Buah Cinta Si Qomar
Oleh : Hayat Mardhotillah
“Qomar….Qomar mari sini, main sama Nadya,” panggil Nadya kepada kucing kesayangannya.
“Meong….meong,” Qomar mendatangi Nadya sambil menggosokkan kepalanya ke kaki Nadya. Nadya langsung menggendong dan mengelus-elus kepala si Qomar. Si Qomar adalah kucing kesayangan Nadya, walaupun ada 5 ekor kucing di rumahnya. Si Qomarlah yang menjadi pilihan hati Nadya karena Qomar kucing yang istimewa dan unik. Qomar memiliki mata yang berlainan warna. Sebelah kanan berwarna kuning dan sebelah kiri berwarna hijau. Di tambah lagi dengan bulunya yang putih bersih seperti kapas dan cerah bak bulan purnama. Maka dia dinamakan Qomar yang berarti putih dan cantik seperti bulan. Qomar juga kucing jantan yang penurut dan manja.
“Nadya…Nadya, tolong Mama jaga adik ya. Mama mau masak,” perintah Mama dari dapur. Nadya melihat adiknya, Haris yang sedang bermain mobil-mobilan.
“Kak Nadya, tolong ambilin minum. Haris haus”, pinta Haris
“Ambil aja sendiri….” jawab Nadya cuek sambil bermain dengan Qomar.
“Ambilin kak, Haris kan tidak sampai”.
“Ya salah sendiri kenapa pendek, dasar manja.., wekkk….”, balas Nadya sambil menjulurkan lidahnya dan berlalu ke kamarnya.
“Mama…mama…Haris haus tapi kak Nadya nggak mau ambilin air minum di atas meja”. Teriak Haris sambil menangis kencang.
Dari dapur terdengar teriakan mama mereka.
“Nadya, tolong ambilin air minum untuk adikmu nak……. Nadya…..Nadya” suara mama semakin keras memanggil Nadya.
“Ihhh, bresik. Iya…iya mama. Dasar pengadu! Lain kali ambil sendiri ya,” jawab Nadya lalu mengambil air minum untuk Haris.
Haris mengambil gelas sambil tersenyum dan langsung meminumnya.
“Kakak Nadya, siapa sih adik kakak sebenarnya, aku atau Qomar? Kok kakak selalu marah-marah padaku?“ Tanya Haris. Tapi Nadya tidak menjawab dan berlalu bergitu saja ke kamarnya. Haris merasa heran dengan sikap kakaknya yang cuek dan pemarah. Sesungguhnya Haris merindukan sosok kakak yang lembut dan penuh kasih sayang.
Di dalam kamar, Nadya memeluk Qomar, ada rasa pilu dan marah di hatinya mendengar pertanyaan adiknya tadi. Perlahan air mata mulai menetes di matanya. Nadya teringat pembicaraan Mamanya bersama temannya dahulu. Mama Nadya menceritakan perasaannya kepada temannya, betapa dia begitu bahagia mendapat anak laki-laki setelah 7 tahun lamanya menunggu. Mama menyatakan, anak laki-laki adalah penyambung adat dalam keluarga. Keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki akan kehilangan hak dalam pemilikan harta pusaka.
Nenek dan kakek yang selama ini terkesan cuek berubah menjadi sangat peduli semenjak kehadiran Haris. Kebahagiaan dan kebanggaan Mama sangat tercurah pada Haris sehingga Mama sangat memanjakannya dan melebihkannya dari Nadya. Nadya merasa sepi, sedih dan cemburu. Mama tidak bersikap adil kepadanya. Selalu Nadya yang disalahkan. Sepertinya Nadya anak yang tidak diinginkan selama ini. Air mata Nadya semakin deras mengalir dimatanya. Qomarlah yang selalu setia menemani Nadya selama ini.
Di suatu sore yang cerah, Nadya sedang asyik membaca buku di kamarnya. Tiba-tiba kedengaran suara bising kucing sedang berkelahi di luar rumah. Sepertinya suara Qomar bisik hati Nadya. Nadya bergegas berlari ke luar. Ternyata benar, Qomar sedang berkelahi dengan kucing liar yang coba menganggu adiknya Qomar, Si Boncil. Qomar mengeong sekuat-kuatnya, bulu badan dan ekornya tegak. Qomar mulai menyerang kucing liar, mereka bercakaran dan bergulingan di teras rumah. Qomar melompat dan mengigit kepala si kucing liar. Kucing liar coba meronta dan mengeong kesakitan. Setelah beberapa kali meronta, gigitan Qomar pun terlepas dan kucing liar itu langsung melarikan diri.
“Qomar hebat!, Qomar abang yang baik,” Nadya langsung memeluk Qomar.
Nadya memeriksa badan dan kaki Qomar sekiranya ada yang terluka. Ternyata, kaki depan Qomar berdarah. Lalu Nadya mengoleskan obat ke luka Qomar. Qomar adalah anak generasi pertama dari induk kucing Nadya. Si Boncil, anak dari generasi ke dua. Sekarang induk kucing, sudah mulai hamil lagi. Maka Mama kucing tidak akan memperdulikan anaknya lagi. Qomar yang penyayang, selalu menjaga adiknya. Makan dan tidur bersama. Qomar selalu menjilati badan si Boncil. Qomar adalah abang kucing yang sangat baik. Nadya selalu memperhatikan prilaku si Qomar. Kadang-kadang Nadya selalu bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa dia dan adiknya tidak bisa seperti Qomar dan adiknya?. Ada kerinduan di dalam hatinya.
Haris juga sedang bermain bola di halaman. Haris menendang bola, bola itu terlempar ke jalan. Haris mengejar bola. Nadya melihat ada mobil yang menuju ke arah haris.
“Haris…Haris…! awas..! mobil..,” teriak Nadya.
Bergegas Nadya melepaskan Qomar dan berlari mengambil adiknya yang sedang berada di tengah jalan. Nadya berlari dan memeluk haris dan mereka jatuh terguling ke tepi jalan. Nadya dan Haris selamat. Mobil itu berlalu begitu saja. Nadya bersyukur dan lega dapat menyelamatkan adiknya. Tiba-tiba terasa sakit di kakinya. Ternyata lutut Nadya berdarah. Nadya membawa adiknya yang sedang menangis ke dalam rumah, lalu Nadya memberitahu peristiwa yang baru terjadi kepada Mama.
“Gimana sih Nadya jaga adik kok hampir kena tabrak? Kalau terjadi apa-apa pada Haris awas Nadya ya,” kata Mama dengan nada marah.
“Sini Haris sayang Mama periksa “.
Mama langsung memeriksa badan Haris, ternyata Haris tidak luka sedikit pun. Haris menangis karena terkejut saja. Nadya pergi ke kamar dengan perasaan marah dan kesal. Nadya memberikan obat luka ke lututnya sambil air matanya membasahi pipinya. Nadya sedih, Mama tidak bertanya keadaannya sedikit pun tapi malah menyalahkannya. Namun Nadya merasa bangga dapat menyelamatkan adiknya seperti Qomar.
Pada malamnya, Tante dari Jakarta datang ke rumah Nadya. Tante membawa oleh-oleh sebuah bolu kecil yang berbentuk cinta. Kelihatannya cantik dan enak sekali kelihatannya.
“Wah bolu coklat cantik, Mama Haris mau…”
“Mama, Nadya juga mau bolunya..”
“Nanti Nadya, untuk adikmu dulu,” jawab Mama.
“Mama, nggak adil semua untuk Haris…, Nadya benci Mama!…,” teriak Nadya sambil menangis lalu berlari ke kamar.
“Nadya…, Nadya…, tunggu….”
“Nadya…, Nadya buka pintu…..ayo buka! ” kata Mama. Mama mengetuk-ngetuk pintu kamar Nadya, tapi Nadya tidak mau membukanya. Setelah berulang kali mengetuk dan memohon pada Nadya tetapi pintu tidak kunjung terbuka.
“Gimana kak? “ tanya Tante kepada Mama.
“Biarkan aja dulu, ntar keluar sendiri,” jawab Mama.
Di dalam kamar Nadya menagis tersedu memeluk Qomar. Derai air mata semakin deras di pipinya, rasa kesal dan amarahnya memuncak. Teriakkan ibu di luar tidak dipedulikannya. Kesedihan yang mendalam terbenam di jiwanya. Keberadaan Qomar dalam pelukannya memberikan sebuah kedinginan dan ketenangan di hatinya. Kasih sayang Qomar yang mendamaikan. Setelah lelah menangis, Nadya tertidur pulas.
Di luar, tidak berapa lama bertamu, tante pun pulang. Mama mengajak Haris untuk tidur. Sebelum tidur, haris menceritakan peristiwa kecelakaan sore tadi kepada Mama.
“Mama, yang sebenarnya sore tadi disebabkan kesalahan Haris karena bermain bola di jalan. Kakak Nadya yang menyelamatkan Haris yang hampir ditabrak mobil. Lutut kak Nadya berdarah Mama.”
“Apa lutut Kak Nadya berdarah?, kenapa Nadya tidak bilang sama mama? Kok Haris baru bilang sekarang?”
“Maaf Mama, Haris lupa”
“Kasian Kak Nadya, tentu dia kesakitan. Tapi kak Nadyanya lagi ngambek sekarang. Haris tidur dulu ya. Kita baca doa tidur dulu.“
“Ya Ma,” Jawab Haris, Haris membaca doa tidur dan kemudian memejamkan mata karna sudah mulai mengantuk.
Mama membelai-belai kepala Haris, agar tertidur pulas. Namun begitu, di dalam hati Mama masih terasa cemas dan bersalah pada Nadya. Terngiang-ngiang di telinganya kata-kata Nadya tadi……”Mama nggak adil, semua untuk Haris…Nadya benci Mama…, Nadya benci sama Mama….”, kata-kata yang sangat menusuk jiwa keibuannya. Mata Mama mulai basah…, air mata Mama mulai menetes satu per satu dan semakin deras…, rasa bersalah itu semakin terasa dihatinya.
“Kok sampai Nadya membenciku, Ya Allah ….apakah ini semua karena salahku?,” bisik Mama hati
“Tok…tok…tok….Assalamualikum..” Papa yang baru pulang dari kantor mengetuk pintu. Mama menghapus air mata dan bergegas membuka pintu.
“Waalaikumsalam…sebentar Papa,” Jawab mama.
Mama membuka pintu dan menyambut suaminya lalu mengambil tas suaminya. Papa masuk lalu memperhatikan mata Mama yang merah dan bengkak.
“Mama kenapa, habis nangis ya?”
“Gak Papa, kemasukkan debu aja,” Mama langsung berlalu ke dapur untuk menyiapkan makanan. Mama menemani papa makan dan mempersiapkan kamar untuk berangkat tidur. Papa datang dan memeluk mama untuk menenangkan mama yang kelihatan sedih.
“Mama, bisa Mama ceritakan kenapa Mama menangis sama Papa?” rayu Papa sambil memeluk dan mencium kening Mama. Papa berusaha menenangkan Mama.
“Papa, Mama bersalah sama Nadya…, bersalah banget Pa. Mama, Ibu yang jelek…..” jawab mama sambil meneteskan air mata.
“Nggak. Mama ibu yang baik kok. Coba tenangkan diri dan coba ceritakan sama papa”. Mama pun menceritakan peristiwa yang terjadi dari tadi sore sampai malam ini. Papa mendengarkan dengan tenang.
“Mama bersalah pa….karena tidak bersikap adil pada Nadya. Mama selau melebihkan Haris dari Nadya. Nadya jadi jauh berubah sejak memiliki adik. Nadya jadi pendiam dan cuek. Sering membuat banyak tingkah untuk mencari perhatian kita. Walaupun bergitu, Nadya telah menjadi penyelamat Haris tadi sore. Kakinya terluka, mama bukan mengobatinya malah Mama memarahinya. Mama, ibu yang jelek….pa.” cerita mama dengan deraian air mata.
“Iya, papa juga bersalah. Papa juga tidak memperhatikan Nadya. Papa terlalu sibuk dengan pekerjaan.”
“Mama, besok pagi kita akan bujuk dan mohon maaf sama Nadya. Ayo kita tidur dulu. Udah lewat malam,” pujuk papa.
“Baik pa…” .
Keesokkan harinya, di pagi yang cerah Mama telah mempersiapkan semuanya. Mama dan Papa membangunkan Nadya.
“Assalamulaikum. Nadya, bangun nak….solat subuh…” , panggil Mama sambil mengetuk pintu.
“Ya Mama, Nadya udah bangun,” jawab Nadya. Nadya bergegas ke kamar mandi untuk solat subuh.
Setelah Nadya solat subuh, mama dan papa menghampiri Nadya.
“Nadya sayang, Mama minta maaf ya. Mama sadar, Mama berlebihan pada Haris. Mama sadar sekarang. Maukah Nadya memaafkan Mama?” rayu mama sambil memeluk Nadya.
“Mau Ma.., Nadya maafkan Mama. Tapi Nadya juga minta maaf telah berkata kasar dan membuat banyak tingkah selama ini. Nadya minta maaf pada Mama dan Papa juga” sambil menangis lalu memeluk mama dan papanya.
“Papa juga minta maaf sama Nadya. Papa jarang memperhatikan Nadya dan terlalu sibuk dengan kerja. Maafkan papa ya,” balas Papa.
“Ya pa..”. Mereka berpelukan. Dalam dekapan cinta dan kasih sayang yang mulai retak kini bersatu dan bersemi indah kembali. Nadya merasa sangat bahagia. Tiba-tiba, datang Haris dengan tersenyum membawa bolu coklat cinta yang diperebutkan tadi malam.
“Kak Nadya, bolu coklat cinta ini untuk kakak.”
“Untuk superheronya Haris..!!”, teriak Haris.
“Makasih Haris,” balas Nadya sambil memcium pipi Haris.
“Mulai hari ini kakak berjanji akan jadi kakak yang baik untuk Haris.”
“Haris juga akan menjadi adik yang baik untuk Kak Nadya,” balas Haris langsung memeluk kakaknya.
“Kita harus berterima kasih pada si Qomar. Qomarlah yang menyadarkan dan mengajarkan Nadya akan nilai kasih sayang antara adik beradik,” tserang Nadya sambil mengangkat dan memeluk si Qomar.
“Qomar adalah superhero yang sebenarnya…..!” teriak Nadya. Mama, Papa dan Haris tertawa bahagia melihat tingkah Nadya yang kembali ceria. (*)
Tentang Penulis
Hayat Mardhotillah merupakan nama pena Erni Hayati. Ia dilahirkan pada 16 Agustus 1979 di Baso, kabupaten Agam. Sumbar. Keseharian ibu beranak 6 ini adalah ibu rumahtangga. Bertempat tinggal di Kota Payakumbuh. Namun di samping itu, Hayat Mardhotillah aktif di kegiatan sosial dan pendidikan di Pustaka Dua-2 Rumh Baca Dan Diskusi Sastra Dan Taman Bacaan Subarang Batuang. Hayat juga adalah pengurus Forum Lingkar Pena Paliko. Kesukaan membaca buku menjadikan Hayat Mardhotillah mulai gemar menulis sejak kuliah lagi. Tamatan Sarjana Peternakan Universitas Andalas ini, sudah mulai menghasilkan tulisan sejak kuliah lagi dalam bentuk opini di Koran Singgalang. Setelah lama stagnan, Hayat Mardhotillah kembali aktif di Payakumbuh. Sampai saat ini Hayat telah menghasilkan 6 cerpen, 2 fiksimini dan telah menerbitkan 2 buku antologi cerpen yaitu; jejak kata bertyabur makna dan melangitkan kata membumikan cinta padatahun 2022. Menyedari akan pentingnya mengedukasi dan memotivasi baca tulis generasi anak bangsa membuat Hayat Mardhotillah bersemangat terus untuk berkarya. InsyaAllah, mudah-mudahan ini adalah sebagai bukti dan ladang amal di dunia dan akhirat. Hayat bisa dihubungi di Instagram@hayat_mardhotillah, facebook Hayat Mardhotillah dan e-mail hayatmardhotillah@gmail.com.
Latar dalam Cerita Fiksi
Oleh: Azwar
Dewan Penasihat Pengurus Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Sumatera Barat
Latar dalam cerita fiksi walaupun terlihat sepele akan tetapi sangat berpengaruh dalam cerita. Dalam cerita fiksi, latar (atau setting) memainkan peran yang sangat penting dan memiliki berbagai fungsi yang mendukung perkembangan plot, karakter, dan tema cerita.
Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2010) latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Nurgiyantoro (2013) juga menyebutkan bahwa latar dalam karya fiksi tidak berisifat fisik saja, atau dalam hal ini terbatas pada penempatan lokasilokasi dan waktu tertentu, melainkan juga dapat berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Dengan kata lain, latar tidak hanya berfokus pada hal tempat dan waktu dalam cerita, melainkan juga pada unsur sosialnya. Dalam cerita fiksi anak latar fisik lebih dirasakan kehadirannya oleh anak, dan karenanya latar fisik dianggap lebih penting daripada latar spiritual.
Beberapa fungsi utama latar dalam cerita fiksi adalah pertama Membentuk Atmosfer cerita. Latar membantu menciptakan suasana atau mood yang mendukung cerita. Misalnya, latar yang gelap dan berkabut dapat menciptakan suasana misterius atau menakutkan, sedangkan latar yang cerah dan penuh warna dapat menciptakan suasana bahagia dan optimis.
Kedua, Mendukung Karakterisasi. Latar dapat mencerminkan atau mempengaruhi kepribadian dan perilaku karakter. Misalnya, seorang karakter yang tumbuh di lingkungan kota besar mungkin memiliki kepribadian yang berbeda dengan karakter yang tumbuh di pedesaan.
Ketiga, Memajukan Plot. Latar bisa mempengaruhi jalannya cerita dan tindakan karakter. Misalnya, dalam cerita petualangan, berbagai lokasi dan keadaan alam yang dihadapi karakter bisa menjadi tantangan yang harus diatasi, sehingga memajukan plot.
Keempat, Menetapkan Konteks Sosial dan Budaya. Latar memberikan informasi tentang waktu, tempat, dan konteks sosial budaya di mana cerita berlangsung. Ini membantu pembaca memahami aturan, norma, dan dinamika sosial yang relevan dalam cerita. Misalnya, latar zaman Victoria akan berbeda sekali dengan latar dunia futuristik.
Kelima, Menghadirkan Realisme. Latar yang rinci dan realistis membantu membuat cerita lebih meyakinkan dan menarik bagi pembaca. Deskripsi yang baik tentang tempat, waktu, dan suasana membuat pembaca merasa seolah-olah mereka benar-benar berada dalam dunia cerita tersebut.
Keenam, Simbolisme. Latar dapat digunakan sebagai simbol untuk mendukung tema atau pesan dalam cerita. Misalnya, rumah tua yang runtuh mungkin melambangkan kemunduran atau kematian, sedangkan taman yang indah dan subur bisa melambangkan kehidupan dan pertumbuhan.
Ketujuh, Membangun Konflik. Latar juga bisa menjadi sumber konflik dalam cerita. Misalnya, latar alam liar yang penuh dengan bahaya atau latar masyarakat yang keras dan tidak adil bisa menimbulkan berbagai tantangan bagi karakter utama.
Kedelapan, Memperkuat Tema. Latar sering kali digunakan untuk memperkuat tema cerita. Misalnya, cerita tentang perjuangan hidup mungkin berlatar di tempat yang penuh kesulitan dan tantangan, yang memperkuat tema ketahanan dan keberanian.
Dengan menggunakan latar secara efektif, penulis bisa memberikan dimensi tambahan pada cerita mereka, membuatnya lebih kaya dan lebih kompleks. Latar yang baik bukan hanya sebagai latar belakang statis, tetapi sebagai elemen dinamis yang berinteraksi dengan elemen-elemen cerita lainnya.
Kreatika pada edisi ini menampilkan sebuah cerita berjudul “Buah Cinta Si Qomar” karya Hayat Mardhotillah seorang anggota FLP Wilayah Sumatera Barat dan juga pegiat literasi di Kota Payakumbuh. Hayat mengangkat kisah tentang seekor kucing bernama Qomar yang bisa menjadi inspirasi bagi sebuah keluarga dalam bersikap menjalin hubungan antara anggota keluarga.
Pada awal cerita Hayat mengisahkan seorang anak perempuan bernama Nadya memiliki adik laki-laki bernama Haris. Nadya dan Haris walaupun tidak dijelaskan berapa usia mereka, namun kedua kakak dan adik itu memiliki perbedaan usia 7 tahun. Hal tersebut tersurat dalam cerita ini bahwa Sang Ibu pernah bercerita kepada temannya bahwa dia sangat senang memiliki anak laki-laki setelah 7 tahun menunggu kehadiran anak laki-laki itu. Secara tersurat tidak dijelaskan berapa usia Haris anak laki-laki itu, akan tetapi dalam cerita dia dideskripsikan sudah bisa bicara dengan fasih. Dengan demikian mungkin usianya sekitar 5 atau 6 tahun. Kalau usianya berjarak 7 tahun dengan Nadya mungkin anak perempuan itu berusia 12 atau 13 tahun.
Nah inilah fungsi memperkuat struktur dalam cerita. Salah satu satunya adalah dengan memperkuat penokohan di dalam cerita. Walaupun jarang orang membicarakan tokoh dengan biodata lengkap, akan tetapi hal ini menuntut kreativitas penulis dalam menceritakannya. Contohnya di dalam cerita ini bisa saja penulis menambahkan bahwa kue yang dibawa oleh Tantenya itu adalah hadiah ulang tahun Haris yang ke lima. Dengan demikian pembaca sudah memiliki kepastian bahwa usia Nadya adalah 12 tahun karena Nadya berjarak 7 tahun dengan adiknya.
Penulis cerita ini belum terlalu berhasil dalam menghadirkan karakter anak-anak usia 7 tahun ataupun 12 tahun. Dialog-dialog yang digunakan Haris sebagai anak usia lebih kurang 5 tahun terlalu dewasa untuk anak seusianya. Hal ini bisa dilihat pada dialog berikut ini:
“Mama, yang sebenarnya sore tadi disebabkan kesalahan Haris karena bermain bola di jalan. Kakak Nadya yang menyelamatkan Haris yang hampir ditabrak mobil. Lutut kak Nadya berdarah Mama.” (Mardhotillah, 2024)
Kalimat di atas menunjukkan tokoh Haris tidak lagi bercerita selayaknya anak-anak. Dialog tersebut bisa diubah menjadi kalimat-kalimat pendek, karena biasanya anak kecil masih susah merangkai kata dengan cukup panjang. Apalagi esensi emosi anak seusia 5 atau 6 tahun belum bisa merasakan rasa bahasa yang mendalam tersebut. Emosi dalam dialog Haris itu sejatinya adalah emosi penulisnya sendiri yang gagal memainkan peran sebagai penulis (yang sudah dewasa) dengan peran sebagai tokoh dalam cerita (yang masih balita).
Hal lain yang menjadi fokus dalam cerita ini adalah latar cerita. Latar sebagaimana yang disampaikan Atar Semi (1993) merupakan lingkungan terjadinya peristiwa, termasuk di dalamnya tempat dan waktu dalam cerita. Artinya bahwa latar itu meliputi tempat maupun waktu terjadinya peristiwa. Dalam cerita ini penulis tidak menjelaskan latar waktu dan latar tempat apalagi latar sosial cerita. Jika melihat dari sisi nada bahasa dan juga latar belakang penulis, pembaca akan menduga cerita ini memiliki latar tempat Sumatera Barat.
Namun di dalam cerita penulis menuliskan seolah-olah cerita bukan dari latar sosial budaya Sumatera Barat yang dominan masyarakat Minangkabau. Jika latar kejadian cerita ini di Minangkabau sebagaimana nada bahasa pengarang dan juga latar sosial pengarang, maka pernyataan dalam cerita sebagai berikut ini tentu menjadi pertanyaan besar.
“Nadya teringat pembicaraan Mamanya bersama temannya dahulu. Mama Nadya menceritakan perasaannya kepada temannya, betapa dia begitu bahagia mendapat anak laki-laki setelah 7 tahun lamanya menunggu. Mama menyatakan, anak laki-laki adalah penyambung adat dalam keluarga. Keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki akan kehilangan hak dalam pemilikan harta pusaka.” (Mardhotillah, 2024)
Kutipan di atas menunjukkan seolah-olah latar tempat bukan di Sumatera Barat karena masyarakat Sumatera Barat yang dominan bersuku Minangkabau adalah masyarakat matrilineal. Masyarakat yang menganut Matrilineal adalah masyarakat yang mempercayai sistem kekerabatan atau pewarisan yang diturunkan melalui garis keturunan ibu. Dalam masyarakat matrilineal, garis keturunan, warisan, dan status sosial diturunkan dari ibu kepada anak-anaknya.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa latar budaya dalam cerita karta Hayat Madhatillah tersebut bukan Minangkabau, akan tetapi hal-hal lain (latar belakang penulis dan juga nada bahasa) menunjukkan latar budaya Minangkabau. Sekali lagi inilah pentingnya latar cerita untuk meyakinkan pembaca bahwa fiksi yang merupakan cerita rekaan juga harus dibangun dengan data yang tidak melawan kehendak realitas yang ada. (*)
Tentang Kreatika
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.
Discussion about this post