Jumat, 17/10/25 | 06:07 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Penulisan Jenjang Akademik dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 19/2/23 | 07:00 WIB

Oleh: Yori Leo Saputra
(Alumnus S-1 Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas dan Pustakawan SMAN 1 Ranah Pesisir)

Dewasa ini, penulisan jenjang akademik banyak ditemukan tidak seragam, baik pada penulisan tingkat diploma maupun tingkat strata. Ketidakseragaman itu dapat ditemukan dalam berbagai artikel di media massa. Selain itu, ketidakseragaman penulisan jenjang akedemik juga ditemukan pada baliho-baliho kampus yang menawarkan program studi tertentu, bahkan juga ditemukan dalam skripsi mahasiswa.

Secara spesifik, saya melihat perbedaan itu terdapat pada tanda baca yang digunakan. Ada yang mengunakan tanda hubung, seperti D-3, S-1, dan S-2; dan ada juga yang tidak menggunakan tanda hubung, misalnya D3, S1, S2, dan S3. Dengan adanya dua bentuk penulisan ini, tentunya dapat menimbulkan keraguan dalam berbahasa. Oleh sebab itu, saya akan coba ulas mengenai permasalahan ini. Namun, sebelum masuk pada pembahasan, alangkah baiknya kita lihat dahulu pengertian diploma dan strata.

BACAJUGA

Berbagai Istilah dan Kemubaziran Kata dalam Kalimat

Menghindari Sifat Benalu

Minggu, 31/8/25 | 13:20 WIB
Berbagai Istilah dan Kemubaziran Kata dalam Kalimat

Hukum Kawin Sesuku di Minangkabau

Minggu, 17/8/25 | 16:05 WIB

Secara etimologi, diploma berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti ‘gulungan kertas’ yang merupakan akta atau setifikat yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan tinggi/universitas, yang berisi pernyataan bahwa penerimaan telah berhasil menyelesaikan program studi tertentu (wikipedia.org), sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V (2016), diploma adalah surat keterangan resmi yang menyatakan telah tamat sekolah (lulus ujian dan sebagainya). Sementara itu, yang dimaksud dengan strata adalah tingkat pendidikan setingkat di atas sarjana muda (Kamus Besar Bahasa Indonesia V, 2016).

Dalam Ejaan Yang Disempurnakan (1972—2015), aturan penulisan jenjang akademik memang belum ada dijelaskan. Aturan itu ada setelah dikeluarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia pada tahun 2016. Aturan tersebut diatur dalam fungsi  penggunaan tanda hubung, tepatnya pada fungsi ke-5, yaitu “Tanda hubung digunakan untuk merangkai, misalnya D-3, S-1, dan S-2. Namun, perlu diketahui, penulisan ini tidak hanya berlaku untuk penulisan jenjang D-3 (diploma tiga), S-1 (strata satu/sarjana), dan S-2 (stara dua/magister), melainkan berlaku untuk semua penulisan jenjang akademik dalam bahasa Indonesia, contohnya D-1 (diploma satu), D-2 (diploma dua), D-3 (diploma dua), D-4 (diploma empat), S-1 (strata satu/sarjana), S-2 (strata dua/magister), dan S-3 (strata tiga).

Jika dilihat dalam Ejaan Yang Disempurnakan Edisi V (2022), aturan penulisan jenjang akademik juga diatur dalam fungsi penggunaan tanda hubung yang ke-5, yaitu “Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur yang berbeda, yaitu di antara huruf kapital dan nonkapital serta di antara huruf dan angka.” Penggunaan fungsi tanda hubung ini dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

  • TNI Angkatan Laut menggelar turnamen karate se-Sumatra tahun 2023.
  • Adi mendapatkan peringkat ke-3 lomba menulis puisi.
  • Andrea Hirata termasuk sastrawan angkatan 2000-an.
  • Ibu ber-KTP.
  • Semua isi bumi dan langit adalah milik-Nya.
  • Kevin adalah alumnus  S-1 Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas.

Dari contoh di atas, terlihat bahwa huruf D dan S merupakan singkatan dari diploma dan strata yang ditulis menggunakan huruf kapital, sedangkan 1, 2, 3, dan 4 merupakan angka (menyatakan tingkatan jenjang) sehingga keduanya merupakan unsur yang tidak sejenis yang perlu dirangkai dengan menggunakan tanda hubung. Akan tetapi, hal tersebut berbeda dengan aturan penulisan P3K, P4TK, dan BP2MI yang tidak perlu disisipi dengan menggunakan tanda hubung. Hal itu dikarenakan bahwa angka 3, 4, dan angka 2 dalam singkatan tersebut melambangkan jumlah huruf.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penulisan jenjang akademik yang tepat dalam aturan penulisan bahasa Indonesia adalah D-1, D-2, D-3, D-4, S-1, S-2, dan S-3, bukan d1, D3, S1, dan S2. Semoga mencerahkan.

Tags: #Yori Leo Saputra
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Di Antara Salju yang Berjatuhan pada Musim Dingin

Berita Sesudah

Homonim, Homofon, dan Homograf

Berita Terkait

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Minggu, 12/10/25 | 12:34 WIB

Oleh: Hasbi Witir (Mahasiswa Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas) Banyak dari kita mungkin beranggapan bahwa sejarah sastra Indonesia modern dimulai...

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Minggu, 12/10/25 | 11:30 WIB

Oleh: Muhammad Zakwan Rizaldi (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas dan Anggota UKMF Labor Penulisan Kreatif)          ...

Puisi-puisi Ronaldi Noor dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi Luka Gaza dalam “Gaza Tak Pernah Sunyi” Karya Hardi

Minggu, 05/10/25 | 23:48 WIB

Oleh: Ragdy F. Daye (Penulis dan  Sastrawan Sumatera Barat)   Kota ini bukan kota lagi. Ia museum luka yang terus...

Menyibak Sejarah melalui Manuskrip Surau Baru Pauh

Menyibak Sejarah melalui Manuskrip Surau Baru Pauh

Minggu, 05/10/25 | 23:29 WIB

Oleh: Febby Gusmelyyana (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Pada Jumat, 29 Agustus 2025, pukul 13.30...

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Konflik pada Cerpen “Pak Menteri Mau Datang” Karya A.A. Navis

Minggu, 05/10/25 | 23:11 WIB

Oleh: Faathir Tora Ugraha (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)   Ali Akbar Navis atau lebih dikenal A.A. Navis adalah...

Sastra Bandingan: Kerinduan yang Tak Bertepi di Antara Dua Puisi

Sastra Anak, Pondasi Psikologis Perkembangan Kognitif Anak

Minggu, 28/9/25 | 15:19 WIB

Oleh: Dara Suci Rezki Efendi (Mahasiswi Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Setiap karya sastra pasti memiliki pembacanya masing-masing,...

Berita Sesudah
Berbagai Istilah Sebutan untuk Manusia

Homonim, Homofon, dan Homograf

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seminar Ekonomi UNP Dorong Mahasiswa Jadi Penggerak Ekonomi Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Job Fair 2025 UNP Hadirkan Puluhan Perusahaan Ternama, Buka Peluang Karier bagi Lulusan Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Se Indonesia, seIndonesia, atau se-Indonesia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemkab Solok Hentikan Sementara Kegiatan Wisata Glamping Lakeside Alahan Panjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024