Kamis, 28/8/25 | 13:54 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI CERPEN

Setetes Air dalam Bensin

Minggu, 30/6/24 | 09:10 WIB

Ketika itulah aku melihat seorang ibu setengah baya  yang makan sambil  bercerita pada ibu yang duduk di sebelahnya. Makan sambil bicara  dan tertawa-tawa membuat ia tidak sadar kalau garpunya jatuh mengenai kakiku.  Melihat hal itu, aku ambil garpunya dan kemudian kuserahkan pada pemiliknya sambil  bertanya ibu itu tergabung pada regu berapa. Ia menjawab kalau ia anggota regu sepuluh. Ibu itu bernama Rohana dan teman di sebelahnya bernama ibu Asma. Kedua ibu itu ternyata satu regu denganku dan kampung kami pun bersebelahan. Namun, aku tidak mengenalnya karena aku tidak ikut  manasik di tempat aku mendaftar, yakni di Bukittinggi.  Aku manasik di Padang karena aku berdomisili dan bekerja di Padang. Untuk itu, aku memperkenalkan diri sebagai anggota regu sepuluh. Kami berbincang dengan akrab.

Sekitar delapan jam mengudara, pesawat kami mendarat di Bandara King Abdul Aziz, jamaah turun dengan tertib. Walaupun dalam kondisi lelah, kami tetap harus  menjalani serangkai pemeriksaan surat menyurat, bawaan, termasuk makanan. Setelah itu, kami naik bis menuju Kota Madinah. Sampai di Madinah, kami langsung diantar ke pemondokan. Setelah makan dan beristirahat sebentar, kami langsung melakukan salat zuhur, salat Arbain pertama di Masjid Nabawi, masjid yang sekaligus tempat makam Rasullullah SAW.

Setelah salat asar di Nabawi, aku dan kedua adikku serta ketua regu  pergi ke pasar untuk membeli barang-barang  keperluan memasak, seperti kompor, wajan, dan minyak tanah. Sementara itu, beras dan bahan lauk-pauk sudah kami bawa dari tanah air. Sore itu, kami hanya memasak nasi. Sebelum magrib, regu kami telah selesai makan dan kami bersiap untuk pergi Masjid Nabawi menunaikan salat magrib dan isya.

Esoknya, kami menjalani rutinitas ibadah yakni salat arbain di Nabawi dan sekaligus ke Raudah, kuburan Rasullullah SAW. Air mata ini tidak tertahan mengenang perjuangan nabi Allah dalam mengembangkan agama Allah. Isak tangis terdengar nyaring, bahkan ada orang yang menangis berteriak-teriak menyebut nama Rasullullah SAW. Sungguh suatu pemandangan yang mengharukan.

BACAJUGA

Cerpen Lelaki Tampan yang Membawaku Pergi

Cerpen Lelaki Tampan yang Membawaku Pergi

Minggu, 20/10/24 | 16:56 WIB
Luka Hati

Luka Hati

Minggu, 28/7/24 | 09:37 WIB
Halaman 2 dari 7
Prev123...7Next
Tags: #Armini Arbain
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Istilah “Magrib” dan “Orang Gila Mana” di Media Sosial

Berita Sesudah

Twenty-Four Eyes: Kehangatan dan Kepiluan dalam Satu Cerita

Berita Terkait

Cerpen Lelaki Tampan yang Membawaku Pergi

Cerpen Lelaki Tampan yang Membawaku Pergi

Minggu, 20/10/24 | 16:56 WIB

Cerpen: Armini Arbain Senja turun dengan cepat dan azan magrib pun berkumandang dengan merdunya. Seperti biasa aku bergegas mengambil Alquran,...

Luka Hati

Luka Hati

Minggu, 28/7/24 | 09:37 WIB

Oleh: Armini Arbain*   Baru saja aku duduk melepas lelah setelah memberi penyegar pada wajah seorang ibu yang facial, Hp-ku...

Diriku dan Keterlambatan

Minggu, 16/4/23 | 12:12 WIB

Cerpen: Ibnu Naufal   Aku tak mengerti terkadang dengan diriku sendiri. Diri yang begitu unik dan istimewa, menuntut untuk diperlakukan istimewa oleh...

Jus Buah

Jus Buah

Minggu, 19/3/23 | 10:21 WIB

Cerpen: Reno Wulan Sari   “Satu Vanilla Latte hangat.” Barista itu menatap Kalis dengan kepala yang sedikit dimiringkan, seolah ingin meyakinkan,...

Setelah Hari Kematian Kenya

Setelah Hari Kematian Kenya

Minggu, 22/1/23 | 08:26 WIB

Cerpen: Reno Wulan Sari Setelah hari kematian Kenya, tepatnya setelah 10 hari sejak pemakamannya, semua berkumpul di rumah yang mungil itu,...

Kapan Nikah?

Kapan Nikah?

Minggu, 25/12/22 | 10:24 WIB

Cerpen: Nola Pritanova Sore ini, sambil menatap hujan, aku menyesap teh hangat yang telah tersisa setengahnya. Pikiranku berkecamuk. Teringat perkataan Natta...

Berita Sesudah
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Twenty-Four Eyes: Kehangatan dan Kepiluan dalam Satu Cerita

Discussion about this post

POPULER

  • Bukittinggi Didorong Jadi Kota Beradat, Berbudaya, dan Ramah Pejalan Kaki

    Bukittinggi Didorong Jadi Kota Beradat, Berbudaya, dan Ramah Pejalan Kaki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 401 PPPK di Pesisir Selatan Resmi Dilantik, Bupati Ingatkan Jangan Gadaikan SK ke Bank

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Solok Tutup Safari Berburu Hama, Dorong Perlindungan Pertanian dan Silaturahmi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tiga Pelaku Narkoba Ditangkap, Rekonstruksi Peredaran Sabu di Bukittinggi Terungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Bawah Kepemimpinan Asnur, DLH Solok Hadirkan Bank Sampah Induk Limo Danau sebagai Terobosan Besar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024