Oleh: Alfitri
(Dosen Departemen Sosiologi FISIP Universitas Andalas)
Di suatu universitas, hubungan antara dosen dan mahasiswa umumnya dimaknai sebagai hubungan yang bersifat hierarkis, di mana dosen berperan sebagai pengajar, dan mentor, sementara mahasiswa adalah pihak yang belajar dan mengikuti arahan. Namun, seiring perkembangan waktu dan karier, hubungan sosial ini bisa mengalami transformasi yang tak terduga, bahkan bisa menjadi sangat unik dan inspiratif. Salah satu contohnya adalah ketika seorang mahasiswa kemudian tumbuh menjadi kolega, atau bahkan kemudian menduduki posisi dekan yang memimpin mantan dosennya.
Inilah yang saya alami dengan Pak Wahyu Pramono. Berawal sejak saya menjadi mahasiswa beliau di tahun 1986, dan kemudian mulai menjadi kolega sejak saya diterima sebagai dosen di Program Studi Sosiologi Universitas Andalas tahun 1989. Seiring berjalannya waktu, kemudian pada akhir 1990-an kami pernah sama-sama menjadi wakil dekan di periode yang sama. Beliau menjadi wakil dekan bidang akademik dan saya menjadi wakil dekan bidang kemahasiswaan. Kemudian, pada tahun 2008 – 2012 ketika saya diamanahkan menjadi Dekan FISIP Universitas Andalas, beliau adalah salah seorang wakil dekan yang ikut men-support kepemimpinan di fakultas.
Hal yang sama, misalnya, juga sama kami alami pada periode kepemimpinan Dekan FISIP Universitas Andalas 2020 – 2024 dan 2024 – 2029. Pak Dr. Azwar dan Pak Dr. Jendrius yang menjadi dekan pada periode tersebut adalah juga mantan mahasiswa kami dulunya. Inilah unik dan menariknya universitas dibandingkan instansi pemerintah lainnya. Kendati dulu berstatus mahasiswa, tetapi jika kemudian menjadi kolega yang potensial dan memenuhi kualifikasi, dapat saja kemudian menjadi pimpinan fakultas, bahkan universitas.
Pendidikan dan Dinamika Hubungan Dosen-Mahasiswa
Hubungan antara dosen dan mahasiswa di universitas dibangun di atas fondasi pendidikan dan pembelajaran. Dosen berperan sebagai mentor dan fasilitator yang memberikan pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman kepada mahasiswa. Sementara mahasiswa, dalam proses belajarnya, sering kali tidak hanya menyerap ilmu, tetapi juga mengembangkan sikap kritis, pola pikir inovatif, dan pemahaman yang mendalam tentang bidang yang mereka pelajari.
Selama masa kuliah, interaksi ini sering kali menciptakan hubungan yang saling menghargai, di mana dosen memberikan arahan, dan mahasiswa berusaha sebaik mungkin untuk menyerap ilmu serta berkembang secara intelektual dan profesional. Banyak dosen yang juga melihat potensi besar pada mahasiswanya dan berperan penting dalam mengarahkan mereka menuju kesuksesan.
Pengalaman seperti itulah yang antara lain saya alami ketika ikut mengambil mata kuliah yang diasuh oleh Pak Wahyu. Kendati waktu itu, beliau terhitung dosen muda yang baru belajar mengajar, tapi saya tetap mengikuti perkuliahannya dengan baik. Sebaliknya, beliau tampak juga menaruh perhatian dan menghargai saya yang agak aktif baik di kelas maupun di luar kelas, dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Transformasi Mahasiswa Menjadi Kolega
Seperti yang juga saya alami, dalam lingkungan akademik di universitas, dapat dan cukup sering terjadi bahwa seorang mahasiswa yang potensial dan berprestasi kemudian melanjutkan studi ke jenjang magister atau doktoral dan akhirnya kembali ke universitas sebagai dosen. Hal ini menciptakan dinamika baru, di mana hubungan antara mantan dosen dan mahasiswa berkembang menjadi hubungan antar kolega.
Perubahan ini memerlukan adaptasi dari kedua belah pihak. Mantan dosen yang kini menjadi rekan kerja harus mampu menyesuaikan diri dengan perspektif baru dan bahkan ikut mendukung pengembangan karir dari mantan mahasiswanya, yang kini juga seorang akademisi. Di sisi lain, mantan mahasiswa harus mampu menunjukkan rasa hormat yang sama kepada mantan dosennya, namun dengan pendekatan yang lebih setara dan kolaboratif.
Inilah yang antara lain ditunjukkan dan saya alami dengan Pak Wahyu ketika saya akan melanjutkan studi magister di UGM Yogyakarta. Sesuatu yang berkesan dan saya ingat adalah ketika beliau ikut menemani saya mencari tempat kost di kompleks dosen UGM Bulaksumur, Yogyakarta. Kebetulan bulan Juli 1990 itu kami sama mengikuti suatu seminar di UGM, jadi saya ajak beliau sekalian menemani dan ikut nego dalam bahasa Jawa harga kamar kost yang akan mulai saya tempati sebulan kemudian.
Seiring perjalanan waktu, setelah saya tamat studi magister di UGM tahun 1992 dan tak lama kemudian beliau pun tamat magister di Unpad, Bandung. Di Program Studi Sosiologi Universitas Andalas, berlangsung dinamika yang menarik karena, meskipun mantan mahasiswa kini memiliki peran baru sebagai kolega, rasa hormat dan penghargaan yang terbangun selama masa perkuliahan tetap terjaga. Hubungan ini sering kali ditandai dengan kerja sama dalam mengembangkan insitusi, diskusi intelektual dan kolaborasi yang produktif dalam aneka kegiatan tridharma perguruan tinggi atau pengembangan akademik.
Mahasiswa Menjadi Dekan: Ketika Hierarki Berbalik
Kasus yang lebih unik adalah ketika mantan mahasiswa tidak hanya menjadi kolega, tetapi juga menduduki posisi kepemimpinan seperti dekan. Fenomena ini mungkin jarang terjadi di instansi lain, namun sangat mungkin terjadi dalam universitas yang mendorong inovasi dan pengembangan karier berdasarkan keterbukaan kesempatan yang sama sepanjang sesuai kualifikasi dan bukan semata-mata berdasarkan senioritas.
Ketika seorang mantan mahasiswa menjadi dekan, hubungan antara dia dan mantan dosennya berubah secara signifikan. Hierarki yang dahulu ada terbalik, di mana mantan mahasiswa kini memegang otoritas formal yang lebih tinggi. Meskipun demikian, hubungan ini bisa tetap ditandai dengan rasa saling respek yang tinggi. Sang dekan yang dulunya mahasiswa tetap menghargai masukan dan pengalaman dari mantan dosennya, sementara mantan dosen yang kini menjadi bawahannya tetap dapat memberi kontribusi melalui kebijaksanaan dan pengalaman panjangnya.
Keberhasilan hubungan sosial ini sangat bergantung pada sikap kedua pihak. Dekan yang dulunya mahasiswa harus mampu mempertahankan sikap rendah hati, bersedia belajar dari mantan dosennya, dan tetap mempertahankan semangat kolaborasi. Sementara itu, mantan dosen yang kini menjadi bawahan harus mampu melihat potensi dan visi yang dibawa oleh dekan baru, serta mendukungnya dengan sepenuh hati.
Pengalaman seperti itu juga saya alami ketika Pak Wahyu menjadi salah seorang wakil dekan ketika saya diberi amanah menjadi Dekan FISIP Universitas Andalas tahun 2008 – 2012 yang lalu. Berhubungan dengan wakil dekan dan kolega lain yang lebih senior, sedikit banyak saya pun merujuk pada buku Tucker dan Bryan (1991) yang berjudul The Academic Dean: Dove, Dragon and Diplomat. Dalam hubungan tugas sehari-hari tidak selalu beliau yang datang ke ruang dekan, tapi tak jarang pula saya yang datang ke ruangan beliau untuk mendiskusikan beberapa tugas yang perlu diselesaikan. Karena itu, saya merasa sangat terbantu dengan keberadaan beliau sebagai wakil dekan bidang Administrasi umum, dan keuangan. Pak Wahyu tampak selalu berusaha untuk menjalankan tugasnya dengan baik, proper dan fair serta bertanggung jawab.
Pembelajaran dari Hubungan yang Unik Ini
Hubungan sosial unik di universitas ini memberikan beberapa pelajaran penting, antara lain:
Saling Respek Adalah Kunci: Saling respek adalah elemen utama yang memungkinkan hubungan ini berjalan baik. Baik mantan mahasiswa yang kini menjadi atasan maupun mantan dosen yang kini menjadi bawahan, keduanya harus menjaga rasa hormat dan saling menghargai.
Pentingnya Pembinaan dan Dukungan: Transformasi dari mahasiswa menjadi kolega atau dekan menunjukkan betapa pentingnya pembinaan dan dukungan yang diberikan oleh dosen. Dosen yang mampu melihat potensi besar pada mahasiswanya dan mendukung pengembangan karier mereka menjadi contoh nyata bagaimana pembinaan yang baik dapat menghasilkan pemimpin masa depan.
Fleksibilitas dalam Kepemimpinan: Universitas yang mampu melihat potensi dalam diri alumninya dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memimpin menunjukkan fleksibilitas dan keterbukaan terhadap perubahan. Ini menciptakan budaya kampus yang inklusif dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Kesimpulan: Hubungan sosial di universitas yang ditandai oleh saling respek dan transformasi peran, di mana mahasiswa bisa menjadi kolega atau bahkan dekan dari mantan dosennya, adalah contoh unik dari dinamika akademis yang penuh makna. Hal ini tidak hanya menunjukkan fleksibilitas dan adaptabilitas lingkungan akademik, tetapi juga menjadi cermin bagaimana rasa hormat dan kerja sama dapat menghasilkan kemajuan yang lebih besar bagi universitas dan dunia pendidikan secara keseluruhan.
Sedikit banyak, Pak Wahyu sudah mencontohkan itu, dan saya ikut menyaksikan dan mengalaminya. Selamat purna tugas untuk Pak Wahyu. Semoga selalu sehat dan tetap bermanfaat untuk orang banyak