Senin, 17/11/25 | 10:59 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI PUISI

Puisi-puisi Reno Wulan Sari

Minggu, 24/4/22 | 07:00 WIB

Menuju Kutub

Kusebut kau bumi, Kasihku.
Mengenal ombak lautmu yang pasang dan surut
Ketika bercengkerama dengan para nelayan
Untuk membaca pesan dari bongkahan awan sehabis senja
Aku berteman dengan mereka
Ketika kami sama-sama memandang laut lepas, menafsirkanmu
Bagi mereka, kau keberkahan
Namun bagiku, kau tempat bersemayam

Kusebut kau bumi, Cintaku
Menapaki telaga dan hutan lindungmu dalam tahun-tahun perjalananku
Kupahami semua berulang dalam lingkup kosmos
Pagi, siang, sore, malam, begitu selalu
Kita bergerak pada putaran siklus yang sama
tetapi dalam fase yang berbeda
Termasuk jatuh cinta!
Begitu caraku memahami rotasimu

Kusebut kau bumi, Sayangku.
Meski kutumbuh di bawah sinar matahari yang berdiri tegak di atas kepala
Aku berusaha mengenal tiap teluk dan selatmu
Dalam perjalananku menghitung tahun
Suatu ketika, kau berkata, “Semuanya tak berulang,
Sebab kita bertemu di garis tengah.
Kau berakar di equator. Kau tak tahu ujung dan pangkalku
Kau tak sampai pada titik diameterku mengecil”
Kueja terus pesanmu di tanahku yang gersang

Kusebut kau bumi, Jiwaku
Bagaimana jika aku tak ingin ke sana?
Sebab kutakut semua membeku
Dalam perjalanan hitungan tahun
Yang ternyata aku tak tahu
Apakah itu akhir atau permulaan

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kalimat Perintah di dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 02/11/25 | 16:55 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB

(Busan, April 2022)

 

Kita dan Semesta

Kau barangkali lupa bahwa semua berulang
Bangun, bergerak, kemudian tidur
Lahir, tumbuh, kemudian mati
Pagi, siang, kemudian malam
Apa yang kau resahkah dengan rotasi, hai Terkasih?
Pagi mencintaimu, siang mencintamu, kemudian malam mencintaimu
Seharusnya!
Kemudian kau menulisnya, “Semua perulangan punya skala
Dalam skala kecil, mungkin. Tetapi dalam skala besar,
aku meragukan hatimu. Kau hanya bicara hari, bukan tahun!”
Dalam teori diri kreatif, ini tak berlaku, katamu lagi
aku buka kembali lembaran yang kau garisbawahi
Kau salah menafsir referensi, pikirku
Teori muncul karena gejala, dan gejala di setiap sudut bumi berbeda.
Kau tertawa. Bagaimana akan berbeda jika makrokosmos yang kita perdebatkan
berada pada titik kesimpulan: semua berulang
Awal Masehi selalu Januari dan bulan itu terus berulang pada hitungannya
termasuk hari lahirmu. Sebab itu kau berulang tahun
Kita terus berputar pada poros masing-masing
Lalu apa yang kau khawatirkan?
Manusia akan mengucapkan selamat pagi pada malam hari?
Atau dengan ajaib salju sampai di jendela rumah kita?
Atau semua dongeng negeri kita berubah seperti snow white?
Kau kembali tertawa, dan beralih pergi
Kau menulis, “aku tidak peduli dengan segala perubahan semesta
kecuali hatimu”

(Busan, April 2022)

 

Hutan Abu-Abu

Pada pagi yang merah, kita berangkat menuju hutan
Konon katanya, di sana ada pagi berwarna abu-abu,
Disampaikan para pengembara sekembali menangkap warna
Serupa apa pagi abu-abu? Tanyanya pada daun
Seperti rok sekolah (memangnya di sana ada sekolah?)
batu di pinggir sungai, atau seperti bibir perempuan pemalu itu?
Siapa yang berkata bahwa dia pemalu?
Bukankah memang begitu tiap ucapan yang keluar dari mulutnya?
Bukankah dia memang bisa menciptakan kata apa pun?
Termasuk mengisahkan pagi di hutan itu, selalu sewarna dengan bibirnya?
Bukankah itu yang kerap ia ceritakan kepada setiap pengembara?
Ah, pengembara yang malang!
celakanya, setiap pengembara percaya pada kisahnya
Seperti Syahrazad
Ia memukau mereka dengan cantik
Mengaggumi warna bibir abu-abu
dan meyakini bahwa warna itu yang paling mempesona di muka bumi
Tidak lagi merah atau merah muda. Sebab itulah
pagi yang merah di kota kami akan kalah pamor dengan kisah pagi abu-abu di hutan itu
Mereka menjual kisahnya di balik jualan tomat segar
makanan burung, dan karpet berbulu
Ajaib! Si penjualnya adalah kerabat kita sendiri
Kerabat yang kita kenal begitu pengasih
yang membiarkan banyak susu segar dilahap kucing hingga mereka rugi dagang
Mengapa mereka bisa terjebak?
Karena mereka percaya pada bibir abu-abu!
Karena itu kita mesti menuju hutan, memandikan perempuan pemalu
dan menunjukkan padanya bahwa merah adalah takdir untuk pagi!

(Busan, April 2022)

Biodata Penulis:

Reno Wulan SariReno Wulan Sari merupakan Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Bukunya telah terbit dalam bentuk kumpulan cerpen yang berjudul Catatan Pertama. Selain menulis puisi, cerpen, dan artikel, ia juga merupakan sutradara teater yang tertarik pada ilmu geografi, dunia cosmos, dan segala hal tentang alam semesta.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Perempuan dalam Buku Kesaksian Sepasang Sendal Sebuah Antitesis

Berita Sesudah

Mengenal Keigo, Ragam Hormat dalam Bahasa Jepang

Berita Terkait

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Minggu, 16/11/25 | 19:38 WIB

Menebak Pikiran Amir Oleh: Afny Dwi Sahira Sendu mata Amir rindu Buya Mengingat Buya semasa hidup Peninggalan Buya memenuhi memori...

Puisi-puisi Delivia Nazwa Syafiariza

Puisi-puisi Delivia Nazwa Syafiariza

Minggu, 02/11/25 | 18:34 WIB

Sumber: Meta AI Penjara Air Oleh: Delivia Nazwa Syafiariza Air pernah jadi kebebasan Sirip pernah menari tanpa batas Lalu datang...

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Senin, 20/10/25 | 00:12 WIB

Etalase Oleh: Maryatul Kuptiah Manusia-manusia berkaca Bertatap ramah, bersenda gurau Bercerita ucapan nenek dahulu Para orang tua mengulum senyum, bibir...

Puisi-puisi Zahrah Ziqro

Puisi-puisi Zahrah Ziqro

Senin, 06/10/25 | 00:11 WIB

Sayap Oleh: Zahrah Ziqro Dari balik jendela kutatap awan biru terbentang Indah sekali seakan-akan memanggilku ke atas sana Kapan sayapku...

Puisi-puisi Wulan Darma Putri

Puisi-puisi Wulan Darma Putri

Minggu, 28/9/25 | 15:35 WIB

Sumber: Meta AI Melepas Segala Kesempatan Oleh:Wulan Darma Putri Berpuluh kali mengikuti tes Berpuluh kali mencoba kesempatan Tapi di ujung...

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Minggu, 14/9/25 | 17:02 WIB

Hidup Lebih Lama, Pak Oleh: Afny Dwi Sahira Sekalipun tulang mu tak lagi sekuat pohon jati Atau barangkali senduh cemas...

Berita Sesudah
“Aikoku Koushinkyoku”, Lagu Jepang Bersejarah di Sumatera Barat

Mengenal Keigo, Ragam Hormat dalam Bahasa Jepang

Discussion about this post

POPULER

  • Wali Kota Padang Fadly Amran resmikan, Jalan Taratak Saiyo yang menghubungkan dua kelurahan di Kecamatan Pauh, Sabtu (15/11). (Foto:Ist)

    Walikota Resmikan Pembangunan Jalan Taratak Saiyo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Apresiasi Festival Merandang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ideologi Simbolik dalam Cerpen “Jangan Bakar Lumbung Padi”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Budaya Overthinking dan Krisis Makna di Kalangan Gen Z

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Temu Ramah PKB Sumbar dan KH Ma’ruf Amin Berlangsung Hangat, Ma’ruf Doakan PKB Raih 10 Kursi DPRD Sumbar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024