Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah)
Saya memiliki seorang teman yang bisa dibilang cukup rutin mengirimi saya pesan via aplikasi Instagram. Pesan tersebut biasanya ia kirim pada waktu tertentu, yaitu di waktu pagi setelah salat Subuh, di waktu siang saat istirahat kerja, dan di malam hari saat bersantai sebelum tidur. Dosis pesan yang saya terima setiap hari sudah layaknya minum obat, tiga kali sehari.
Bila di antara tiga waktu tersebut ia tidak mengirimi saya pesan, terkadang saya merasakan sesuatu yang janggal. Pikiran-pikiran seperti, “Apakah paket internetnya habis?”, “Apakah ia ketiduran di pagi hari?”, “Apakah ia tersinggung karena saya jarang merespons pesannya?” setidaknya bermunculan di kepala saya.
Pesan yang saya terima sebetulnya bukanlah perkara penting. Dominanya ia hanya mengirim konten-konten receh yang ia temukan di Instagram. Sedikit hal lucu yang ia temukan dalam sebuah video reels instagram dirasa harus diketahui juga oleh temannya. Saya pun sering melakukan hal serupa. Bila saya menjumpai konten yang lucu, teman-teman saya juga harus tahu.
Sekali berbagi pesan seputar konten reels tidak hanya cukup satu, tetapi bejibun. Terkadang bahkan bisa saja mengirim hal yang sama dua kali. Terkadang pula, di antara kami berbagi video reels yang sudah pernah kami lihat sebelumnya. Untuk mengantisipasi hal ini, kami membuat kesepakatan untuk selalu menyukai konten yang kami anggap lucu.
Hal-hal yang kami bagikan lewat pesan Instagram juga tidak selalu seputar konten-konten lucu. Kadang juga berupa konten motivasi, konten parenting (siapa tahu suatu hari nanti kami ditakdirkan menjadi ibu), informasi tempat wisata (sampai hari ini tidak satupun yang kami kunjungi), informasi kafe estetik, kosmetik dan skincare yang sedang viral, drama Korea dan film terbaru, serta informasi seputar aktor dan idol favorit kami.
Terkadang, pesan-pesan berisi konten reels yang terkirim tertimbun begitu saja. Berhari-hari saya mengabaikan pesan dari teman saya tersebut. Meskipun begitu, saya juga tak henti-henti mengiriminya konten yang saya rasa lucu dan bermanfaat.
Meskipun bukan hal yang begitu penting, berbagi pesan berisi konten lucu ini terkadang sangat bermanfaat. Menyaksikan konten lucu sangatlah menghibur. Saya bisa cekikikan sampai sakit perut hanya karena menyaksikan seekor kucing yang mengeong dengan cara agak aneh. Terkadang ketika sedang melewati masa PMS yang menyebakan suasana hati mudah berubah akibat perubahan hormon, kita perempuan memerlukan hal-hal lucu agar emosi sedih dan marah tidak dominan. Di sinilah berbagi pesan berisikan konten-konten lucu antarpertemanan terasa bermanfaat sekali.
Discussion about this post