Puisi-puisi Asyilah Nurhafidza
Hembusan Angin Malam
Kelamnya malam ini
Membuat hatiku bergemuruh dalam sunyi
Kupikir kembali bagaimana bisa sanubari terpaku mati
Tak ada yang mengerti
Dunia jauh dari langkah kaki
Berat sekali menapak lagi
Malam yang gulita berlapis kabut
Susah tuk melihat api dunia membara pagi
Aku mulai menutup mata
Mencoba tidur walau angin dingin bertiup
Pagi datang setelah suramnya malam kulewati
Tapi tetap saja rasa kalbu cemas menderu
Berteriak walau terpenjara dalam tubuh
Sulit sekali melupakan tempo lalu
Terkenang setiap anila berhembus di langit malam
Payakumbuh, 2024
Kebahagiaan tak abadi
Dalam timbulnya kasih
Aku mulai menanam bunga di hati
Mengukir senyuman diujung bibir
Dan mata berbinar memandangnya sendiri
Membuat kalbuku ditusuk angin Pati
Aku ingin mengejarnya berlari
Aku ingin merangkulnya dalam dekapan diri
Rasaku semangkin besar dalam hasrat tak terkendali
Aku mulai tergoda
Hingga tak teringat pada masa
Muda tuaku,
Telah kulupakan saatnya ‘kan ada
Aku tahu ini dosa di dunia fasih
Tapi jiwaku sudah memalar pada keserakahan
Tak terpikir lagi siksaan di tangan tuhan
Telah lama kudambakan dengan genggaman
Karena tingginya nilai keberhargaan
Semua orang mengaguminya
Semua orang ingin memilikinya
Semua orang berlomba merebutkannya
Dan semua orang merusak diri hanya karenanya
Jika aku menyandangnya
Maka seluruh dunia bisa kutaklukkan
Beli, beli segala yang kumau
Dan punyai hal baru
Bangga, bahagiaku dalam ketamakkan ini
Tak bayang kaum awam diujung kaki
Setelah lamanya kudapati
Terungkaplah angkara yang lalu terkubur dalam sanubari
Dirimahku, para bayangkara berhenti
Menangkap, bahkan mengikatku dalam belenggu besi
Dan menjulukiku sebagai tikus berdasi
Serta insan menatapku dengan kecilnya hati
Begitu kejam katanya
Payakumbuh, 2024
Tuhan, Kirimkan Do’a ke Rumah
Tanganku mengadah tuk berdo’a
Do’a kupanjatkan dalam sujud
Hatiku memohon padamu Robi
Mengangkat jiwa dalam sepi
Kata-kata puji tertutur lewat lisan yang kurasa suci
Air mata membasahi pipi
Karena ini benar harapan tanpa mimpi
Tuhan,
Dalam suramnya kalbu ini
Aku mohon, dengan bersungkur di muka bumi
Kau kirimkan renjana yang telah lama tersimpan dalam sanubari
Tuhan,
Aku telah lama merampah
Menjejak kaki jauh dari rumah
Kau tahu, padahal disana ruangku mengadu kesah
Disana ruangku menjalur minta
Dan disana, ruangku mulai mengenal dunia
Dari rumah itu
Aku mengenal langit biru bersama hamparan bumi
Bahkan tanah bertanam padi
Juga insan berhalus budi
Berhalus budi, sosok yang memberi arti
Tuhan,
Bisakah aku bicara sebentar pada sosok itu?
Walau lewat angan yang kau beri
Aku ingin meminta kasih
Seperti masa kecil yang terlewati
Dekapan sosok penuh kehangatan
Serta genggaman pendukung asa
Ingin kurasakan lagi
Tuhan,
Tolong katakan pada sosok itu
Anakmu telah tumbuh di kerasnya negeri fana
Yang pernah kau ceritakan di masa sebelum muda
Payakumbuh, 2024
Tentang penulis:
Asyilah Nurhafidza, biasa dipanggil asyilah. Sekolah di SMA IT INSAN Cendekia Payakumbuh, yang sekarang meranjak duduk di kelas XI SMA . Bertempat Tinggal di Kepahiang, Bengkulu. Saya suka menulis karena menurut saya menulis adalah salah satu cara menuangkan keluh kesah di hati saya. Dari menulis saya juga merasa kembali ke masa kecil penuh imajinasi. Di masa remaja ini sulit untuk melepaskan imajinasi karena telah berbeda masa. Tapi meluangkan waktu menulis itu, menurut saya sama seperti meluangkan waktu berimajinasi.
Belajar Menulis Puisi dengan Puisi
Oleh: Dara Layl
(Pengurus Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Barat)
Hatiku memohon padaMu Rabbi
Mengangkat jiwa dalam sepi
Sastra merupakan salah-satu karya yang sangat mengagumkan. Hal ini dikarenakan sastra memberikan pengalaman yang dalam bagi orang-orang yang terhubung langsung dengannya. Pengalaman ini kemudian menjadi bekal dalam melanjutkan kehidupan seseorang, baik bagi penulisnya, maupun bagi pembacanya. Mengapa hal ini terjadi? Karena secara tidak langsung sastra menjadi medium untuk menuliskan sebuah harapan.
Ada banyak sekali jenis karya sastra, salah-satunya yaitu puisi. Puisi adalah sebuah karya sastra yang paling berbada dengan karya sastra lainnya, karena puisi biasanya disajikan lebih singkat, padat, namun punya makna yang begitu dalam, serta disajikan dengan bahasa yang indah. Dengan kata lain, puisi adalah bahasa indah yang mengkristal. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh (Kosasih, 2018) puisi merupakan kata-kata indah yang kaya makna dalam bentuk karya sastra. Sebagai bagian dari karya sastra puisi mengandung kata-kata indah, syarat akan makna.
Pada edisi kali ini, Kretika menampilan tiga puisi karya Asyilah Nurhafidza. Dengan judul puisi; “Hembusan Angin Malam”, “Kebahagiaan Tak Abadi”, “Tuhan, Kirimkan Do`aku ke Rumah”. Ketiga puisi ini bercerita tentang kegelisahan dan harapan. Dan dari puisi ini kita akan kembali belajar bahwa tidak harus mencari kata-kata yang sulit untuk menulis sebuah puisi.
Puisi pertama, “Hembusan Angin Malam”, seperti judulnya yang mengandung kata “malam” yang di dalam KBBI berarti waktu setelah matahari terbenam hingga matahari terbit atau juga bisa diartikan sebagai kelam bagai perkara yang sangat gelap, tidak ada bayangan sedikitpun. Seperti arti yang dimiliki oleh kata “malam” dalam puisi ini, puisi ini memiliki suasana yang berat dan sarat akan kegelisahan. Seperti seseorang yang sedang berada dalam kelelahan batin yang luar biasa. Hal ini terlihat dalam larik sajak;
/Kupikir kembali bagaimana bisa sanubari terpaku mati/
/berat sekali menapak lagi/
/Malam yang gulita berlapis kabut/
/Tapi tetap saja rasa kalbu cemas menderu/
/berteriak walau terpenjara dalam tubuh/
Bait-bait dalam puisi ini mewakili perasaan yang berat seprti kata; “mati”, “berat”, “kabut”, “cemas” dan “terpenjara”. Puisi ini selain kental dengan suasana akan jadi lebih baik jika ditambahkan dengan sebuah pesan, jadi pembaca tidak hanya menagkap perasaan, tapi juga bisa mengambil pesan di dalamnya.
Puisi kedua, “Kebahagiaan Tak Abadi”. Berbeda dengan puisi pertama puisi kedua ini seperti sebuah story atau cerita. Di awal, mungkin kita akan mengira bahwa puisi ini becerita tentang kisah asmara—tentang seseorang yang menyesal dengan pilihan cinta yang diambilnya. Namun ternyata tidak, puisi kedua ini bukan menceritakan asmara, tapi tentang penyesalan seorang koruptor. Sebuah plot twist yang tidak terduga dalam sebuah puisi.
Mari kita perhatikan dengan seksama sajak pertama dalam puisi ini;
/Dalam timbulnya kasih/
/Aku mulai menanam bunga di hati/
/Mengukir senyuman di ujung bibir/
/Dan mata berbinar memandangnya sendiri/
/Membuat kalbuku ditusuk angin pati/
Jika dilihat sekilas, kita akan menilai bahwa puisi ini bernuansa romasa. Namun, semaki ke ujung kita akan sadar ini bukan tentang romansa, bisa dilihat dari larik sajak;
/Aku tau ini dosa di dunia fasih/
/Tapi jiwaku sudah memalar pada keserakahan/
/Beli, beli segala yang kutau/
/Bangga, bahagiaku dalam ketamakan ini/
/Dan menjulukiku sebagai tikus berdasi/
Jika dilihat secara seksama sebenarnya ide dalam puisi ini bagus dan juga unik. Namun, akan lebih baik jika temanya difokuskan satu-satu sampai selesai. Puisi ini bisa dikembangkan lagi menjadi dua puisi dengan tema yang berbeda, pertama romansa dan kedua tentang isu-isu pemerintahan sepert praktik korupsi.
Puisi ketiga, “Tuhan, Kirimkan Do`aku ke Rumah”. Puisi ketiga ini bercerita tentang ungkapan rasa terima kasih dan syukur kepada Tuhan karena sudah diberikan keluarga yang begitu hangat. Selain itu, puisi ini juga bercerita tentang rasa rindu karena sedang jauh dari rumahh, feel di dalam puisi ini sangat terasa akan rasa syukur sekaligus rindu, hal ini bisa dilihat dalam sajak;
/Dari rumah itu/
/Aku mengenal langit biru Bersama hamparan bumi/
/Tuhan/
/Aku ingin meminta kasih/
Secara keseluruhan puisi ini sangat bagus untuk dibaca, karena dari ketiga puisi ini kita bisa belajar bahwa untuk menulis kita tidak harus memilirkan kata-kata yang sulit, tuliskan saja semua yang kita rasakan, sambal pelan-pelan terus belajar dan membaca serta mempelajari banyak referensi, maka puisi kita akan semakin bagus.
Simosir, 2013 mengungkapkan bahwa puisi adalah ungkapan nyata melalui kata-kata indah yang muncul dari pemikiran manusia. Puisi adalah wujud karya sastra yang memiliki espek estetik di dalam unsur bahasanya. Jika dilihat dari sini, perlu lagi bagi penyair untuk memilah dan memilih diksi-diksi yang akan digunakan untuk membagun sebuah puisi yang indah, namun tetap syarat akan makna-makna.
Ketiga puisi ini sudah utuh menjadi sebuah puisi dan akan lebih baik jika memilih diksi-diksi yang tidak terlalu jelas atau diksi yang memiliki makna tersirat, karena sejadinya puisi adalah pengkristalan kata-kata. Selian itu, walaupun puisi brsifat bebas, tapi tetap harus memerhatikan EYD seperti, untuk kata “Tuhan” awalnya blebih bagus menggunaka huruf kapital, sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan seluruh Alam.
Terima kasih untuk puisinya Asyilah, teruslah menulis dan berproses, ditunggu puisi lainnya! (*)
Tentang Kreatika
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.
Discussion about this post