Rabu, 16/7/25 | 04:47 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Bertanam “Si Pedas Merah” dengan Good Agricultural Parctice (GAP)

Minggu, 21/8/22 | 07:00 WIB

Oleh: Silvia Permata Sari
(Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas)

Salah satu komoditas pangan yang sering mengalami fluktuasi harga adalah Capsicum atau dalam kehidupan sehari-hari kita kenal dengan nama “cabai” atau “si pedas merah”. Sayuran yang identik dengan warna merah dan rasa pedas yang luar biasa membuat tanaman ini mudah dikenal oleh semua kalangan masyarakat. Cabai (Capsicum sp.) dapat tumbuh di wilayah Indonesia, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar cabai pun besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai di Indonesia pun sangat tinggi, bahkan 90 persen cabai dikonsumsi dalam bentuk segar. Untuk itu diperlukan informasi dan pengetahuan teknis tentang budi daya cabai dengan Good Agriculture Practice (GAP) yang mengedepankan keamanan pangan dengan mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia, dan beralih ke pupuk kandang/kompos dan pestisida nabati sehingga dapat menurunkan biaya produksi. Good Agricultural Parctice (GAP) adalah salah satu sistem sertifikasi dalam praktik budi daya tanaman yang baik sesuai dengan standar yang ditentukan. Namun, tantangan dalam budi daya tanaman yang pedas ini adalah bagaimana caranya agar produksi cabai terus meningkat agar petani cabai bisa untung ke depannya.

Pada artikel kali ini kita akan mengupas bagaimana budi daya cabai yang baik dan benar. Ada lima tahapan yang perlu diperhatikan dalam budi daya cabai yang baik dan benar tersebut, yaitu: pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Berikut penjelasan dari masing-masing tahapan:

BACAJUGA

Kisah Sukses Petani Organik di Bukit Gompong

Belajar Membuat Kompos dari Sampah Rumah Tangga

Minggu, 12/2/23 | 07:49 WIB
Pestisida Nabati, Sahabat Baru Pencinta Tanaman di Masa Pandemi Covid-19

Melek Bahaya Pestisida, Tingkatkan Kesadaran Hidup Sehat

Minggu, 04/9/22 | 07:24 WIB

Pertama, Pembibitan

Berbicara pembibitan artinya kita berbicara tentang persemaian. Persemaian dibuat dalam bedengan atau rak yang diberi naungan plastik transparan. Buat campuran media semai 2 dengan komposisi sebagai berikut: 2 ember tanah ditambah 1 ember pupuk kandang dan 80 gram pupuk NPK dihaluskan, lalu tambah 75 gram Karbofuran lalu diayak. Dengan komposisi sebanyak ini, kita bisa dapatkan 300-400 polybag. Benih ditanam dalam polybag atau plastik semai ukuran 4×6 cm, dibuat lubang semai 0.5 cm dan ditutup tanah halus atau abu. Kemudian, bibit dipindah ke lapang setelah berumur 17-21 hari.

Kedua, Persiapan Lahan

Tahapan kedua jauh-jauh hari memang harus anda persiapkan, tepatnya 40 hari sebelum masa tanam. Caranya dengan ukur tingkat keasaman (pH) lahan yang akan anda gunakan, beri kapur sesuai dosis (4-5 ton/ha), bajak dengan traktor/cangkul hingga kedalaman 30-40 cm, gulma/rumput liarnya dibersihkan, taburkan pupuk kandang sebanyak 20-30 ton/ha, buat bedengan dengan lebar 110-120 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar bedengan 60-70 cm, dan untuk panjang bedengan itu bisa anda sesuaikan dengan panjang lahan. Untuk mengukur tingkat keasaman tanah, Anda dapat menggunakan pH meter. pH meter ini tersedia di toko-toko tani atau apotek. Setelah itu, beri pupuk dasar Urea/ZA 500, SP36 300, KCl 200, aduk rata, lalu tabur per meter lebih kurang sebanyak 100 gram. Berikut jumlah kapur Dolomit (ton/ha) jika tingkat keasaman (pH) sebelum olah tanah: 6.45 ton/ha (jika pH = 4.8), 5.49 ton/ha ((jika pH = 5.0), 4.54 ton/ha (jika pH = 5.2), 3.6 ton/ha (jika pH = 5.4), dan 2.65 ton/ha (jika pH = 5.6). Kemudian, hal lain yang perlu dilakukan dalam tahapan persiapan lahan adalah pemasangan mulsa (plastik). Pemasangan mulsa plastik sebaiknya dilakukan pada saat terik matahari. Tarik kuat supaya permukaan rapidan tidak kendur. Mulsa dapat mencegah tumbuhnya gulma dan tanaman penganggu, serta menjaga kelembaban tanah.

Ketiga, Penanaman

Jarak tanam yang kita gunakan yaitu 60 x 60 cm. Adapun cara menanam bibit pada bedengan yaitu tanamlah pada pagi dan sore hari, sehari sebelum penananam sebaiknya lahan diairi bersamaan dengan pembuatan lubang tanam pada mulsa plastik tersebut. Lepaskan polybag persemaian dengan hati-hati agar tidak merusak akar cabai, lalu tanam dan siram secukupnya, lalu tutup dengan tanah secukupnya. Ada beberapa syarat lokasi penananam yaitu tersedia sumber air yang cukup, tempatnya terbuka dan bersih, serta mudah dalam pengawasan.

Keempat, Pemeliharaan

Pemeliharaan mencakup pemupukan, pemasangan ajir, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemasangan ajir atau lanjaran paling lama dilakukan pada 21 Hari Setelah Tanam (HST). Kemudian untuk pemupukan, pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK (16:16:16) dengan konsentrasi 10 gram/liter, dosis aplikasi 250 cc/tanaman, waktu aplikasi 15 hari setelah tanam dengan cara aplikasi yaitu dikocor (pemupukan pertama). Pemupukan kedua dgn pupuk yang sama (NPK 16:16:16) dengan dosis konsentrasi 250 cc/tanaman, waktu aplikasi 30-35 HST, dikocor. Pemupukan ketiga (NPK 16:16:16) yaitu dengan dosis aplikasi 7.5 gram/tnaman atau sekitar 1 sendok makan per lubang tanam, waktu aplikasi 50-65 HST, 115 HST, dengan cara ditugal. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan lahan, monitoring (pengamatan) perkembangan hama dan penyakit secara rutin, identifikasi hama dan penyakit jika terserang, buang bagian tanaman yang terserang penyakit, dan jika populasi hama dan penyakit tinggi maka gunakan pestisida yang selektif secara bijak artinya jika menurut pengamatan anda tidak ada hama, maka tidak perlu dilakukan penyemprotan pestisida. Pemeliharaan lainnya yaitu perempelan (buang tunas di ketiak daun di bawah cabang Y). Untuk dataran rendah, perempelan dimulai pada hari 8-12 setelah tanam, sedangkan untuk dataran tinggi perempelan dimulai pada hari ke 15-20 setelah tanam. Lakukan perempelan kembali pada 75 hari setelah tanam pada dataran rendah dan 90 hari setelah tanam pada dataran tinggi. Untuk pengairan dan drainase gunanakan ketersediaan air yang tepat guna.

Kelima, Pemananen

Cara panen dilakukan dengan dipetik buahnya. Cabai dipanen pada saat buah berwarna merah 100% jika digunakan untuk dijual ke industri pengolahan cabai namun jika untuk dijual ke pasar maka cabai dipakek pada saat buah berwarna merah 80% guna menghindari pembusukan yang cepat.

Jadi, itulah trik budi daya cabai yang baik dan benar sesuai Good Agricultural Parctice (GAP). Bagi Anda yang tertarik bertanam cabai di lahan atau areal perkarangan rumahnya sendiri, silahkan mencoba. Salam pertanian.

Tags: #Silvia Permata Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Folklor dan Pariwisata

Berita Sesudah

Cerpen “Jilbab” Karya Ali Usman dan Ulasannya oleh Azwar Sutan Malaka

Berita Terkait

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Minggu, 06/7/25 | 11:11 WIB

Oleh: Aldi Ferdiansyah (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Karya sastra adalah hasil proses kreatif yang...

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Minggu, 06/7/25 | 10:56 WIB

Oleh: Nikicha Myomi Chairanti (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Cerita pendek "Seekor Beras dan Sebutir Anjing" karya Eka Arief...

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Berita Sesudah
Cerpen “Jilbab” Karya Ali Usman dan Ulasannya oleh Azwar Sutan Malaka

Cerpen "Jilbab" Karya Ali Usman dan Ulasannya oleh Azwar Sutan Malaka

Discussion about this post

POPULER

  • Sengketa Lahan dengan PT BPSJ,  Warga Kampung Surau Ancam Aksi Jika Tuntutan Tak Diindahkan

    Sengketa Lahan dengan PT BPSJ, Warga Kampung Surau Ancam Aksi Jika Tuntutan Tak Diindahkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Warga Kampuang Surau Arak TOA Keliling Kampung, Tuntut Pengembalian 20 Persen Lahan dari PT BPSJ

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tugu Yogyakarta Sumbu Filosofi Kota Yogyakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keunikan Kata Penghubung Maka dan Sehingga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024