Puisi-puisi Rola Novita Sari
Sajadah Tak Bertuan
Rapi sunguh lipatan mu, di ujung lemari itu
Berapa kali ku melirik dirimu
Tapi, aku tetap tak sadar dengan kode mu
Setelah jatuh dirimu, tepat di hadapan ku
Seketika itu azan berkumandang, terdengar jelas ditelingga ku
Entah apa yang membuat tubuh ku melemah seketika
Jantung berdetak dengan irama yang tak menentu
Kembali pikiran menerawang pada ajal
Dengan rasa takut, ku langkahkan kaki sedikit berlari
Mengambil air wudhuku basuh tangan ku
Sampai kemata kaki secara berlahan
Ku bentang sajadah itu dengan lembutnya
Ku arahkan sejadah itu kearah kiblat
Tak bisa ku sebut sajadah ini milikku
Meski aku yang telah membelinya
Sajadah tak bertuan
Hari ini aku lah yang akan memakai mu sampai akhir hayat ku
kau lah salah satu saksi berapa kali aku menangis
Kau merasakan kesedihan itu, oh sajadah tak bertuan
Alahan Panjang 11 April 2022
Sujud Terakhir
Sombong sungguh raga ini…..
Takut mati, padahal kesempatan sudah di beri berkali-kali
Tangis pecah, seketika dosa bermain manja dalam gelap
Tuhan, masihkah kau terima raga yang sudah lama jauh dari jalanmu
Masihkah kau terima isak tangis dalam sujud ku??
Malu ku menghadapmu, tapi ku tahu kau maha pengampun
Jika tak sempat aku bertobat, akankah tanah menerima jasad ku?
Jika dalam sujud ini adalah kesempatan ku
Semoga malam ini sujud terakhirku
Takut melanjutkan kehidupan esok pagi
Jika dosa itu akan terulang kembali
Tuhan, kabul kan pintaku…..
Tubuhku terasa dingin dari ujung kaki ku
Sampai keubun-ubunku, dingin itu menyerang sekujur tubuhku
Air mata ku membahasi sajadah itu
Hanya terdengar samar dari mulut ku kalimat
LA ILAHA ILLALLAH ( tiada tuhan selain Allah)
Sujud terakhir ku
Alahan Panjang 10 April 2022
Surat Cinta Dari Tuhan Yang Berdebu
Keluh kesah sering terdengar di telinga
Ketika di beri sedikit masalah manusia sudah merasa lelah
Mengupat serapah, menyalakan semua
Seakan-akan lupa ada yang maha sempurna
Kau biarkan dia jadi pajangan
Kau jadikan dia sebagai hiasan lemari mu
Tak perna kau baca dalam keseharian mu
Padahal dia adalah petunjuk terbaik untuk mu
Surat cinta dari Tuhan yang berdebu
Dia adalah petunjuk hidupmu, jika kau membacanya
Jiwa mu akan tenang, hati yang gelisah jadi damai
Kenapa kau engan membaca membiarkan dia berdebu
Surat cinta dari Tuhan yang berdebu
Seperti apa surat cinta itu??
Al-Qur’an dia lah surat cinta dari Tuhan
Sebagai petunjuk terbaik dalam hidupmu
Jika kau mencintainya Tuhan akan lebih mencintai mu
Alahan Panjang 12 April 2022
BIODATA PENULIS
Perempuan yang berdarah asli Minang kota asalnya Padang yang terkenal dengan masakan rendang lokan sebagai makan ciri khas kotanya, Rola Novita Sari seorang anak petani yang senang penulis dari kecil bercita-cita ingin jadi guru dan dokter meski kuliah tidak mengambil jurusan itu,tempat tanggal lahir Muara Gadang 28 November 1998 Anak ke 3 (tiga) dari 5 (lima) bersaudara agama Islam alamat asal Muara Gadang Air Haji, Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Meraih gelar sarana Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang pada tahun 2021 dengan Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam ( AFI ), buku Novel yang telah terbit berjudul “ Topi Toga yang Tertunda” dan juga telah menulis buku antologi puisi bersama orang-orang hebat yang berjudul “ Keindahan Cinta Dalam Balutan Iman”, “Butiran Kenangan”, “ Catatan Mimpi” Motto Hidup: jangan dahulukan malas jika ingin menjadi orang yang berkelas” t bisa mengenal lebih dengan penulis wa:082285959442 FB: Rola Novita Sari sari IG: Penulis Tangguh 86.
Puisi Sebagai Bentuk Harapan
Oleh : Dara Layl
(Penulis dan Pengurus Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Sumatera Barat)
Edisi Kreatika pada minggu ini menampilkan tiga puisi dari Rola Novita Sari dengan Judul “Sajadah Tak Bertuan”, “Sujud Terakhir” dan “Surat Cinta Dari Tuhan Yang Berdebu.” Ketiga puisi ini merupakan puisi yang mengambil satu benang merah yaitu tema religi yang dibumbui perjalanan dari penulisnya.
Dalam karya sastra khususnya puisi tidak hanya sebagai ungkapan rasa penyair, namun dapat menjadi refleksi pikiran masyarakat (Sabrini, 2018). Pada Puisi pertama, “Sajadah Tak Bertuan” penyair seolah merefleksikan pikirannya terhadap sajadah yang biasa digunakan dalam salat, seolah ia dapat merasakan apa yang dialami oleh sajadah.
Selan itu, dalam puisi pertama ini penyair juga mnceritakan kembali awal mula bagaimana ia akhirnya kembali salat setelah merasa di berikan “kode” oleh sajadah, hal yang menarik di dalam puisi ini adalah menceritakan sekilas mengenai tata cara dalam mengambil wudu yang dimulai dari mencuci muka sampai bagaian terakhir membasuh mata kaki. Puisi ini seolah membagi perjalanan spiritual yang bermula dari sajadah sampai keingininan kembali untuk salat.
Selain sebagai ekspresi, puisi juga bisa berfungsi sebagai do`a dari sang penyair, hal ini terlihat jelas pada puisi kedua,“Sujud terakhir”, pada puisi kedua ini penyair seolah memiliki do`a atau aharapan untuk dapat meninggal dalam keadaan yang baik yaitu dalam salat dengan membaca kalimat talqin, La ilaha illallah sebagai penutup hidupnya, hal ini dapat memberikan kesadaran bagi kita sebagai pembaca untuk terus berbuat baik dan lekas bertobat atas apapun kesalahan yang kita perbuat, sehingga di akhir hayat dapat meninggal dalam keadaan yang baik.
Pada puisi ketiga “Surat Cinta Dari Tuhan Yang Berdebu.” Di dalam puisi ini, surat cinta yang dimaksud adalah qalam Allah yaitu Al-Qur`an yang menjadi petunjuk bagi setiap manusia. Seperti yang tersirat dalam judul, pada puisi ini menerangkan perihal Al-Qur`an yang hanya dijadikan pajangan sampai berdebu, padahal setiap permasalahan dalam hidup semua memiliki jawaban di dalam Al-Qur`an.
Di dalam menulis puisi kita perlu meperhatikan susunan diksi atau kata yang digunakan supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman makna, termasuk judul puisi, mungkin maksud dari judul puisi ketiga ini adalah surat cintanya yang berdebu tapi bukan Tuhannya yang berdebu.
Secara keseluruhan puisi yang ditulis oleh penyair merupakan ungkapan pikiran dan perasaan yang menyulam menjadi bentuk doa dan harapan dari penyair tersendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Waaluyo (1991: 25) menerangkan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dan mengonsentrasikan strktur fisik dan struktur batinnya.
Struktur fisik puisi adalah struktur yang membangun baris-baris puisi yang terdiri dari diksi, pengimajian, kata konkret, majas, veriikasi dan tipografi, sedangkan struktur batin puisi tema, perasaan nada dan amanat. Ketiga puisi ini lengkap secara struktur fisik maupun batin, namun harus lebih memperhatikan susunan diksi agar tidak ada kerancuan dalam pemaknaannya.
Sebagai sebuah karya sastra, hal yang menjadikan puisi lebih unik dari karya sastra yang lainnya adalah puisi adalah bentuk pengkristalan kata-kata, sehingga maksud yang ingin disampaikan dalam puisi tidak disampaikan secara gamblang atau terang-terangan, hanya saja dalam ketiga puisi ini maksud dari penyair bisa terbaca jelas dari susunan kata yang disampaikan.
Terima kasih Kak Rola, teruslah menulis puisi, ditunggu puisi lainnya. (*)
CATATAN: Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.
Discussion about this post