Melihat keceriaanya itu, banyak orang menggodanya.
“Ha, di Makah ibuk sakik bakapanjangan se, tidak bisa beribadah dan berziarah dengan baik. Kini, ketika akan pulang ibuk sehat walafiat”. Dengan cepat dan ceria Ibu Rohana menjawab.
“Ya, Alhamdullilah, kini kita sudah bergelar haji. Aku membayangkan orang kampungku memangilku dengan Etek Haji bukan lagi dengan Etek Bensin”.
Semua yang mendengar kaget, tapi mereka hanya tersenyum dikulum. Aku dapat menebak apa yang dipikirkannya untuk apa sebetulnya Ibu Rohana ini ke Mekah. Ternyata ia hanya ingin namanya disebut sebagai Etek haji.
Sesampai di Bandara Tabing Padang, kami turun dari pesawat dan disambut oleh sanak keluarga dengan rasa haru. Begitu juga dengan Ibu Rohana. Aku melihat, betapa bahagianya ia ketika disambut keluarganya dan dipanggil dengan sebutan Etek Haji. Dengan besemangat .ia bercerita tentang kota Medinah dan Mekah serta tempat-tempat ziarah. Ia mengetahui semua tempat ziarah tersebut seolah-olah ia mengunjungi semua tempat bersejarah itu. Tak ada ceritanya kalau selama di tanah suci sebetulnya ia sakit.
Beberapa hari setelah kepulanganku dari tanah suci, aku pergi membeli ketupat untuk sarapan keluarga ke Simpang. Sejatinya aku sudah melupakan cerita tentang ibu Rohana. Namun, ketika aku menunggu pesanan ketupat tersebut, beberapa ibu-ibu yang sedang makan ketupat di sana membicarakan nama Ibu Rohana karena ia memang berjualan bensin di sekitar itu. Sepenggalan dialog yang kutangkap yang membuat aku ternganga,
“Kabarnya Etek Haji bensin tu selama di Mekah sakit” Mendengar itu, ibu yang satu lagi menjawab.
“Ya, iyalah, ia naik haji dengan uang haram”. Mendengar itu temannya berkata,
“ Huss jangan begitu, dosa lho membicarakan aib orang.”
“ Aku tidak menjelekkannya, aku melihat sendiri kalau ia menambahkan air ke dalam bensin yang dijualnya untuk memperoleh laba yang banyak.”
Mendengar dialog itu, aku beristigfar dan ingat nasihat penceramah ketika manasik haji. Mungkin ini makna perkataan penceramah dulu “walaupun hanya setestes air dicampurkan dalam bensin yang dijual dan uang penjualannya digunakan untuk haji, akan membuat hajinya tidak diterima Allah. Wallahua’lam bissawwab, Hanya Allah yang tahu.
White Rose, Penghujung ‘23
Biodata Penulis:
Armini Arbain merupakan dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas. Buku-buku telah terbit dalam bentuk novel, kumpulan cerpen, dan buku referensi, seperti Novel Bergolak, Derita Anak Negeri, Kumpulan Cerpen: Lelaki Datang Malam, dan Pengarang-pengarang Sumatera Barat Era Reformasi: 1998-2013.
Discussion about this post