Sabtu, 12/7/25 | 20:11 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Memaknai Ulang Istilah ‘Kampung Halaman’ dalam Novel Apfelkuchen und Baklava

Minggu, 28/4/24 | 10:49 WIB

Dalam Apfelkuchen und Baklava, kehidupan Leila, ibunya, dan kedua kakaknya jauh lebih baik ketimbang di Suriah. Doch hier fallen keine Bomben, denkt sie. Hier ist es still. Hier … ist es sicher. Und das ist gut! (Rohmann, 2016, hlm. 19) – disini tidak ada bom. Disini tenang, aman. Dan ini menyenangkan! Meskipun begitu, Leila tetap merasakan ada sesuatu yang hilang. Kerinduannya terhadap ayah dan neneknya yang masih berada di Suriah tidak terbendung lagi. Terlebih sejak ia kehilangan biji kenarinya itu. Ia pun makin merasa tercerabut dengan satu-satunya benda yang menghubungkannya dengan kampung halamannya, dan orang-orang yang ditinggalkannya.

Siapa sangka, orang yang paling dapat memahami situasi Leila mewujud dalam sosok Getrud, alias nenek Max. Tokoh Getrud ternyata pernah menjadi seorang Fluchtlinge di masa kecilnya. Perang Dunia II mengakibatkan wilayah Pommerania, sebuah kota yang terletak di Jerman bagian utara terbelah menjadi dua. Sebagian menjadi wilayah Jerman, sebagian lagi menjadi wilayah negara Polandia. Di Pomerania terdapat kota kecil bernama Juchowo yang merupakan asal usul dari nenek Getrud. Ia bersama ibu dan adik perempuannya harus mengungsi ke Jerman meninggalkan ayah, kakek dan neneknya. Pekerjaan ayah Getrud sebagai seorang tentara membuatnya memilih untuk menetap di Juchowo. “Sie wollten eher sterben als Juchow zu verlassen” (Rohmann, 2016, hlm. 125) – “mereka lebih memilih mati, ketimbang meninggalkan Juchowo”.

Situasi perang menyebabkan timbulnya perselisihan di antara keluarga Getrud, “meine Mutter hat sehr laut mit ihnen gestritten” (Rohmann, 2016, hlm. 125) – “ibuku dulu sering bertengkar hebat dengan mereka”. Perpisahan tidak dapat dihindari, pada akhirnya ayah dan kakek-nenek Getrud harus merelakan ketiganya pergi meninggalkan Juchowo. Sebagai kenang-kenangan, nenek Getrud memberikan kenang-kenangan berupa sebuah resep kue lebkuchen, sebuah kue jahe khas Jerman yang dihidangkan saat natal. Max sudah sering diceritakan mengenai resep kue lebkuchen, namun ia baru mengetahui asal usul neneknya ketika tidak sengaja menguping pembicaraan Getrud dengan Leila.

Tokoh Leila dan Getrud memiliki persamaan, yaitu sama-sama merupakan sosok yang melakukan pelarian diri dari kampung halaman dan mencari suaka di Jerman. Gertud dapat memahami perasaan Leila karena keduanya sama-sama memiliki satu hal yang dapat menghubungkan mereka terhadap kampung halaman mereka. Biji kenari dan resep kue jahe memiliki makna simbolis, yaitu masa lalu, termasuk kampung halaman dan orang-orang yang mereka tinggalkan. Hilangnya biji kenari Leila dimaknai sebagai perpisahan terhadap masa lalu, sekaligus kerinduan terhadap kampung halamannya. Tokoh Getrud sudah sering membuatkan kue jahe dan menceritakan tentang resep kue jahe itu, menandakan upayanya untuk terus mengingat kampung halaman, sekaligus bentuk penerimaan nenek Max terhadap kehidupannya di masa sekarang.

BACAJUGA

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB
Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Pembentukan Identitas Hibrid Tokoh Imigran dalam Dua Cerpen karya Vladimir Kaminer

Minggu, 13/4/25 | 09:35 WIB
Halaman 2 dari 3
Prev123Next
Tags: #Andina Meutia Hawa
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Perbedaan Awalan ber- dan me-

Berita Sesudah

Obrolan Perempuan Tidak Selalu Merumpi

Berita Terkait

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Minggu, 06/7/25 | 11:11 WIB

Oleh: Aldi Ferdiansyah (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Karya sastra adalah hasil proses kreatif yang...

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Minggu, 06/7/25 | 10:56 WIB

Oleh: Nikicha Myomi Chairanti (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Cerita pendek "Seekor Beras dan Sebutir Anjing" karya Eka Arief...

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Berita Sesudah
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Obrolan Perempuan Tidak Selalu Merumpi

Discussion about this post

POPULER

  • Wakil Wali Kota Padang, Maigus Nasir saat menyerahkan Dana Operasional Triwulan II tahun 2025 ketua RT/RW, Guru TPQ/TQA dan MDTA/MDTW. [foto : ist]

    100 Hari Kerja Wali Kota Padang Capai Kepuasan 80 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Angka Penyalahgunaan Narkoba di Sumbar Sempat Tempati Posisi Tertinggi, Kapolda : Kita Bakal All Out

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mambangkik Batang Tarandam dalam Naskah Drama “Orang-orang Bawah Tanah” karya Wisran Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemko Padang Percepat Pembangunan Infrastruktur Jalan di Beringin Ujung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024