Oleh: Elly Delfia
(Dosen Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)
Pada suatu hari di musim gugur, saya dan teman-teman berkunjung ke daerah Gyeongju. Tempat yang dikenal dengan nama Seorabeol itu merupakan situs peninggalan Dinasti Silla, sebuah dinasti yang pernah berkuasa dari 57 SM sampai 935 M. Bersama dengan dua kerajaan lain, yaitu Goguryeo dan Baekje, ketiganya dikenal dengan sebutan Three Kingdom. Akhirnya Goguryeo dan Baekje ditaklukkan Silla dan menjadi Silla Bersatu pada tahun 668 Masehi.
Musim gugur di tempat bersejarah ini amatlah indah. Kita dapat menyaksikan lembar-lembar daun maple yang memerah dengan ujung-ujung runcing bergerigi. Daun-daun itu sebagian masih melekat di tangkai-tangkai yang ada di pohon dan sebagian lagi sudah berguguran ke tanah. Daun-daun pohon ginkgo biloba (autumn gold ginkgo) atau pohon rambut gadis juga tidak kalah indahnya. Daun-daun itu menguning dan menyemarakkan suasana musim gugur. Buah aprikot bewarna oranye yang bergantungan di ranting-ranting pohon juga turut menyempurnakan kecantikan musim gugur di sana.
Di tengah romansa keindahan musim gugur, saya merasakan suhu mulai dingin. Untungnya saya dan teman-teman sudah mengenakan jaket cukup tebal. Suhu musim gugur berkisar antara 14 sampai dengan 20 derajat celcius. Akan tetapi, suhu yang mulai dingin itu tidak menyurutkan semangat kami untuk menyusuri jalan-jalan di Kota Gyeongju. Kami menikmati suasana musim gugur dengan hati gembira dan tidak lupa mengabadikan momen indah itu dalam foto-foto.

Gyeongju bukan hanya sebuah tempat yang indah pada musim gugur, melainkan lebih dari itu. Gyeongju adalah sebuah tempat bersejarah yang menjadi situs warisan dunia UNESCO. Di tempat itu pernah berdiri Kerajaan Silla dengan ratu perempuan yang sangat berkuasa, yaitu Ratu Seondeok seperti yang pernah tayang dalam drama Korea berjudul The Great Queen Seondeok. Sisa-sisa peninggalan kejayaan Silla dapat disaksikan di Museum Seni dan Sains Silla (Silla Art and Science Museum) yang terletak di Desa Kerajinan Rakyat Gyeongju, Ha-dong, Gyeongju, Gyeongsang Utara. Di museum tersebut, pengunjung dapat menyaksikan berbagai barang peninggalan Kerajaan Silla. Barang yang paling menarik hati saya adalah mahkota raja-raja dan ratu Silla yang terbuat dari emas. Mahkota-mahkota tersebut terlihat sangat mewah dan berharga untuk ukuran masa lalu. Hal itu menjadi salah satu bukti kejayaan dan kekayaan Silla ketika itu.
Selain mengunjungi museum, saya juga menyaksikan makam anggota Kerajaan Silla di sebuah tempat yang bernama Daereungwon Tumuli Park atau Daereungwon Tomb Complex. Ada sekitar 23 makam kuno anggota keluarga Kerajaan Silla di tempat itu. Makam tersebut berbentuk gunung-gunung kecil seperti yang ada dalam film Teletubbies namun tentu saja itu bukan gunung milik Teletubbies. Di dalam gunung-gunung kecil itu terdapat peti mati anggota keluarga kerajaan Silla. Salah satu makam yang terkenal adalah Cheonmachong Tomb atau makam nomor 155 yang dibangun sekitar abad 5 dan 6 Masehi.
Makam-makam unik itu tidak membuat para pengunjung takut dan menjadi tempat untuk berfoto-foto. Akan tetapi, jangan coba-coba naik ke atas gundukan makam atau ber-selfie ria di sana karena kita bisa kena denda. Makam-makam itu dijaga dan dirawat baik oleh pemerintah setempat. Saya dan teman-teman turut berfoto di sana tanpa menyentuh bagian-bagian makam yang dilarang. Pengunjung memang harus menunjukkan perilaku yang baik saat berkunjung ke tempat-tempat wisata. Pengunjung hanya perlu menikmati keindahannya tanpa perlu menyentuhnya agar benda-benda kuno tersebut tidak rusak. Kami hanya berfoto-foto dengan latar belakang makam dengan rumput-rumput yang menguning karena pergantian pigmen pada musim gugur. Pemerintahan Korea Selatan membuka tempat ini sebagai tempat wisata bersejarah yang bebas untuk dikunjungi.
Setelah itu, pemandangan indah dengan daun warna-warni juga dapat dinikmati di sekitar Kuil Bulguksa (Bulguk Temple) yang berudara sejuk. Bulguksa artinya ‘Kuil Negeri Buddha’. Kuil ini merupakan salah satu kuil situs warisan dunia UNESCO yang disebut Pemerintah Korea sebagai kuil bersejarah dan indah nomor satu di Korea Selatan. Kuil peninggalan Kerajaan Silla ini menyimpan tujuh harta nasional Korea.

Kemudian, di pendakian menuju Bulguksa, tersedia beberapa bak penampungan yang airnya bisa langsung diminum karena berasal dari mata air pegunungan yang bersih dan alami. Saya pernah meminum langsung air di sana dengan gayung-gayung kecil yang sudah disediakan di tepi bak-bak penampungan. Airnya terasa segar dan sejuk sampai di kerongkongan. Meskipun jalan menuju Bulguksa cukup menanjak, tempat itu tetap ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik oleh wisatawan asing maupun oleh wisatawan dalam negeri Korea Selatan. Kuil yang terletak di perbukitan ini juga dijadikan sebagai tempat mendaki (hiking) oleh orang-orang Korea, seperti ahjussi dan ahjuma Korea.
Selain Museum Seni dan Sains Silla, Daereungwon Tumuli Park, dan Bulguksa, masih ada beberapa tempat menarik lainnya di Gyeongju yang bisa dikunjungi, seperti Anapji (komplek istana dengan kolam yang indah), Seokguram Grotto (patung Buddha dengan pemandangan laut), dan Cheomsongdae (observatorium astronomi untuk mengamati perbintangan sebagai representasi dari tahun Solar).
Keindahan Gyeongju pada musim gugur dan kebudayaan sisa peninggalan 1520 tahun yang lalu itu membuat saya takjub. Banyak hal yang bisa dipelajari di sana selain daun-daun maple, gingko, dan aprikot yang indah dan memanjakan mata. Keberadaan semuanya dapat dijadikan pembelajaran agar kita lebih arif dan bijaksana dalam menjalani kehidupan. Demikianlah kisah perjalanan pada musim gugur di Gyeongju. Kisah yang memberi saya pengetahuan, pengalaman, dan semangat baru.
Discussion about this post