Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah)
Ada satu kebiasaan yang sering menjebak kita, yaitu menunda-nunda pekerjaan. Pekerjaan yang awalnya sepele ditunda dengan harapan nanti dapat diselesaikan. Hari pun berganti, pekerjaan pun bertambah, dan terasa semakin berat saja. Tanpa disadari akan “meledak” dan membuat kita sesak.
Tidak salah kiranya bahwa hal paling rumit itu menyelesaikan pekerjaan yang ditunda. Terkadang pekerjaan itu tidaklah berat, namun sedikit niat yang tersemat untuk menyelesaikan dengan cepat. Ditumpuk begitu saja, mengingat masih ada esok untuk bekerja. Buruknya, pekerjaan itu semakin banyak dan membuatnya menjadi rumit. Saya menyebutnya sedikit demi sedikit lama-lama jadi rumit.
Setidaknya ada dua hal yang harus dikelola dengan tepat, agar tidak terjadi hal serupa demikian. Tentu bukan sesuatu yang akurat, tapi ini solusi cepat. Dua hal itu adalah disiplin dan konsisten. Disiplin mengelola waktu dan konsisten mengerjakan pekerjaan menjadi dua hal yang mulai saya terapkan. Memang tidak serta-merta terealisasikan secara maksimal, namun perlahan dan pasti dikerjakan.
Saya memulainya dengan menetapkan hal prioritas untuk diselesaikan. Dari tumpukan pekerjaan itu, saya mulai memilih mana yang hampir dekat deadline, atau sudah lewat jatuh tempo tapi masih ada dispensasi. Ini sungguh menyedihkan, menyelesaikan pekerjaan dari asas pertimbangan tenggang rasa. Namun begitu, saya tetap kerjakan dengan maksimal.
Di sisi lain, saya mulai belajar untuk lebih realistis dengan diri sendiri. Saya mulai menyadari bahwa tidak semua hari akan produktif, tapi produktifitas bisa saja diusahakan setiap hari. Semua itu bagian dari sebuah proses, dan hal terpentingnya adalah menjaga ritme kerja, yakni dispilin dan konsisten.
Saya mulai berusaha untuk disiplin dan konsisten dalam bekerja, seperti mulai untuk tidak lagi menumpuk pekerjaan dan menjadikan rutinitas harian lebih teratur. Meski itu tidak semudah ucapan, perubahan postif mulai terasa, menyadarkan saya akan pentingnya setiap langkah kecil untuk lebih produktif. Paling tidak, segala hal menumpuk itu mulai perlahan menipis dan selesai.
Akhirnya saya menyadiri bahwa menumpuk pekerjaan itu seperti membiarkan cucian kotor. Semakin ditunda untuk dicuci, semakin menumpuk, dan semakin bau. Tapi tetap bisa untuk dibersihkan asalkan ada kemauan, disiplin, dan konsisten. Hingga suatu saat nanti kita bisa tertawa riang melihat tumpukan pekerjaan itu berhasil dituntaskan. Tidak ada lagi air mata kegelisahan, yang ada hanya tawa kebahagian dan bisikan “kenapa tidak dari dulu sih!”. Sekian.
Discussion about this post