Sawah Langit
Petang menganut paham duka di punggungnya
Membawa cangkul di pundak umur kerasnya hidup
Tambak menenun air keruh kepasrahan
Bangau-bangau pulang tergesa-gesa ingin tidur
di kubangan lalu bermimpi indah
Langkah-langkah itu mulai tenggelam setengah
Berat kaki kadang terasa luka samar-samar
Mencangkul sudut-sudut pematang
Hingga lupa sore sudah termakan gelap
Hitam mata langit di barat
Meluruhkan doa di badan hujan
Berharap tumbuh buah padi
Menjadi sepetak kecukupan
Pesisir Selatan | 2021
Cakap dan Cukup
Lini masa telah terbentuk di sepanjang waktu
Tapi seperti benang kusut yang hilang ujung
Kita tak lagi terlihat pada ruang percakapan
Melainkan cakap kita retas pada diam yang tercekat
Cermin kenangan menduplikatkan renjana
Retak ingatan mendulang pertikaian
Sebanyak apa pun runut kisah yang bisa kita lestarikan
Jika kita adalah bahasa yang mengatup
Cinta tak pernah cukup
Pesisir Selatan | 2021
Mengarungi Laut
Laut adalah aku dan kamu
Kerap tak stabil dan labil
Ombak senantiasa menyulut di pikiranku
Pasang senantiasa kesumat di dadamu
Laut adalah luasnya kesempatan kita
Tapi tak mampu berbagi perahu
Kita terlalu memaksa mengarungi
Hingga badai menerpa, saling mengalahkan
dan malapetaka yang pada akhirnya, karam;
Tenggelam ke dasar
Menjadi bangkai masa lalu
Pesisir Selatan | 2021
Menanti Tangan Kehidupan
Parak tandus hati merindukan air cinta
Menyulam bunga-bunga kasih untuk tumbuh kembali kukuh
Terlalu lama tidak dialiri, dengan segenap peduli
Tengoklah sesekali, seperti apa nahasnya
Masih mencoba bertahan di tiap gemericing waktu
Tanpa enggan menulang kepastian
Menampik lekang dari mata waktu
Pesisir Selatan | 2021
Interpretasi Hujan Reda
Larik-larik butir hujan jatuh tumpah di bingkai jendela
Meruak kamu di lorong gelap kenangan di kepala
Terjerembap aku dengan apa yang ajangsana pada petang lembap;
menemukan bening-bening bergelantungan laksana sepasang matamu membinar cinta
Raga yang gigil atas segala rasa yang gagal
Meruap rindu gelisah membilang kita;
kisah yang saling menyingkap luka kian basah dan menganga
Pesisir Selatan | 2021
Biodata Penulis
Zikri Amanda Hidayat, bisa dipanggil secara akrab Bhang Izhik. Lahir 22 tahun yang lalu tanggal 02 Agustus di Kambang, Kabupaten Pesisir Selatan. Hobi membaca, menulis dan mendengarkan musik. Penyuka puisi dan cerpen/novel. Buku yang telah terbit Sehimpun Rasa (Guepedia, 2020), Rentetan Tulisan Tentang Konsikuensi Cinta (Guepedia, 2020), dan buku terbaru Tak Benar-benar Utuh (An-nur Media, 2021). Lulusan S1 Administrasi Negara di Universitas Ekasakti Padang. Selain itu, bisa bertegur sapa melalui akun instagram @bhang_izhik dan @bacotan_imajinasi jika ingin mengetahui lebih banyak tentang tulisannya. Email zikriamandahidayat@gmail.com
Discussion about this post