Secara ekologis, penggunaan metafora “rumah” dalam promosi pariwisata mendukung prinsip ekologi. Berdasarkan prinsip deep ecology oleh Naess (2008), keberadaan alam dan spesies nonmanusia di dalamnya merupakan elemen penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan penyebutan “rumah” untuk menyebut Taman Nasional, kita hendaknya menyadari bahwa habitat alami yang dipertahankan dalam Taman Nasional merupakan tanggung jawab bersama. Peran dari pengelola pariwisata tentu tidak bisa kita jadikan satu-satunya tolok ukur untuk mengawasi fungsi Taman Nasional sesuai dengan Undang-Undang. Pengunjung Taman Nasional pun tidak kalah penting dalam menjaga “rumah” tersebut.
Filsafat deep ecology menitikberatkan pada peran “rumah” sebagai suatu ekosistem yang terdiri dari anggota yang saling bergantung satu sama lain. Dengan demikian, sebagai bagian dari ekosistem, kita hendaknya menjaga “rumah” tersebut dengan memupuk kesadaran atas peran lingkungan alam dalam menopang kehidupan. Lingkungan yang tidak hanya memberikan kenyamanan dan keamanan bagi manusia, tetapi juga spesies lain yang memiliki hak untuk tetap hidup.
Tulisan singkat ini mengulas sedikit peran bahasa dalam membentuk persepsi kita terhadap lingkungan. Sebagai entitas yang menggunakan bahasa sebagai kendaraan kognitif dan sosial, bahasa dalam promosi pariwisata hendaknya bersifat ekosentris untuk memberikan wawasan bahwa keberadaan alam tidak hanya berfungsi sebagai instrumen untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga sebagai “rumah” yang seharusnya dirawat oleh para penghuninya.








![Kantor PDAM Kota Padang.[foto : net]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/07/FB_IMG_17535045128082-350x250.jpg)
Discussion about this post