Oleh: Elly Delfia
(Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)
Selama perjalanan, beberapa tempat terkadang tidak henti membuat kita terkesan. Demikian juga halnya dengan saya. Beberapa tempat yang pernah saya kunjungi membuat saya sangat terkesan dan terkenang, bahkan ingin mengunjunginya lagi dan lagi. Salah satu tempat itu adalah Nurimaru APEC House.
Jika sobat pembaca jalan-jalan ke Korea Selatan, terutama ke Kota Busan, jangan lupa mampir ke tempat bersejarah yang terletak di Pulau Dongbaek dekat Pantai Haeundae. Sebuah tempat dengan pemandangan laut yang tenang dan mengesankan. Di tempat itu, kita dapat merasakan sensasi aroma dimetil sulfida dari angin laut yang segar dan woody-nya hutan pinus nan syahdu. Tempat ini sangat cocok untuk para thallasophile yang mencintai laut dan denrophile yang mencintai hutan dan aroma pepohonan.
Nurimaru APEC House merupakan salah satu tempat wisata bersejarah yang terletak di Dongbaek-ro, Haeundae-gu, Busan Gwangyeoksi, Korea Selatan. Dilansir dari busanpedia.com, nama Nurimaru berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Korea, yaitu nuri yang artinya ‘dunia’ dan maru yang artinya ‘puncak’. Nurimaru berarti tempat berkumpulnya para puncak ‘pemimpin’ dunia. Selanjutnya, untuk nama daerah Dongbaek-ro jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu Dongbaek merupakan nama tempat dan ro artinya ‘ pemerintahan administratif setingkat kelurahan’. Jadi, Dongbaek-ro dapat diartikan sebagai Kelurahan Dongbaek. Gu pada Haeundae-gu artinya kecamatan. Haeundae-gu berarti Kecamatan Haeundae. Kemudian, Busan Gwangyeoksi artinya Kota Besar atau Kota Metropolitan Busan. Di tempat inilah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC pada tahun 2005 pernah diselenggarakan.
APEC merupakan Asia Pacific Economic Cooperation atau Kerja sama Ekonomi Negara-negara Asia Pasifik yang terdiri atas 21 negara anggota, yaitu Australia, Korea Selatan, Jepang, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Vietnam, Thailand, Kanada, Amerika Serikat, Chili, Cina, Hongkong, Taiwan, Selandia Baru, Rusia, Philipina, Peru, Papua Nugini, dan Meksiko. Jadi, Nurimaru dibangun oleh Pemerintah Korea Selatan khusus untuk pelaksanaan KTT APEC 2005. Kini tempat itu menjadi museum bersejarah yang terbuka untuk umum dan dapat dikunjungi dengan gratis oleh siapa pun. Tempat ini dibuka dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 06.00 sore setiap harinya.
Waktu pertama kali memasuki Nurimaru APEC House, saya merasa terpesona melihat pemandangan laut yang indah melalui dinding-dinding kaca. Lantai gedung yang terbuat dari pualam bewarna hitam dengan siluet garis-garis putih menambah suasana alami dan adem ruangan museum itu. Ruangan utama museum adalah ruangan konferensi dengan meja bundar yang dikelilingi oleh 21 kursi negara-negara anggota APEC.
Di atas meja di hadapan masing-masing kursi terdapat papan nama masing-masing negara anggota APEC, termasuk nama Indonesia yang juga menjadi salah satu peserta KTT APEC 2005. Saya sempat berfoto dengan latar belakang meja bundar yang ada nama Indonesia untuk mengingat bahwa wakil Indonesia pernah hadir di sana. Saya merasa bangga menyaksikan nama Indonesia ada di sana. Kunjungan wisata di negara orang itu semakin meningkatkan rasa cinta saya pada tanah air.
Di bagian ruangan yang lain, saya melihat foto-foto para pemimpin negara peserta KTT APEC yang mengenakan hanbok, pakaian tradisional Korea. Salah satunya foto Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengenakan hanbok bewarna kuning. Selain foto para pemimpin dunia, di dalam museum juga dipajang pena dan alat-alat tulis lain yang pernah digunakan saat KTT APEC 2005 dan juga replika menu makanan khas Korea yang dihidangkan pada saat KTT APEC tersebut. Foto-foto dan pajangan replika itu seakan membawa saya flashback ke masa lalu seberapa baiknya KTT itu dipersiapkan dan diselenggarakan oleh Pemerintahan Korea Selatan sebagai tuan rumah yang menjamu tamu-tamunya.
Saya sudah beberapa kali berkunjung ke Nurimaru APEC selama tinggal di Busan dan saya merasa tidak pernah bosan, bahkan ingin berlama-lama di tempat itu. Kunjungan pertama saya ke sana adalah bersama teman-teman sesama dosen pengajar di Kajian Asia Tenggara, Busan University of Foreign Studies (BUFS). Saat itu, saya merasa kagum melihat museum dengan gedung bundar dan desain gaya modern. Lokasinya tersembunyi di balik rerimbunan hutan pinus. Kita tidak bisa melihat bangunan itu dari luar saat pertama sampai setelah turun dari bus atau kereta bawah tanah line 2 di Dongbaek Station. Kita hanya dapat menyaksikan tempat parkir mobil pribadi yang dikelilingi pohon-pohon rindang. Itu adalah tempat parkir mobil yang disediakan untuk pengunjung wisata Nurimaru APEC House. Setelah itu, pengunjung dapat berjalan kaki sejauh lebih kurang 1 kilometer dari tempat parkir menuju ke Nurimaru APEC House.
Kali kedua ke Nurimaru, saya pergi dengan teman yang baru datang dari Indonesia. Saya mengajaknya jalan-jalan dan berfoto-foto untuk mengabadikan tempat yang indah dan mengesankan itu untuk melengkapi cerita jalan-jalannya ke Korea. Kali ketiga ke sana, saya datang bersama teman dosen pengajar dan mahasiswa saya di Jurusan Indonesia-Malaysia BUFS. Kebetulan saat itu mereka ada kuliah lapangan dan sekaligus menjadi guide yang menjelaskan tentang sejarah Nurimaru APEC House dengan lebih detail karena mereka orang Korea.
Bagi saya yang suka wisata sejarah dan wisata alam, Nurimaru APEC House adalah salah satu tempat yang indah dan mengesankan. Tempat ini direkomendasikan untuk dikunjungi bagi sobat pembaca yang akan datang ke Busan. Pengunjung dapat melihat pemandangan hutan pinus yang hijau dan menyejukkan mata, lanskap laut yang indah di sekitar Pulau Dongbaeksom, Pantai Haeundae, Gwangan Bridge atau Jembatan Gwangan yang membentang di sepanjang Pantai Gwangan, dan juga dapat menyaksikan mercusuar di atas Paviliun Jeongja, serta dapat menyaksikan Marine City, menara pencakar langit yang ada di Kota Busan.
Discussion about this post