Sepucuk Rindu
Sepucuk rindu kutitipkan pada angin
Untukmu yang telah dijemput kekasihmu
Tak memakai taksi ataupun lamborgini
Kau dijemput makhluk Tuhan paling taat
Sore itu
Hatiku hancur badan tersungkur
Tak berdaya saat mendapat kabar itu
Tak karuan penuh penyesalan
Beribu tanya membendungi pikiran
Apakah ini sebuah tipuan?
Aku tak berani melihat wajahmu
Wajah yang ditutupi kain penuh sendu
Beralaskan tikar, badanmu seakan mengakar
Dalam lapis kain bersih nan rapih
Perlahan aku sadar
Ragamu telah nyaman dipeluk bumi
Tidurmu telah lelap didampingi bidadari
Ibu
Titipkan salam pada Tuhan
Tanyakan padanya, bolehkah nanti aku bersamamu lagi?
Aku akan selalu merindumu di sini
Padang, 14 Agustus 2021
Tenggelam dalam Harapan
Duhai yang pernah singgah di relung nan suci
Tahukah bagaimana diri ini memeluk erat bayangmu
Di sujud terakhirku namamu adalah doaku
Berharap kebaikan darimu
Berharap kemudahan rezeki untuk menghalalkanku
Berharap dirimu adalah orang yang kusalami setelah selesai sholatku
Berharap elusan tanganmu di kepalaku penenang hatiku
Berharap bahumu adalah sandaranku
Aku tenggelam dalam harapan yang dalam
Namun sayang,
Kenyataan pahit membangunkan
Harapan telah menenggelamkanku
Dalam luka tak berdarah
Kp. Harapan, 29 Januari 2022
Biodata Penulis:
Sri Wahyuni berumur 23 tahun dan tinggal di Kampung Harapan, Pasaman Sumatera Barat.
Discussion about this post