diperoleh melalui mimikri atau peniruan terhadap budaya dominan. Umumnya hasil peniruan budaya tersebut akan menghasilkan budaya yang tidak sepenuhnya mirip dengang budaya dominan. Pada cerpen Schlechte Vorbilder diceritakan kehidupan tokoh Aku yang bekerja sebagai DJ dan membawakan lagu-lagu disko Rusia di sebuah kafe di Berlin. Tokoh aku menceritakan perasaan keterasingannya sebagai imigran Rusia yang dianggap memiliki teladan buruk (Schlecte Vorbilder). Ia bertekad untuk mengubah hal tersebut dengan cara melakukan mengadakan sebuah pertunjukan seni bertajuk Russendisko (disko Rusia) dalam rangka memperkenalkan seni dan budaya Rusia (Eropa Timur) kepada khalayak Jerman.
Dalam upaya mengintegrasikan dirinya dengan budaya di negara barunya, seorang imigran mau tidak mau harus beradaptasi. Proses adaptasi tersebut tidak jarang akan menghasilkan sebuah identitas baru yang merupakan campuran antara budaya lama dan baru (Bhabha, 1994). Pada awalnya, seorang imigran kerap berupaya membangun identitas kultural negara asalnya di negaranya yang baru, seperti yang dilakukan tokoh aku melalui pertunjukan seninya, “darin unterscheidet sich die osteropäische Kultur nicht von anderen Kulturen” (Kaminer, 2005: 22-23), dengan demikian, tidak ada perbedaan antara budaya Eropa Timur dengan budaya negara lainnya.”
Namun lama-kelamaan, dalam proses tersebut, justru terjadi apa yang disebut sebagai interaksi simbolik di antara budaya Jerman dan Rusia. Russendisko merupakan sebuah arena perkumpulan orang-orang dari berbagai negara, yang dipersatukan oleh pertunjukan seni dan budaya. “Seblst dann konnte man aber Wissen und nicht herausfinden, ob die Person russisch, deutsch, oder sonst was war, wegen des schelchten Lichts und sehr lauten Musik” (Kaminer, 2005: 25), sesama pengunjung tidak akan saling mengenai siapa berasal dari mana karena cahaya yang sangat gelap dan musik yang sangat kencang.
Hall (1990) mengenalkan dua konsep identitas esensial dan antiesensial. Konsep esensial memandang identitas sebagai sesuatu yang terberi, tunggal, dan tidak mengenal perbedaan. Adapun konsep antiesensial menganggap identitas sebagai sebagai sebuah praktik melalui bahasa yang diciptakan dan tidak terlepas dari kepentingan kekuasaan pihak tertentu. Konsep identias antiesensial mengakui perbedaan-perbedaan yang membentuk subjektivitas diri (Barker, 2004).
Penggalan kutipan cerpen Schlechte Vorbilder di atas menunjukkan ambiguitas dalam konsep identitas yang esensial. Dalam hal ini identitas seseorang tidak lagi ditandai oleh negara asal. Russendisko menjadi jembatan antara budaya Jerman dan Rusia, sehingga mengaburkan segala perbedaan dan sekat-sekat yang membatasi. Cahaya gelap dan musik kencang menjadi simbol terjadinya pertemuan kedua budaya, sehingga memunculkan bentuk identitas yang hibrid. Hibriditas meresistensi penandaan identitas seseorang berdasarkan esensi yang tetap, serta memungkinkan adanya penerimaan terhadap perbedaan.
Konsep identitas juga mengenal adanya konsep diri dan liyan yang kerap digambarkan sebagai sesuatu yang berlawanan. Tokoh dalam cerita sastra migran kerap melakukan peniruan budaya (mimikri) terhadap budaya negara baru sebagai upaya agar terbebas dari keliyanannya dan membangun subjektivitas diri. Hal ini juga tampak pada cerpen Deutsch-russisch Kulturjahr. Namun, dalam hal ini, diri direpresentasikan sebagai masa kini, sedangkan liyan digambarkan melalui penggambaran masa lalu tokoh Aku. Tokoh Aku di masa kini (diri) digambarkan sedang berusaha menghadirkan kembali ingatan masa lalunya (liyan). Tindakan tersebut dapat dimaknai sebagai upaya meresistensi budaya baru dengan cara mempertahankan budaya lama.
Dalam cerpen Deutsch-russisch Kulturjahr digambarkan tokoh Aku yang telah menjadi penulis terkenal. Ia juga kerap tampil di televisi dan memandu sebuah acara televisi di kanal ZDF-Morgenmagazin, di mana tokoh Aku meliput tempat-tempat unik yang ada di Berlin. Suatu hari ia dan rekannya meliput sebuah kafe bernama Seelenküche yang menjadi tempat berkumpulnya para penggemar fanatik mendiang musisi James Morrison, sekaligus merupakan vokalis band The Doors.
Kunjungan ke kafe Seelenküche kemudian membawa tokoh Aku kepada ingatan masa lalunya ketika ia masih berada di Uni Soviet. Tokoh Aku juga menganggap bahwa sosok Jim memiliki peranan penting dalam hidupnya, “Die Doors haben nämlich in meinem Leben eine wichtige Rolle gespielt” (Kaminer, 2005: 78), The Doors memainkan peranan penting dalam hidupku. Melalui kutipan tersebut memperlihatkan sosok Sosok Jim Morrison menjadi bagian dari pembentukan identitasnya. Dalam hal ini diperlihatakan tokoh Aku berupaya menemukan keterhubungan antara dirinya di masa lalu dengan dirinya di masa sekarang.
“Zwei Tage in der Akleidersammelstelle und du wärst ganz schön strange geworden Jim”, begrüßte ich die Plakatte auf dem Weg zur Arbeit” (Kaminer, 2005: 78), “dua hari sejak postermu ditempel di tempat pengumpulan pakaian bekas, kau sudah berubah menjadi aneh, Jim”, sapaku sambil berjalan menuju tempat kerja”. Kutipan tersebut merepresentasikan tokoh Aku yang berusaha mengukuhkan identitasnya sebagai orang Rusia di Jerman. Sapaan tokoh Aku pada poster Jim Morrison memperlihatkan tokoh Aku yang mulai merasakan adanya perasaan janggal yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Hal ini memperlihatkan adanya peleburan antara diri dan liyan, sehingga perlahan-lahan tokoh Aku mulai kehilangan sebagian ingatan masa lalunya dan menerima identitas barunya yang hibrid.
Dengan demikian, proses pembentukan identitas tokoh yang hibrid Aku dalam cerpen Schlechte Vorbilder dan Deutsch-russisch Kulturjahr ditunjukkan melalui simbol-simbol. Dalam cerpen Schlechte Vorbilder pembentukan identitas baru tokoh imigran ditunjukkan melalui simbol berupa pertunjukkan seni Russendisko, tempat terjadinya peleburan yang mengaburkan perbedaan budaya Jerman dan Rusia. Adapun dalam cerpen Deutsch-russisch Kulturjahr pembentukan identitas ditunjukkan diperlihatkan melalui pertemuan antara diri dan liyan, hingga membentuk subjektivitas diri yang baru. Melalui hasil analisis kedua cerpen menggunkan teori hibriditas Bhabha dan teori identitas Hall diperlihatkan bahwa identitias merupakan sebuah konsep yang cair dan dapat berubah.