Senin, 25/8/25 | 08:06 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Kata-Kata yang “Membunuh”

Minggu, 12/9/21 | 07:00 WIB

Alex Darmawan, S.S., M.A.
(Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)

 

Di zaman yang sudah maju saat ini, bisa dipastikan semua keluarga memiliki televisi. Televisi menjadi salah satu alat hiburan dan pusat informasi bagi semua warga negara Indonesia selain internet. Banyak stasiun televisi menyajikan dan menawarkan program tayangan untuk menaikan rating tayangan program termasuk berita-berita kriminalitas yang terjadi di Indonesia. Berita kriminalitas yang menyedot perhatian khalayak ramai adalah berita mengenai pembunuhan. Hampir tiap hari terjadi pembunuhan di tanah air kita.  Jika kita dengar dan amati dengan saksama, sebagian besar modus pembunuhan kerap disebabkan oleh urusan sepele, seperti tersinggung, sakit hati, dendam, bullying, merasa dilecehkan, dihina, difitnah, dan lain sebagainya. Pada dasarnya, semua modus pembunuhan tersebut berawal dari penggunaan bahasa yang tidak baik sehingga komunikasi tidak lagi bertujuan menjaga hubungan yang harmonis,  tetapi memicu konflik antarpribadi dan golongan.

Berjibun adagium yang mengiaskan bahwa begitu pentingnya  menjaga lidah (kata-kata) dalam berbicara dan menjaga kaki dalam berjalan. Salah satunya ialah mulutmu harimaumu. Sangat luar biasa mulut kita ini. Mulut dapat lebih mengaum daripada harimau, menerkam,  membahayakan orang lain, dan bahkan membinasakan sekalipun. Luka yang disebabkan oleh lidah lebih membekas dibandingkan luka yang disebabkan suatu benda. Pepatah Arab lebih tegas menganalogikan bahwa kata-kata itu lebih tajam daripada pedang. Kata-kata mampu melukai dan bahkan “membunuh” seseorang. Dengan kata-kata, kita bisa membunuh karakter seseorang yang sebelumnya baik dan terhormat menjadi seseorang yang buruk dan hina. Dengan  penyebab kata-kata pula, kita bisa menjadi sosok yang berbeda dan mampu membunuh seseorang dengan begitu sadis. Begitu tragisnya pengaruh dari kata-kata.

BACAJUGA

Kecerdasan dan Berbahasa

Kecerdasan dan Berbahasa

Minggu, 09/3/25 | 09:59 WIB
Bahasa dan (Ber) Pikiran

Bahasa dan (Ber) Pikiran

Minggu, 02/3/25 | 10:48 WIB

Kasus yang paling menggemparkan di mata publik pada ujung tahun 2018  adalah kasus pembunuhan satu keluarga Daperum Nainggolan, istri, dan anak-anaknya di daerah Bekasi (13/11) dengan tersangka orang yang paling dekat dengan keluarga korban, yaitu Haris Simamora. Pengakuan Haris membunuh Daperum dan semua anggota keluarganya karena faktor memendam iri dan sakit hati. Bak luka disayat sembilu disiram dengan air cuka, pasti sakitnya tidak tertahankan. Begitu pula yang dirasakan oleh Haris sudah dendam dan sakit hati ditambah pula dengan hinaan yang menjatuhkan harga dirinya. Hinaan itu mungkin menjadi titik klimaks kebencian Haris kepada Daperum sehingga Haris mampu berbuat sesuatu di luar nalarnya. Kata-kata yang diucapkan oleh Daperum membuat Haris meradang dan menyimpan dendam yang begitu dalam.(baca:Liputan6.com). Ternyata, kata-kata hinaan Daperum tersebut telah mengundang kematian bagi dirinya dan keluarganya.

Peristiwa pembunuhan lain yang berawal dari kata-kata ialah kasus tawuran antarkalangan remaja. Tawuran sering terjadi dipicu saling ejek secara langsung ataupun di media sosial. Tidak terima sekolahnya dan temannya dihina maka terjadi baku hantam di tempat terbuka yang memakan korban jiwa. Tawuran tidak hanya berlaku di kalangan pelajar saja, bisa juga pelajar dengan kelompok geng di luar sekolah, seperti tawuran yang terjadi di Jalan Bintaro Utama III Tangerang Selatan awal Desember 2018 lalu. Akibatnya, satu orang pelajar tewas dengan kondisi yang mengenaskan. Semua pelaku yang tertangkap masih di bawah umur. Lagi-lagi disebabkan oleh kata-kata yang tidak terkontrol (baca:Tribunjogja.com).

Kasus pembunuhan terbaru yang diberitakan di televisi nasional hari ini adalah telah terjadi pembunuhan pada Rabu (8/9) 2021 pukul 10.00 WIB di daerah Cilacap dengan pelaku anak kandung dan korban ibunya sendiri. Korban dihabisi anaknya dengan sebilah samurai yang sudah dipersiapkan pelaku. Berita ini cukup miris dan sadis terdengar di telinga serta pikiran berkata, “Kok bisa-bisanya seperti itu?” Penyebabnya sepele. Anak hanya merasa sakit hati kerap dimarahi oleh ibunya. Masih kata-kata juga yang menyebabkan seseorang menghabisi nyawa orang lain. Luar biasa pengaruh dari kata-kata yang diucapkan oleh manusia. Sampai di sini, ada masalah komunikasi yang  tidak berjalan dengan baik.

Pada hakikatnya, komunikasi tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan,  manusia membutuhkan orang lain untuk berinteraksi, aktualisasi diri, saling membantu, berbagi, berkelompok, dan lain sebagainya. Bukan malah saling membunuh bahkan sampai  memusnahkan. Di sinilah letak peran bahasa begitu penting untuk membangun hubungan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa itu digunakan untuk mengekspresikan diri, berkomunikasi, mengadakan  integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu serta alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997:3).

Dalam mengekspresikan diri melalui bahasa, seseorang harus sangat hati-hati memilih kata-kata yang ingin digunakan untuk mewakili perasaan. Kesalahan pemilihan kata akan menimbulkan masalah. Terkadang  tanpa sadar, pilihan kata seseorang telah menyinggung perasaan orang lain. Bukan hanya pilihan kata saja yang harus diperhatikan, melainkan juga nada bicara. Kapan seseorang menggunakan nada tinggi, sedang, dan rendah mesti disesuaikan dengan situasi serta menghindari kata-kata yang membuat seseorang bereaksi negatif. Ketidakcermatan  dalam pilihan kata (diksi) dan volume bicara bisa menyebabkan terjadinya kejadian seperti beberapa kasus di atas. Contoh lain ketidakcermatan dalam pilihan kata bisa dilihat pada program televisi berupa talkshow, acara debat yang banyak menyinggung dan membuat sakit hati orang yang mendengarkan. Ujung-ujungnya, sakit hati tersebut bermuara pada kasus hukum mengenai pencemaran nama baik.

Selanjutnya, bagaimana dengan mereka yang dengan sengaja menggunakan pilihan kata-kata untuk “membunuh” mitra bicara atau orang lain? Mereka itulah orang-orang yang dikategorikan tidak bermoral,  orang-orang yang merusak tatanan kehidupan sosial bermasyarakat, orang-orang yang suka menciptakan konflik, orang-orang yang menebar kebencian, dan orang-orang yang suka membangun cerita bohong. Mereka telah banyak melakukan dosa bahasa  (baca: “Dosa Bahasa”, scientia.id, 27 September 2020) dan mereka telah melakukan kejahatan berbahasa (baca: “Kejahatan Berbahasa”, scientia.id, 30 Mei 2021). Sesungguhnya, bahasa itu merefleksikan  siapa penggunanya. Penggunaan bahasa yang baik, tentu saja  menggambarkan pribadi pemakai yang baik pula. Kembali lagi kepada pepatah, yaitu mulutmu harimaumu. Wallahu a’lam bish sawabi.

Tags: #Alex Darmawan
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Mengenal Frasa dan Fungsinya

Berita Sesudah

Yang Terusir dari Tanah Leluhur

Berita Terkait

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Langkuik, Hidden Gem di Tengah Hutan Tanah Galugua

Minggu, 17/8/25 | 16:20 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)   Langkuik Kolam bukan kolam. Petualangan kami ke sana bukan...

Berbagai Istilah dan Kemubaziran Kata dalam Kalimat

Hukum Kawin Sesuku di Minangkabau

Minggu, 17/8/25 | 16:05 WIB

Oleh: Yori Leo Saputra, S.Hum., Gr. (Guru Muatan Lokal Keminangkabau SMAN 1 Ranah Pesisir)   Mengapa di Minangkabau dilarang melakukan...

Aspek Fonologis dan Keformalan Bahasa

Aspek Fonologis dan Keformalan Bahasa

Minggu, 17/8/25 | 15:49 WIB

Oleh: Nani Kusrini (Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis Universitas Lampung)   Komunikasi merupakan proses dinamis untuk menyampaikan dan menerima pesan antara...

Penulisan Jenjang Akademik dalam Bahasa Indonesia

Memilih Menantu (Sumando)

Minggu, 10/8/25 | 13:46 WIB

Oleh: Yori Leo Saputra, S.Hum., Gr. (Guru Muatan Lokal Keminangkabauan SMAN 1 Ranah Pesisir)   Orang Minangkabau dalam memilih menantu...

Modernisasi Penampilan Rabab Pasisia Di ISI Padangpanjang

Emansipasi Wanita dalam Drama “Nurani” Karya Wisran Hadi

Minggu, 03/8/25 | 16:48 WIB

Oleh: Muhammad Zakwan Rizaldi (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)            Kesetaraan gender merupakan sebuah isu yang banyak dibahas...

Nyonya-Nyonya dan Luka Tak Terbagi Karya Wisran Hadi

Nyonya-Nyonya dan Luka Tak Terbagi Karya Wisran Hadi

Minggu, 03/8/25 | 15:56 WIB

Oleh: Cynthia Syafarani (Mahasiswa Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Indonesia) Siapa sangka, sebuah teras rumah bisa menjadi medan...

Berita Sesudah
Yang Terusir dari Tanah Leluhur

Yang Terusir dari Tanah Leluhur

Discussion about this post

POPULER

  • Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PCNU Dharmasraya Gelar Konfercab ke-V

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Raih Penghargaan Nasional Perhutanan Sosial 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duka Kecelakaan Kereta di Padang: Wagub Sumbar Desak Perbaikan Sistem Keselamatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ormas dan OKP Tak Dilibatkan dalam Kebijakan Pemkab, Sekretaris KNPI Dharmasraya: Bentuk Keangkuhan Bupati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pawai Budaya Sungai Duo Meriah, Panitia Tekankan Pelestarian Tradisi dan Kreativitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024