Selasa, 15/7/25 | 02:37 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KREATIKA

Puisi-puisi Dara Layl dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 04/8/24 | 10:52 WIB

Puisi-puisi Dara Layl

 

Penjara

 

aku terhempas pilu

terdampar dalam kesakitan

BACAJUGA

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 08/6/25 | 16:36 WIB
Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 01/6/25 | 06:46 WIB

ombak membawaku pada karang—

karang yang setajam dendam

 

kisah ini,

menghancurkan pengharapanku

tapi tetap—

rinduku padamu.

 

Kutub Tak Bersalju, 2018

 

di sana. di sini.

 

ada banyak ketakutan yang menyerang

menyusup diam-diam

menikam dalam-dalam

 

pada suatu malam

ketakutan menjelma

kecemasan berjubah panjang

sepanjang beban yang diramu akal

dengan berbagai penyakitan

 

ketika fajar beranjak datang

hati ikut menghidupkan kegundahan

kobaran pasrah menyala dihujani air mata

hanya saja keyakinan selalu kita ragukan

atau mungkin ketidakberdayaan yang kita agungkan

 

langkah kaki kian berat

tulang-belulang patah

beban telah menetap di sana—

di sana. di sini. di sana-sini

 

Kutub Tak Bersalju, 2028

 

Usai

 

kearoganan mengungkungnya untuk tidak berbuat apa-apa

keegoisan mengikatnya dengan simpul mati

ia ingin berkelana jauh bersama harapan yang telah lama disulam

namun sayapnya patah—

dipatahkan

 

senyumnya merekah—

dalam kepalsuan

 

ia ingin memulai lagi

tapi pengkhianatan kembali memenjarakannya

dalam renungan panjang

telah ia kebumikan jiwanya—

ia tulis namanya di atas batu nisan

bersama setangkai mawar hitam

di samping penyesalan

 

Kutub Tak Bersalju, 2018

 

Dara Layl nama pena dari Dara Puspa Mulyana berasal dari daerah Kutub Tak Bersalju. Sekarang sedang menyelesaikaan pendidikan di Universitas PGRI Sumatera Barat dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia  dan juga aktif sebagai anggota FLP (Forum Lingkar Pena) Sumatera barat. Teman-teman bisa mengenalnya melalaui Podcast Dara Layl dan akun sosial media Instagram @daraa.pm dan @daralayl serta twitter @daralayl.

 


Terhempas Beban Penyesalan

Oleh Ragdi F. Daye

(buku terbaru yang memuat puisinya Sebuah Usaha Memeluk Kedamaian, 2021)

 

 

telah ia kebumikan jiwanya—

ia tulis namanya di atas batu nisan

bersama setangkai mawar hitam

 

Karya sastra adalah sebuah bentuk ekspresi manusia yang mencerminkan pengalaman, ide-ide, dan perasaanya (Abrams, 1971:11). Bentuk ekspresi tersebut dapat berjarak dari kehidupan sang penulis dan bisa pula refleksi kehidupan personalnya sebagai sosok inividu yang memiliki emosi, pikiran, dan alat indra yang berfungsi untuk merespons lingkungan. Sebagai bagian dari sistem sosial, pengarang, penyair, atau sastrawan menggunakan karya sastra untuk mengungkapkan berbagai macam gagasan dan respons terhadap fenomena sosial.

Puisi merupakan suatu karya yang terbentuk atas susunan kata penuh makna yang dibuat oleh penyair sebagai hasil penghayatan atau refleksi seseorang terhadap kehidupan melalui bahasa sebagai media pengungkapannya. Puisi mempunyai unsur pembangun yang secara bersama-sama membentuk kesatuan dan susunan yang indah sehingga dapat dinikmati pembaca. Struktur karya sastra merupakan sebuah totalitas yang saling berhubungan dari unsur-unsur pembangunnya, seperti kata (diksi), bunyi, rima, metafora, gaya bahasa, tema, makna, dan lain-lain.

Banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sastra tentang pengertian puisi. Menurut Waluyo (2002:32), puisi ialah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata imajinatif. Altenbernd dalam Pradopo (2010:57) memberikan definisi tentang puisi yaitu pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama.

Menurut Mulyana (2009:27) mengutip definisi puisi dari Groot (1998:249) dalam bukunya yang berjudul Algemene Versieer yang menyatakan bahwa perbedaan pokok antara prosa dan puisi adalah kesatuan-kesatuan korespondensi prosa yang pokok ialah kesatuan sintaksis; kesatuan korespondensi puisi adalah kesatuan akustis. Di dalam puisi korespondensi dari corak tertentu, yang tediri dari kesatuan- kesatuan tertentu pula, meliputi seluruh puisi dari semula sampai akhir, kesatuan ini disebut baris sajak. Di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.

Pada edisi kali ini, Kreatika memuat tiga buah puisi dari Dara Layl. Ketiga puisi gadis asal negeri dingin tak bersalju, Alahan Panjang ini, berjudul “Penjara”, “di sana. di sini.”, dan “Usai”.

Puisi pertama, “Penjara”, mengungkapkan tentang seseorang yang terjebak di dalam keadaaan yang tidak menyenangkan, namun dia tetap bertahan. Hal ini diungkapkan Dara dengan larik-larik berikut: ‘aku terhempas pilu/terdampar dalam kesakitan/ombak membawaku pada karang—/karang yang setajam dendam’. Bait ini menggambarkan ketika ‘aku’ larik mengalami situasi buruk  tersebut, ‘terhempas’, ‘terdampar’, dan ‘kesakitan’.

Hal-hal buruk dapat terjadi di luar ekspektasi. Baik karena kita tidak mengantisipasinya, maupun karena risiko tersebut di luar kendali. Begitupun dalam relasi sosial, seperti ikatan percintaan atau perkawinan. Di dalam perjalanannya, hubungan bisa menjadi tidak mengenakkan ketika tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya pengkhianatan atau melanggar komitmen.

Pihak yang menjadi korban kadang dihadapkan pada pilihan untuk mengakhiri supaya dapat keluar dari keadaan yang tidak disukainya atau tetap bertahan asal ada konsensus untuk memperbaiki situasi. Pilihan terburuk adalah tetap bertahan dan berdamai dengan keadaan, ‘kisah ini,/menghancurkan pengharapanku/tapi tetap—/rinduku padamu.’ Ada orang yang menderita di dalam tekanan, namun dia memilih tak beranjak pergi.

Puisi kedua, “di sana. di sini.”, memotret ketakutan yang membebani sepanjang hari. Hal ini sering disebabkan sikap ‘overthinking’. Overthinking adalah memikirkan atau mempertimbangkan sesuatu secara berlebihan atau berulang-ulang. Seseorang yang mengalami overthinking suka menganalisis berlebihan, merefleksikan sesuatu secara berlebihan, atau khawatir akan sesuatu secara berlebihan.

Mereka terus terjebak dalam lingkaran pikiran yang sulit dihentikan, sehingga mengganggu kesehatan mental dan emosionalnya. Dara melukiskan pengaruh beban kecemasan itu di bait terakhir puisi, ‘langkah kaki kian berat/tulang-belulang patah/beban telah menetap di sana—/di sana. di sini. di sana-sini’.

Puisi ini menarik dengan baris-baris yang saling membangun suasana. Namun ada larik yang cukup timpang di bait ketiga, ‘ketika fajar beranjak datang/hati ikut menghidupkan kegundahan/kobaran pasrah menyala dihujani air mata…’. Larik ‘kobaran pasrah menyala dihujani air mata’ enak dibaca, namun menunjukkan stuktur tidak logis. Lumrahnya, ‘kobaran’ akan padam ketika ‘dihujani’, tetapi di larik ini justru ‘menyala dihujani’. Di sinilah pentingnya pilihan kata yang tepat sehingga metafora yang dibuat penyair tetap mendukung keutuhan makna puisi.

Puisi terakhir, “Usai”, seperti jawaban atas kegalauan pada dua puisi sebelumnya. Dara membuka bait pertama, ‘kearoganan mengungkungnya untuk tidak berbuat apa-apa/keegoisan mengikatnya dengan simpul mati/ia ingin berkelana jauh bersama harapan yang telah lama disulam/namun sayapnya patah—/dipatahkan’.

Klausa ‘harapan yang telah lama disulam/namun sayapnya patah—/dipatahkan’ memberi rasionalisasi atas narasi sebelumnya tentang seseorang yang terjebak dalam ‘penjara’ dan overthinking-nya. Sebenarnya dia ingin melakukan suatu tindakan perubahan untuk memperbaiki keadaan, namun dia tidak berdaya, atau sengaja dibuat tak berdaya.

Kelanjutan yang tak terhindarkan adalah ‘senyumnya merekah—/dalam kepalsuan’. Artinya pihak yang terjebak hanya bisa berpasrah. Mengapa? Sebab, sebenarnya ‘ia ingin memulai lagi/tapi pengkhianatan kembali memenjarakannya’. Tragis. Terkadang seseorang sulit mengambil keputusan dikarenakan ketakutan akan efek yang tidak sesuai dengan harapan. Ketika dampak yang ditimbulkan tidak seperti yang diharapkan seseorang cenderung akan menyalahkan dan menyesali keputusan yang diambil.

Islam telah melarang umatnya untuk menyesali secara berlebihan atas apa yang telah terjadi. Rasulullah bersabda: “Apabila engkau tertimpa suatu kegagalan, janganlah engkau berkata : “Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu. Akan tetapi katakanlah “Qaddarallahu wamaa Syaa’a Fa’ala” (Ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki). Sesungguhnya ucapan “Seandainya”akan membuka (pintu) perbuatan Syaithan” (Hadits Shahih Riwayat Muslim)”.

Terpenjara dalam penyesalan karena salah membuat pilihan (keputusan) dapat dimitigasi dengan melakukan perenungan dan pertimbangan matang yang didasari pikiran logis serta referensi yang dapat dipercaya. Setelah semua upaya antisipasi tersebut berserah diri dalam tawakkal adalah sikap yang paling tepat bagi seorang hamba. []

 

Tentang Kreatika

Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini disediakan untuk penulis pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.

Tags: #Ragdi F. DayeDARA LAYLKreatika
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Tradisi antara Identitas dan Media Kritik

Berita Sesudah

Introspeksi Diri: Dari Nasi Ke Hati

Berita Terkait

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 08/6/25 | 16:36 WIB

  Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara Alienasi Hidup Kita hanya seorang pelancong Yang mengembara segala tempat Lalu tinggal – termenung Di...

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 01/6/25 | 06:46 WIB

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra Gambar Diri Ini gambar diri. Aku yang berjalan tak selalu lurus, kadang tersandung bayangan sendiri, cerobohku...

Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 25/5/25 | 09:15 WIB

Seberkas Titik yang Masih Tertinggal Cerpen Oleh: Arifah Prima Satrianingrum   Siang itu, matahari dengan terik mengambang di Padang. Ruas-ruas...

Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Minggu, 11/5/25 | 07:10 WIB

Puisi-puisi Farha Nabila   Kanak-Kanak dalam Diri Tatkala kutemukan diriku dalam relung kesepian Yang disana takkan kutemukan dengungan sumpah serapah...

Cerpen “Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat” karya Balqin Adzra dan Ulasannya oleh M. Adioska

Cerpen “Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat” karya Balqin Adzra dan Ulasannya oleh M. Adioska

Minggu, 04/5/25 | 08:40 WIB

Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat Karya: Balqin Adzra   “Silahkan mampir! Kami mempunyai mochi varian baru!” teriak sang penjual...

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 27/4/25 | 16:31 WIB

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra   Merindu Nagari Nan Jauh Tiap langkah yang menapak Meninggalkan rindu yang menjejak Risau nan gulandah memenuhi...

Berita Sesudah
Satu Tikungan Lagi

Introspeksi Diri: Dari Nasi Ke Hati

Discussion about this post

POPULER

  • Sekitar 150 warga Jorong Kampuang Surau, Nagari Gunung Selasih, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, menggelar aksi unik dengan mengarak TOA (pengeras suara) keliling kampung pada Minggu malam (13/7/2025).

    Warga Kampuang Surau Arak TOA Keliling Kampung, Tuntut Pengembalian 20 Persen Lahan dari PT BPSJ

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perayaan HUT Koperasi ke-78 di Bukittinggi, Bung Hatta Kembali Jadi Inspirasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yusri Latif: Koperasi Harus Jadi Kunci Kebangkitan UMKM dan Potensi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024