Puisi-puisi Putri Ningsih
Di Taman Mini Bahagia
Lelah tiada berdaya
Luntang-lantung langkahnya
Cantikkah warnanya?
Penuh warna paginya
Matahari ikut menyapa
Mendung yang disuka
Di lingkungan baja
Apa?
Yang menjadi bahagia
Keindahan warnanya
Kuning merona
Seperti senyum matahari
Pagi ini.
Bunga-bunga sepanjang jalanan
Di taman mini, mencari kebahagiaan
Menatap indah warnanya
Pelepas penat yang datang
Saat langkah luntang-lantung sampai petang
Sumatera Barat, Oktober 2024
Korban Jalanan
Diam memahami
Tersenyum menyikapi ketidaktahuannya
Seorang korban dan Ibu pedagang
Disambar di jalanan dengan truk jitunya
Diam memahami, ramah menyambut
Bukti menghormati dan menghargai orang tua
Sebab banyak ilmu tiada guna
Kalau membangkang dan mencela
Seorang anak yang patuh pada orang tua
Berikanlah sambutan terbaikmu
Meski bukan satu darah daging mulai
Tetap hormati yang lebih tua
Dukunglah niat terbaiknya
Menolong mencapai tujuan terbaiknya
Meski kau terdiam, tak tahu langkah
Ikutlah dengan keikutsertaananya
Menolong orang lain ada ganjaran-Nya
Resah hatimu, saat kau seorang korban
Di jalanan bertemu tanpa sengaja
Ingin lepas dari keberadaan situasi lugu
Polos tanpa saya
Yakinlah, karena bukan suatu kejahatan
Jangan cemas dan ragu trik jitunya
Positif, belajarlah dengan penyampaian
Trik jitu yang dilontarkannya
Belajar pemasaran penuh semangat gelora.
Sumatera Barat, Oktober 2024
Pencetus
Pencekik perintis masa
Masam luka cerminan
Gantung masa tiba
Perintis kesejahteran
Sang pencerah dominan
Pencetus pengalaman
Sahabat berdekatan
Acara kebersamaan
Lupakah ia persahabatan
Jauhan dalam pandangan
Berkumpul dalam ceria
Dan duka di rasa
Seperti dahulu kala
Kembali ada
Walau sesekali saja
Sumatera Barat, Oktober 2024
Tentang Penulis
Putri Ningsih. Seorang gadis yang dilahirkan di Pasaman Barat, saat ini mengelola Rumah Tahfizh dan Rumah Baca SYAFII NM. Manusia biasa yang mencoba belajar nulis lagi. Untuk berkenalan lebih lanjut bisa di instagram nya : @nm_salsabila, @putriningsih_7 dan Facebook : Putri Ningsih.
Realitas Mayarakat dalam Larik-Larik Puisi
Oleh: Dara Layl
(Pengurus Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Sumatera Barat)
Di lingkungan baja
Apa?
Yang menjadi Bahagia
Puisi dan realitas kehidupan tidak bisa dipisahkan, seperti dua sisi mata uang yang erat terikat satu dengan yang lainnya. Puisi bisa menjadi refleksi atau pantulan dari realitas kehidupan. Sedangkan, realitas kehidupan adalah jantung bagi puisi. Realitas kehidupan menjadi hal pertama yang ditelaah ketika seseorang akan menuliskan sebuah puisi.
Puisi adalah salah-satu karya sastra yang berbentuk pendek, singkat dan padat yang dituangkan dari isi hati, pikiran dan perasaan penyair, dengan segala kemampuan bahasa yang pekat, kreatif, dan imajinatif (Suroto, 2001).
Pada edisi kali ini Kreatika menampilkan tiga puisi karya Putri Ningsih yang merupakan seorang guru sekaligus pengelola Rumah Tahfiz dan Rumah Baca, ketiga puisnya yaitu “Di Taman Mini Bahagia”, “Korban Jalanan”, dan “Pencetus”. Ketiga puisi ini dekat dengan representasi realistas kehidupan masyarakat.
Lebih jauh Suroto (2001) menyampaikan bahwa puisi pertama, “Di Taman Mini Bahagia” mempresentasikan kehidupan masyarakat dalam rutinitas pekerjaan setiap hari. Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama yang warga-warganya hidup bersama untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga menghasilkan kebudayaan.
Puisi petama ini menggambarkan seseorang yang rehat di Taman Kota selepas bekerja seharian. Hal ini bisa dilihat dalam sajak;
/Di taman mini, mencari keahagiaan/
/Pelepas penat yang datang/
/Saat langkah luntang-lantung sampai petang/
Puisi ini seolah ingin menggambarkan realitas masyarakat terutama di perkotaan dengan kuantitas pekerjaan yang banyak. Masyarakat kota yang digambarkan pada puisi ini terlihat dari kata “baja’ sebagai simbol bangunan gedung-gedung tinggi yang biasa ada di daerah perkotan, bisa dilihat dalam sajak;
/Mendung yang disuka/
/Di lingkungan baja/
/Apa?”/
/Yang menjadi bahagia/
Larik puisi ini seakan ingin bertanya, “Kehidupan kota yang didambakan banyak orang dengan rutinitas pekerjaan sehari-hari, benarkah itu yang sedang dicari?
Hal yang membuat unik puisi ini adalah menggunakan rima menyenangkan dengan akhiran vokal a,i,u,e,o seperti yang tergambar dalam judul “Di Taman Bahagia”, namun jika dibaca perlahan puisi dengan suasana menyenangkan ini membawa nada kegetiran.
Menurut KBBI rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak atau pada akhir larik sajak yang berdekatan dengan tujuan membangun struktur sekaligus menciptakan simetri yang menyenangkan atau bahkan indah diantara bait-bait puisi.
Sedangkan, menurut Tarigan (2013) nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya yang berkaitan erat dengan tema yang ingin disampaikan penyair seperti merenungkan, menertawai, memarahi, menyindir, menasehati, menggurui atau mengejek. Seperti yang terlihat dalam pembuka puisi ini, semua bagian akhirnya banyak menggunakan akhiran “-a”. vokal “-a” yang biasa dibaca meghadirkan perasaan senang, namun dalam sajak perbuka ini adalah kebalikannya. Terlihat pada sajak;
/Lelah tiada berdaya/
/Luntang-lantung langkahnya/
/Cantikkah warnanya?/
Di dalam puisi pertama ini kita juga seolah diajak untuk mengambil jeda atau rehat dalam aktivitas apapun yang dilakukan sehari-hari, terlebih di dalam bekarja, karena pada zaman yang modern dengan kecepatan informasi yang tidak terbatas membuat kita dikejar oleh waktu.
Puisi kedua, “Korban jalanan”. Jika dilihat dari judulnya puisi kedua ini menceritakan tentang seseorang yang terkena musibah kecelakaan di jalan. Selain itu, puisi ini juga menggambarkan bagaimana cara mengarhagai orang yang lebih tua, seperti yang terlihat di dalam sajak;
/Berikanlah sambutan terbaikmu/
/Meski bukan satu darah daging mulai/
/Tetap hormmati yang lebih tua/
Pada puisi kedua ini seolah menggambarkan realitas masyarakat di jalan yang kadang mengalami kecelakaan. Puisi ini akan lebih bagus jika fokus mengangkat satu tema, selain mengisahkan tentang kecelakaan puisi ini juga mengisahkan tentang hormat kepada orang tua, sehinga membuat pembaca agak bingung.
Puisi ketiga, “Pencetus” puisi ketiga ini mengisahkan tentang hubungan seseorang dengan orang lain dalam bentuk persahabatan. Dalam sebuah hubungan ada pasang dan surut, kadangkala seseorang bisa menjadi penyemangat karena kehdirannya, namun tidak selamanya seseorang akan selalu ada membersamai kita, terlihat dalam sajak;
/Sahabat berdekatan/
/Acara kebersamaan/
/Lupakah ia persahabatan/
/Jauhan dalam pandangan/
Secara keseleuruhan tema yang diangkat dalam ketiga puisi ini sangat bagus dan menarik dengan mengangkat realitas dalam kehidupan yang dekat dengan setiap orang, seperti pekerjaan, persahabatan dan sampai pada kecelakaan, akan tetapi ketiga puisi ini akan lebih baik jika difokuskan pada satu pembahasan. Puisi adalah bahasa yang dikristalkan, oleh karena itu pemilihan diksi dalam puisi perlu diperhatikan untuk membuat pesan dalam puisi jadi lebih lengkap, namun tetap indah dibaca. Terima kasih kiriman puisinya Kak Putri Ningsih, ditunggu karya lainnya. (*)
Tentang Kreatika
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.