Minggu, 01/6/25 | 12:42 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Resepsi Timeline Jagat Bumilangit dan Marvel Cinematic Universe

Minggu, 01/1/23 | 07:38 WIB

Oleh: Rizky Amelya Furqan
(Dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas)

 

“Ada yang membangkitkan panglima-panglima dewi api. Dialah roh setan itu, roh jahat yang penuh dengan kebencian” (Film Sri Asih: Pimpinan Jagat Bumi)

BACAJUGA

Memori Kolektif Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto

Memori Kolektif Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto

Minggu, 06/10/24 | 06:53 WIB
“Pendokumentasian” dan Cultural Tourism

“Pendokumentasian” dan Cultural Tourism

Minggu, 18/8/24 | 10:49 WIB

“Teks sastra tidak dapat disamakan, baik dengan objek-objek nyata dari dunia pembaca, maupun pengalaman pembaca sendiri. Ketidaksamaan itu menghasilkan apa yang disebut dengan Unbestimmthet (Wilayah yang Samar-Samar)” (Wolfgang Iser)

Kehadiran Film Sri Asih beberapa bulan lalu menuai pro dan kontra sehingga sempat menjadi trending topic di twitter. Hal ini disebabkan oleh banyaknya orang yang mengaitkan kehadiran film ini dengan film-film yang hadir pada timeline Marvel. Mereka menganggap bahwa lagi-lagi film Indonesia kehadirannya hanya meniru film-film dari barat. Salah satu komentar dari seorang pengguna akun twitter yang disamarkan namanya menuliskan seperti berikut,

“Bahkan konsep timeline-nya aja ngikutin marvel. Maksa dan ga kreatif. Gue yakin hasilnya juga bakal sama kaya konsepnya, maksa dan ga kreatif” sumber: twitter (17 November 2022)

Hal ini dapat dimaklumi karena kalau dilihat secara sekilas timeline yang dikeluarkan oleh Jagat Bumilangit Universe sekilas mirip dengan Marvel Cinematic Universe. Jagat Bumilangit baru mengiprahkan sayapnya melalui film Gundala pada tahun 2019, sedangkan Marvel Cinematic Universe sudah memulai debutnya semenjak tahun 2008 dengan film pertamanya yang berjudul Iron Man.

Jagat Sinema Bumilangit adalah sebuah media waralaba Indonesia yang memproduksi film pahlawan-pahlawan super Indonesia. Jagat Bumilangit mengklasifikasikan empat era atau zaman, yaitu 1) Era Legenda, 2) Era Jawara, 3) Era Patriot, dan 4) Era Revolusi. Era Legenda diceritakan mulai dari meletusnya Gunung Toba pada 75.000 tahun sebelum masehi dan manusia yang hampir punah karena dunia yang membeku selama 20.000 tahun. Namun, ada beberapa manusia yang bertahan dan mendirikan tiga kerajaan di Tatar Sunda Besar, yaitu Kerajaan Wiba, sebuah kerajaan yang terkenal dengan kejeniusan dalam bidang teknologi. Kerajaan kedua adalah Kerajaan Godam yang dikenal dengan pejuang-pejuang tangguh dengan kekuatan militer yang luar biasa.  Kerajaan terakhir adalah Kerajaan Rawaya yang mendedikasikan diri untuk urusan spiritual.

Era kedua dalam bumilangit Era Jawara, yaitu era pada 1700 setelah Masehi yang dimulai dengan kisah jawara Mandala, Siluma, dan Malaikat, serta pertemuan Mandala dengan Barda (Si Buta dari Gua Hantu). Kemudianl Era Patriot, yaitu era penemuan jejak-jejak kerajaan Wibu pada era Legenda. Pada era ini, diketahui adanya pewarisan cincin dari Godam pada generasi selanjutnya dan beberapa di antaranya adalah Awang, Asih menitis ke Nani Wijaya. Kemudian, didirikan markas patriot di Teluk Berhala untuk menjaga Bumi oleh Mandala, Maza, Sri Asih, Godam, Aquanus, dan Gundala. Terakhir, era revolusi adalah era parajagoan milenial, yaitu Ganendra, Ola, Imaji, Rengganis, Riani, Timichi, dan Dhanus Jr. Mereka adalah penerus para jagoan di era patriot yang membentuk Jagabumi yang dikepalai oleh Mandala dan Kanigara.

Beberapa nama pahlawan di atas tentu saja sudah cukup familiar, misalnya film Si Buta dari Gua Hantu yang diproduksi pada tahun 70-an atau Film Mandala yang diproduksi pada tahun 80-an, tetapi masih sering ditayangkan pada awal tahun 2000-an. Bahkan, sebelumnya film ini hadir dalam bentuk cerita bergambar atau komik pada tahun 60-an. Jagat Bumilangit menjadi ruang yang kembali membentuk eksistensi komik-komik legendaris pada tahun 60-an, di bawah naungan produser kretif, Joko Anwar.  Tidak hanya itu, pengklasifikasian era tersebut juga dikaitkan dengan perjalanan sejarah Indonesia, misalnya masa Kerajaan Majapahait Hindu Budha ataupun Islam. Kemudian, bergerak pada era perjuangan kemerdekaan dengan berbagai pahlawan yang dikenal dari masing-masing daerah.

Marvel Cinematic Universe juga sebuah media waralaba yang memproduksi film pahlawan super, tetapi berpusat di Amerika Serikat. Film-film ini juga berangkat dari komik-komik Amerika terbitan Marvel Comics. Berbeda dengan Jagat Bumilangit yang baru memproduksi dua film, Marvel Cinematic Universe sudah menyebar pada produksi komik, film pendek, serial televisi, seri digital dan sebagainya. Selanjutnya, Marvel Studios menyebut pembagian pahlawan super tersebut menjadi beberapa fase, di antaranya fase satu The Avangers, fase dua dimulai dengan Iron Man 3, selanjutnya fase tiga dimulai dengan Captain America: Civil War. Tiga fase ini dikenal secara kolektif dengan The Infinity Saga. Selanjutnya, fase empat dimulai dengan Black Widow dan fase lima yang akan berakhir dengan Blade serta fase enam yang dimulai dengan Deadpool 3. Dua fase ini secara kolektif dikenal dengan The Multiverse Saga.

Jika dilihat sekilas dari penjelasan di atas menambah poin kemiripan di antara keduanya, diangkat dari komik daerah setempat dan kemudian dibagi menjadi beberapa bagian walaupun penyebutan dan jumlah kedua pengelompokkan tersebut memang berbeda. Hal yang wajar kehadiran karya yang terakhir booming dianggap sebagai karya yang memplagiasi karya awal. Namun, banyak yang tidak sadar bahwa sebuah karya tidak dapat hadir begitu saja tanpa ada karya yang mendahuluinya sehingga seringkali muncul anggapan bahwa suatu karya memplagiasi karya lainnya. Padahal, seni bukan sebuah karya ilmiah yang dapat diukur persentase plagiasinya dengan software-software cek plagiarism yang banyak digunakan saat ini.

Kemunculan dua karya yang dianggap mirip dapat dilihat menggunakan teori kajian intertektualitas agar asumsi terkait sebuah karya plagiat dapat divalidasi. Sama halnya dengan kemunculan asumsi terkait kesamaan Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Magdalena. Namun, pada akhirnya hal ini terbantahkan karena Tenggelamnya Kapal van der Wijck bukan sekedar terjemahan dari novel Magdalena, melainkan ada perbedaan budaya, latar, dan sebagainya.

Hal yang sama juga terjadi pada timeline yang dibuat oleh Jagat Bumilangit dan Marvel Cinematic Universe. Ide untuk proses penciptaan filmnya mungkin saja sama, tetapi banyak pemaparan unsur-unsur yang berbeda, misalnya dari tema pahlawan yang mereka usung sudah jelas memiliki perbedaan. Unsur kebudayaan yang digunakan dalam film juga tentu sudah berbeda.

Interpretasi atau pemaknaan yang dimunculkan oleh penikmat sebuah karya akan dipengaruhi oleh repertoire yang mereka miliki. Repertoire berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh penikmat sebuah karya, seperti karya yang sudah pernah dibaca, norma-norma yang dianut, kultur, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ketika penikmat sebuah karya menganggap karya tersebut hadir karena adanya unsur plagiasi, hal itu dipengaruhi juga oleh repertoire yang dimiliki.

Sebuah karya juga tidak dianggap keberadaanya jika tidak diapresisasi oleh penikmatnya. Horison harapan yang dimiliki oleh penikmat sebuah karya akan mempengaruhi penilaian terhadap karya tersebut. Tentu saja horison harapan setiap orang memiliki perbedaan antara satu sama lain. Dengan demikian, sebuah karya selalu mempunyai ruang-ruang kosong yang dapat diisi oleh penikmat setelahnya sehingga memungkinkan munculnya sebuah karya baru berdasarkan karya yang sudah hadir sebelumnya.

Tags: #Rizky Amelya Furqan
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Penghujung Tahun

Berita Sesudah

Metonimia Tempat Perbelanjaan sebagai Ciri Khas Daerah Tertentu

Berita Terkait

Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

Minggu, 01/6/25 | 11:46 WIB

Oleh: Ghina Rufa’uda (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia dan Bergiat di Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas)   Rekeningku hanya tempat...

Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

Minggu, 01/6/25 | 11:18 WIB

Oleh: Sufrika Sari (Mahasiswi Prodi Sejarah dan Bergiat di Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas) Kesalehan lahiriah bukanlah jaminan seseorang...

Literature Review Artikel “Power in the Discourse of West Sumatra Regional Regulation Number 7 of 2018 concerning Nagari”

Literature Review Artikel “Power in the Discourse of West Sumatra Regional Regulation Number 7 of 2018 concerning Nagari”

Minggu, 25/5/25 | 14:40 WIB

Oleh: Raisa Tanjia Ayesha Noori (Mahasiswa S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Peraturan Daerah (Perda) sering kali dianggap sebagai...

Kekacauan dalam Film “Pengepungan di Bukit Duri”

Kekacauan dalam Film “Pengepungan di Bukit Duri”

Minggu, 25/5/25 | 13:01 WIB

Oleh:  Queendi Kumala (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) GILA! Bukan karena film ini adalah suatu masterpiece, tetapi semua adegan...

Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

Minggu, 18/5/25 | 07:55 WIB

Oleh: Nayla Aprilia (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Universitas Andalas, Padang)   Salah satu film animasi anak yang sedang naik daun...

Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

Senin, 12/5/25 | 08:22 WIB

Oleh: Muhammad Syaifuddin Aziz (Mahasiswa Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya) Kekuasaan merupakan konsep sentral dalam...

Berita Sesudah
Peran Latar Tempat dalam Perfileman Horor Indonesia

Metonimia Tempat Perbelanjaan sebagai Ciri Khas Daerah Tertentu

Discussion about this post

POPULER

  • Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Libur Panjang 29 Mei – 1 Juni 2025, Ini Rekomendasi Wisata Seru di Kota Padang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Klarifikasi Wali Nagari Koto Gadang, Lahan Sawit yang Dipinjamkan ke Petani Akan Diremajakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Zalmadi Sesalkan RS Rasidin Tolak Pasien Hingga Meninggal : Itu Tidak Manusiawi!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Firdaus : Welly Suhery, Kader PKB untuk Masyarakat Pasaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukittinggi Harus Bisa Tarik Banyak Minat Wisatawan Berkunjung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024