Selasa, 02/12/25 | 11:08 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Duka Cita atau Dukacita?

Minggu, 15/1/23 | 08:36 WIB

Oleh: Yori Leo Saputra
(Alumnus S-1 Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas)

Kematian pemain legenda sepak bola Brazil, Edson Arantes do Nascimento atau Pele membuat duka besar timnas Brazil, terutama bagi pecinta sepak bola dunia. Kabar kematian Pele ini pertama kali dikonfirmasi oleh anak perempuannya, Kely Nascimento melalui akun Instagram-nya. “Kami di sini untuk mengucapkan terima kasih untukmu. Kami terus mencintaimu. Res ini Peace.”

Kemudian, pihak keluarga Pele juga mengabarkan kematian Pele melalui akun Twitter sang legenda.“Inspirasi dan cinta menandai perjalanan Rei Pelé yang meninggal dunia hari ini. Cinta, cinta, dan cinta, selamanya. Inspirasi dan cinta menandai perjalanan Raja Pelé, yang meninggal dengan damai hari ini. Cinta, cinta, dan cinta, selamanya,” demikian tulisnya. Pria berdarah Brazil ini dikabarkan meninggal dalam usia 82 tahun di rumah sakit Israelita Albert Einstein, Sao Paola, Brazil pada Kamis (29/12/2022). Kabarnya, Pele meninggal karena mengidap penyakit kanker usus besar sejak beberapa tahun yang lalu.

BACAJUGA

Berbagai Istilah dan Kemubaziran Kata dalam Kalimat

Menghindari Sifat Benalu

Minggu, 31/8/25 | 13:20 WIB
Berbagai Istilah dan Kemubaziran Kata dalam Kalimat

Hukum Kawin Sesuku di Minangkabau

Minggu, 17/8/25 | 16:05 WIB

Kepergian pemain legenda sepak bola Brazil ini banyak mendapatkan ucapan dukacita dari  pemain sepak bola dunia, termasuk Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Kylian Mbappe, Neymar, dan David Beckham. Kemudian, berita ucapan dukacita itu menjadi ramai dipublikasikan oleh wartawan di media massa. Namun, di balik ramainya berita ucapan dukacita itu, ada satu hal yang menarik untuk dibahas mengenai masalah kebahasaan. Masalah kebahasaan itu adalah penulisan kata dukacita yang bervariasi ditemukan pada judul-judul berita di media massa. Berikut ini saya lampirkan beberapa judul berita tersebut.

  1. Pele Meninggal Dunia, Cristiano Ronaldo Ucapkan Duka Cita (com, 30 Desember 2022)
  2. Legenda Brazil Pele Meninggal Dunia, Dukacita Banjiri Dunia Maya (co.id, 30 Desember 2022)
  3. Pele Meninggal, Obama hingga Macron Kirim Ucapan Duka Cita (co, 30 Desember 2022)
  4. Dukacita FIFA untuk Pele: Hari yang Tak Pernah Kami Inginkan, Hari Kehilangan Pele (com, 30 Desember 2022)

Berdasarkan judul berita (1) hingga (4) di atas, terlihat bahwa penulisan kata dukacita terlihat bervariasi. Pada judul berita (1) dan (3), kata duka cita ditulis terpisah (menggunakan spasi), sedangkan pada judul berita (2) dan (4), penulisan kata dukacita ditulis serangkai/digabungkan. Dengan kata lain, penulisan kata dukacita tidak ditulis menggunakan spasi.

Adanya dua bentuk penulisan tersebut, manakah penulisan yang tepat sesuai dengan ejaan penulisan bahasa Indonesia? Apakah judul berita (1) dan (3), atau judul berita (2) dan (4)? Mari kita lihat dan simak penjelasan berikut ini.

Apabila dilihat berdasarkan bentuknya, kata dukacita termasuk ke dalam jenis gabungan kata. Dalam Ejaan Yang Disempurnakan V (2022), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia menggolongkan kata dukacita termasuk ke dalam gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Contoh lain yang termasuk ke dalam bentuk ini seperti kata perilaku, bumiputra, segitiga, dan sukarela. Sementara itu, ada juga bentuk gabungan kata yang mendapatkan afiks (prefiks dan sufiks) yang ditulis dengan serangkai. Contoh ini dapat dilihat pada kata mencampuradukkan, mendukacitakan, dan pertanggungjawaban.

Kemudian, untuk tata cara penulisan gabungan kata yang ditulis secara terpisah, yaitu: Pertama, unsur gabungan kata yang sudah umum disebut dengan kata majemuk. Contoh ini dapat dilihat pada kata rumah makan, rumah sakit, dan tua muda. Kedua, gabungan kata yang penulisannya secara terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat afiks (prefiks atau sufiks). Contoh ini dapat dilihat pada kata beradu lidah, mengadu domba, garis bawahi, dan salah ambilan serta dukacita kematian. Namun, di samping itu, adapun tata cara penulisan gabungan kata yang ditulis dengan membubuhi tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Contoh ini dapat dilihat pada kata ibu bapak-kami (ibu dari bapak kami), anak istri-pejabat (anak dan istri dari pejabat), dan buku-sejarah baru (buku sejarah yang baru).

Menilik Makna Dukacita

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia sususnan W.J.S Poerwardaminta yang diolah oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa terbitan Balai Pustaka (1986), kata dukacita sudah ada dalam kamus tersebut. Saya melihat ejaan penulisan kata dukacita itu telah dipadukan/ditulis serangkai. Namun, sampai hari ini, kenyataannya banyak di antara kita yang tidak tepat menuliskan kata dukacita sesuai standar penulisannya. Meski kata tersebut terlihat mudah, tetapi tidak bisa disepelekan begitu saja. Oleh sebab itu, untuk memastikan bahwa kata yang ditulis itu tepat maka kita perlu berpedoman kepada Ejaan Yang Disempurkan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru yang disahkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1986), kata dukacita memiliki makna ‘kesusahan hati; atau kesedihan.’ Kemudian, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V (2016), kata dukacita juga memiliki ejaan dan makna yang sama dalam kamus susunan Poerwardaminta. Artinya, bahwa kata dukacita tidak mengalami perubahan hingga pada saat ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V (2016), kata dukacita bermakna ‘kesedihan (hati); kesusahan (hati).’ Kata dukacita memiliki dua kata turunan dalam bahasa Indonesia, yaitu berdukacita dan mendukacitakan.

Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia Republik Indonesia, kata berdukacita memiliki makna ‘bersusah hati; atau bersedih hati’, sedangkan kata mendukacitakan memiliki makna ‘menyebabkan dukacita; atau mendukakan.” Meski kata tersebut memiliki kategori yang sama sebagai pengisi verba dalam sebuah kalimat. Namun, kata berdukacita dan mendukacitakan memiliki makna yang berbeda. Perbedaan makna itu dapat dilihat pada kalimat berikut ini.

  1. Kami sekeluarga turut berdukacita sehubungan dengan meninggalnya putri sulung Bapak, Fitri Nabila.
  2. Kenaikan BBM dan elpiji benar-benar mendukacitakan rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Selain memiliki kata turunan, kata dukacita juga memiliki gabungan kata dalam bahasa Indonesia. Dalam KBBI V, gabungan kata dukacita ialah dukacita kematian, yang berarti ‘kepedihan yang mendalam atau rasa kehilangan yang diakibatkan oleh meninggalnya seorang dicintai.’

Kata Berdukacita, Belasungkawa, dan Berkabung

Ketika ada musibah atau kematian, saya sering kali mendengar orang mengucapkan kata berdukacita dan belasungkawa secara bersamaan dalam sebuah kalimat. Contoh ucapan itu dapat dilihat pada kalimat berikut ini.

“Saya dan keluarga turut berdukacita dan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas musibah yang menimpa keluarga bapak dan ibu” atau “Saya turut berdukacita dan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya putra bapak dan ibu,” demikian bunyinya.

Dari ucapan tersebut, apakah penggunaan kata berdukacita dan belasungkawa sudah tepat digunakan secara bersamaan? Mari kita lihat penjelasannya berikut ini.

Menurut Syahrul dalam tulisan yang berjudul Turut Belasungkawa dan Berdukacita, ia menyebutkan kata belasungkawa berasal dari bahasa Jawa, yaitu bela dan sungkawa. Bela bermakna ‘menuntut bela atau turut serta’, sedangkan sungkawa memiliki makna ‘sedih atau susah’. Dengan demikian, belasungkawa adalah pernyataan turut berdukacita (lihat KBBI V). Sementara itu, pada uraian di atas telah disebutkan bahwasanya kata berdukacita merupakan turunan kata dukacita, yang memiliki makna ‘bersedih hati; atau bersusah hati’. Dengan melihat makna kata berdukacita dan belasungkawa ini, saya melihat ucapan duka di atas mengandung makna kata yang mubazir. Agar makna kata dalam ucapan duka itu tidak berlebihan maka cukup gunakan salah satu kata tersebut sebab dalam kata belasungkawa sudah mewakili makna berdukacita.

Selain kata berdukacita dan belasungkawa, kata berkabung juga dapat digunakan untuk menyatakan ucapan duka. Menurut Badan Pengambangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia dalam KBBI V, kata berkabung memiliki makna: 1) ‘memakai kabung (sebagai tanda berduka cita karena ada keluarga yang meninggal)’; 2) ‘berduka cita karena keluarga, kerabat, dan sebagainya meninggal’; 3) ‘menampilkan perilaku berduka yang dipengaruhi oleh pola budaya.’

Dari makna kata berdukacita, belasungkawa, dan berkabung tersebut, kita dapat melihat bahwasanya bahasa Indonesia memiliki banyak padanan kata untuk menyatakan ucapan duka. Apabila kata berdukacita, belasungkawa, dan berkabung digunakan secara bersamaan dalam suatu kalimat maka akan menimbulkan kalimat yang tidak efektif. Oleh sebab itu, sudah semestinya cukup memilih salah satu kata tersebut. Untuk itu, lihat kalimat berikut.

  1. Saya turut berdukacitaatas musibah yang menimpa keluarga bapak dan ibu.
  2. Kami turut berlasungkawaatas meninggalnya putra bapak dan ibu.
  3. Saya dan keluarga turut berkabung atas meninggalnya orang tua perempuan, Bapak.

Jadi, dari uraian di atas, dapat disimpulkan ejaan penulisan kata dukacita yang tepat ialah ditulis serangkai. Media massa republika.co.id (berita 2) dan kompas.com (berita 4) menulis kata dukacita tidak terpisah. Semoga untuk selanjutnya masalah kecil dalam berbahasa seperti ini tidak terulang kembali pada penulisan berita.  Wartawan dan editor harus memperhatikan penggunaan bahasa dengan benar.

Tags: #Yori Leo Saputra
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Kata “akan” dan “segera” dalam Kontestasi Politik

Berita Sesudah

Nasib Mapel Sejarah dalam Kurikulum Merdeka

Berita Terkait

Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

Minggu, 30/11/25 | 15:11 WIB

Oleh: Noor Alifah (Mahasiswi Sastra Indonesia dan Anggota Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas)   Salah satu karya sastra tertua...

Luka Peperangan Musim Gugur pada Cerpen “Tepi Shire” Karya Tawaqal M. Iqbal

Luka Peperangan Musim Gugur pada Cerpen “Tepi Shire” Karya Tawaqal M. Iqbal

Minggu, 23/11/25 | 06:57 WIB

Oleh: Fatin Fashahah (Mahasiswa Prodi Sastra dan Anggota Labor Penulisan Kreatif Universitas Andalas)   Musim gugur biasanya identik dengan keindahan....

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Minggu, 16/11/25 | 13:49 WIB

Oleh: Imro’atul Mufidah (Mahasiswa S2 Korean Studies Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan)   Kebanyakan mahasiswa asing yang sedang...

Puisi-puisi M. Subarkah

Budaya Overthinking dan Krisis Makna di Kalangan Gen Z

Minggu, 16/11/25 | 13:35 WIB

Oleh: M. Subarkah (Mahasiswa Prodi S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di tengah gemerlap dunia digital dan derasnya...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Belajar Budaya dan Pendidikan Karakter dari Seorang Nenek yang ‘Merusak’ Internet

Minggu, 16/11/25 | 13:27 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di ruang keluarga. Seorang nenek sedang...

Identitas Lokal dalam Buku Puisi “Hantu Padang” Karya Esha Tegar

Konflik Sosial dan Politik pada Naskah “Penjual Bendera” Karya Wisran Hadi

Minggu, 02/11/25 | 17:12 WIB

  Pada pukul 10:00 pagi, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Berkat desakan dari golongan muda,...

Berita Sesudah
Nasib Mapel Sejarah dalam Kurikulum Merdeka

Nasib Mapel Sejarah dalam Kurikulum Merdeka

Discussion about this post

POPULER

  • Kantor PDAM Kota Padang.[foto : net]

    PDAM Padang Kerahkan Mobil Tangki Gratis, Krisis Air Bersih Dipastikan Tetap Terkendali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Donizar Desak Pemerintah Siapkan Layanan Medis Pasca Banjir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prabowo Tinjau Lokasi Bencana di Sumbar Hari Ini, Pastikan Penanganan Berjalan Cepat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Update Data Korban Bencana Hidrometeorologi di Sumbar: 176 Meninggal, 117 Masih Hilang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Korban Jiwa Bencana Terus Bertambah, 132 Meninggal dan 118 Masih Hilang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024