Senin, 16/6/25 | 17:35 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Asal-Usul Kata “Kepo” dan “Julid” di Media Sosial

Minggu, 12/5/24 | 16:42 WIB
Oleh: Elly Delfia (Dosen Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

Ketika beraktivitas di media sosial, kita sering menemukan beberapa kata yang populer di kalangan pengguna media sosial. Kata-kata tersebut  representasi perilaku pengguna media sosial. Kata kepo dan julid merupakan dua kata yang cukup populer kita temukan dalam media sosial. Kata-kata itu diucapkan dengan model kalimat yang beragam, seperti contoh-contoh di bawah ini.

  1. Jangan kepo dengan urusan orang lain!
  2. Kepo kadang perlu untuk mengenal seseorang lebih dalam!
  3. Keponya cewek bisa mengalahkan FBI.
  4. Terlalu kepo bisa membuatmu baperan.
  5. Kekepoanmu bisa menyakitimu.
  6. Aduh, julid amat sih jadi orang!
  7. Orang julid ga usah diladeni!
  8. Orang julid tanda tak mampu.
  9. Dia jago ngejulidin orang.
  10. Sifat julid membuatmu tak tenang.

Kalimat-kalimat di atas merupakan bentuk penggunaan kata kepo dan julid di media sosial. Untuk mengetahui lebih dalam tentang kata kepo dan julid, mari kita baca deskripsi berikut. Pertama, kita akan membahas kata kepo. Kepo berasal dari kaypoh yang digunakan dalam percakapan sehari-hari di Singapura. Kaypoh merupakan bentuk bahasa Singlish atau bahasa Singapura-English artinya seseorang yang selalu ingin tahun dan turut campur dengan masalah orang lain (rri.co.id). Dalam bahasa Indonesia kata kaypoh mengalami sedikit perubahan bunyi sehingga ditulis dalam bentuk yang lebih singkat dengan menghilangkan huruf y dan h serta mengganti huruf a dengan e agar mudah untuk diartikulasikan sebagai kepo. Selanjutnya, kepo berarti ‘orang yang selalu ingin tahu dan ikut campur terhadap masalah orang lain’. Kepo juga ada dalam bahasa Jawa yang berarti ‘menguping atau mencari tahu masalah orang lain yang bukan urusannya’.

Dalam bahasa Inggris pun kata kepo juga memiliki makna tersendiri. Kepo merupakan bentuk singkat dari knowing every particular object yang berarti ‘mengetahui setiap objek tertentu’ (Kumparan dalam rri.co.id). Dalam bahasa sederhana, kepo dapat diartikan sebagai ‘mengetahui setiap atau suatu objek dengan rinci dan mendalam’. Sementara itu, dalam bahasa Hokkian, Tionghoa, Medan, kepo berarti memarahi atau mengejek orang lain yang mengurus hal-hal yang bukan urusannya atau bukan pekerjaannya.

Kemudian, tingginya tingkat penggunaan kata kepo di kalangan pengguna media sosial menyebabkan kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia. Bukti penyerapan kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia dapat dilihat melalui kehadirannya dalam entri Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata kepo dalam KBBI diberikan keterangan sebagai cak yang berarti bentuk percakapan atau bentuk kata yang digunakan dalam percakapan lisan. Kepo dalam KBBI diartikan ‘sebagai rasa ingin tahu yang berlebihan tentang urusan orang lain’.

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB
Memaknai Kembali Arti THR

AI dan Kecerdasan Bahasa Indonesia

Minggu, 04/5/25 | 13:26 WIB

Kepo menjadi salah satu bentuk kosakata baru yang muncul dari kreativitas berbahasa anak muda di media sosial. Artinya, kreativitas berbahasa anak muda mempunyai peran besar terhadap lahirnya bentuk-bentuk kosakata baru dalam bahasa Indonesia. Pada akhirnya, media sosial mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia.

Selain kata kepo, kata kedua yang tidak kalah populernya adalah kata julid.  Kata ini berasal dari bahasa Sunda yang merupakan bentuk singkat dari bin julid yang artinya ‘orang yang mempunyai sifat iri hati dan dengki’. Julid digunakan untuk menyebut orang yang kepo, iri hati, dengki, dan nyinyir terhadap kehidupan orang lain. Kata ini awalnya hanya kata biasa dalam bahasa Sunda yang berposisi sama dengan kata lain untuk menyebut orang yang mempunyai sifat iri dan dengki serta suka nyinyir terhadap hidup orang lain.

Artis dan penyanyi Syahrini sering menggunakan kata julid untuk merespon orang-orang yang memberikan komentar negatif terhadap dirinya. Alhasil, kata ini sekarang menjadi populer untuk menyebut orang-orang yang nyinyir, kepo, dan suka membicarakan kehidupan orang lain, baik di media sosial ataupun dalam kehidupan nyata.

Kata julid juga termasuk ke dalam salah satu entri KBBI. Kata julid merupakan kata sifat (adjektiva) yang biasa digunakan dalam ragam bahasa percakapan. Julid dalam KBBI diartikan sebagai ‘iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain’. Perilaku julid biasanya dilakukan dengan menulis komentar, status, atau pendapat di media sosial yang menyudutkan orang-orang tertentu.

Pada akhirnya, kepo dan julid awalnya bukan merupakan kosakata bahasa Indonesia. Kedua kata ini berasal dari bahasa yang berbeda, yaitu bahasa asing (bahasa Singapura-English) dan bahasa daerah (bahasa Sunda) yang kemudian menjadi bentuk kosakata baru dalam bahasa Indonesia. Popularitas kedua kata ini merupakan representasi perilaku sosial masyarakat pengguna media sosial. Dengan kata lain, kedua kata ini populer karena banyak orang yang mempunyai sifat kepo dan julid terhadap kehidupan orang lain serta masih banyak orang belum bisa menghormati batasan-batasan privasi orang lain di media sosial. Jadi, keberadaan kata kepo dan julid merupakan salah satu sentilan terhadap fungsi bahasa, seperti pernyataan Widjono (2012) bahwa salah satu fungsi  bahasa adalah untuk mengendalikan komunikasi atau perilaku sosial agar orang-orang yang berkomunikasi dapat saling memahami bukan saling menuding dan mengeluarkan kata-kata tidak baik terhadap satu sama lain.

Sementara itu, dari segi kebahasaan, kata kepo dan julid termasuk ke dalam bentuk kreativitas berbahasa pengguna media sosial. Kreativitas berbahasa mempunyai peran penting terhadap lahirnya bentuk-bentuk kosakata baru dalam bahasa Indonesia, tidak peduli apakah kata tersebut memiliki makna negatif ataupun positif. Bentuk-bentuk kosakata baru merupakan bukti perkembangan dan kedinamisan bahasa Indonesia.

Tags: #bahasa media sosial#Elly Delfia#julid#Kepo
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Perfect Days: Standar Bahagia dan Syukur yang Sederhana

Berita Sesudah

Majas Hiperbola dalam Lagu “Seluruh Nafas Ini” Karya Virgoun

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Indonesia dalam Korpus Histori Bahasa Inggris

Minggu, 18/5/25 | 10:49 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Setelah menelusuri kosakata bahasa Indonesia dari berbagai kamus-kamus...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Angka romawi menjadi salah satu angka yang digunakan...

Memaknai Kembali Arti THR

AI dan Kecerdasan Bahasa Indonesia

Minggu, 04/5/25 | 13:26 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Pengaruh AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan tidak...

Berita Sesudah
Analisis Unsur Intrinsik Naskah Drama “Orang-Orang di Tikungan Jalan” Karya Rendra

Majas Hiperbola dalam Lagu “Seluruh Nafas Ini” Karya Virgoun

Discussion about this post

POPULER

  • Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

    Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Warga Koto Padang Dharmasraya Swadaya Perbaiki Jembatan Gantung yang Ambruk

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fungsi Kata “yang “ dalam Bahasa Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aliansi OKP se-Dharmasraya Minta Polres Dharmasraya Tingkatkan Pengawasan Keamanan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PMII Undhari Soroti Kepadatan Lalu Lintas, Desak Pemasangan Rambu di Gerbang Sport Center dan Kampus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024