Oleh: Roma Kyo Kae Saniro
(Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)
Sebelumnya kita membahas serial drama Korea Hello, My Twenties! Season 1. Kali ini pembahasan beralih ke serial drama Korea Hello, My Twenties! Season 2. Lanjutan series ini memiliki perbedaan atau pergantian pada pemain. Tayang perdana pada tanggal 25 Agustus 2017, serial ini menyajikan beberapa perbedaan. Tokoh Ryu Hwa Young dan Park Hye Soo digantikan dengan pemain baru. Tokoh Kang Yi Na dan si lugu Yoon Eun Jae kini digantikan oleh pendatang baru Ji Woo dan Choi Ara.
Secara alur cerita, serial ini pun berbeda. Serial awal menggambarkan kelimanya berkuliah dan serial 2 menggambarkan Yoon Jin Myung mendapatkan pekerjaan setelah berhasil mendapatkan pekerjaan setelah dia kembali dari Tiongkok. Tokoh Ye-Eun mengambil cuti satu tahun dari sekolah karena dampak dari mantan pacarnya yang kasar dan kembali berkuliah. Tokoh Eun-Jae putus dengan cinta pertamanya dan dia merasakan sakit emosional. Lalu, gadis-gadis itu memiliki teman serumah baru Jo Eun (Choi A-Ra) di rumah berbagi mereka yang sebelumnya ditempati oleh Yi-Na (Ryu Hwa-Young).
Kehadiran Jo Eun dapat dikatakan menarik. Pada awal penceritaan, tokoh ini digambarkan hadir ke kosan tersebut karena ingin memecahkan dan menolong orang yang akan dibunuh seseorang melalui kartu merah yang berisikan ucapan dendam dan ingin membunuh yang diselipkan melalui sebuah buku yang ada di perpustakaan. Di kartu merah tersebut tercantum alamat surat kosan “Belle Époque”. Kebetulan karena adanya kamar kosong. Tokoh Jo Eun dapat menyewa dan menjadi anggota pada kosan tersebut.
Jo Eun digambarkan sebagai tokoh yang memiliki tampilan fisik tomboi dengan rambut sangat pendek yang menyerupai laki-laki, pakaiannya selalu kemeja atau kaos, selalu menggunakan celana, dan sepatu atau sandal yang sangat maskulin. Tokoh ini memiliki ibu dan ayah yang sudah bercerai. Ibunya yang independen menunjukkan keberhasilannya dengan adanya usaha salon mewah yang dikelola ibunya. Namun, ayahnya hidup sederhana dengan berjualan si toko bangunan yang ia miliki. Ayahnya digambarkan telah menikah kembali dan memiliki seorang anak perempuan kecil.
Pada awalnya, tokoh Jo Eun tidak bisa menerima perceraian ayahnya karena ayahnyalah yang pergi meninggalkan Jo Eun dan ibunya. Tokoh Jo Eun selalu memantau dan mengikuti gerak-gerik ayahnya. Sebenarnya, tokoh ini sangat merindukan ayahnya sehingga ia ingin melihat ayahnya dan kehidupan ayahnya dari jauh sebagai pengamat saja. Namun, rasa sakit karena ditinggalkan oleh ayahnya membuat Jo Eun tidak ingin menemui ayahnya jika ayahnya datang ke kosan Jo Eun.
Ternyata, kepergian ayah Jo Eun meninggalkan Jo Eun dan ibunya bukan salah satu penggambaran terkait dengan Jo Eun yang membenci ayahnya. Jo Eun memiliki kenangan indah bersama ayahnya dan ketika ayahnya pergi meninggalkan ia bersama ibunya, Jo Eun merasa tidak dicintai ayahnya. Penggambaran kenangan Jo Eun melalui rambut Jo Eun yang dipangkas pendek seperti laki-laki. Dahulu, Jo Eun kecil memiliki rambut panjang dan ayahnyalah yang akan merapikan atau mengikat rambut Jo Eun.
Rambut digambarkan sebagai representasi perasaan sayang yang telah berubah menghilang dengan penggambaran rambut Jo Eun yang digunting. Rambut menjadi sebuah hubungan psikologis antara seorang ayah dan anak adalah salah satu aspek penting dalam perkembangan emosional dan sosial anak. Hubungan ini memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan psikologis dan kesejahteraan mental anak.
Ikatan emosional antara seorang ayah dan anak adalah dasar dari hubungan psikologis yang sehat. Ikatan yang aman dan positif membantu anak merasa diterima, dicintai, dan aman secara emosional. Hal ini menjadi dasar untuk perkembangan sosial dan emosional yang sehat. Namun, hal tersebut tidak dirasakan oleh Jo Eun ketika ia dewasa dan membentuk dirinya tomboi. Hubungan yang buruk dengan ayah dapat memengaruhi cara seorang anak mengembangkan identitas gender mereka. Anak mungkin mencoba berperilaku berbeda sebagai respons terhadap ketidaknyamanan atau konflik dalam hubungan tersebut.
Semestinya, ayah yang memberikan dukungan emosional yang konsisten dapat membantu anak mengatasi stres, kecemasan, dan masalah emosional lainnya. Ini memungkinkan anak untuk merasa didukung dan diberdayakan secara emosional. Namun, tokoh Jo Eun tidak mendapatkan hal tersebut sehingga ia digambarkan iri kepada adik tirinya yang mendapatkan kasih sayang ayahnya. Tidak hanya itu, hubungan yang buruk dengan ayah dapat menyebabkan masalah emosional seperti stres, kecemasan, atau depresi. Ini dapat memengaruhi cara anak bereaksi terhadap berbagai situasi, termasuk ekspresi diri mereka sendiri,seperti tokoh Jo Eun yang terkesan tidak peduli dengan orang lain atau cuek. Namun, ketika hubungan dirinya dan ayahnya membaik, tokoh Jo Eun digambarkan mampu mengekspresikan diri seperti perempuan
Secara keseluruhan, ayah adalah salah satu model pertama bagi anak dalam mengembangkan perilaku dan norma sosial. Anak cenderung meniru perilaku dan sikap ayah mereka. Oleh karena itu, hubungan ayah yang positif dan kesehatan dapat memberikan contoh yang baik bagi anak. Seperti halnya Hello, My Twenties! Season 1 yang menggambarkan hubungan awal yang buruk antara seorang anak dengan ayahnya. Akhirnya, hubungan baik tercipta dan menghasilkan tokoh perempuan yang lebih bahagia.
Discussion about this post