Oleh : Filka Khairu Pratama, S.Sos
(Staf Bina Ketahanan Remaja Perwakilan BKKBN Sumbar)
Berbahagialah para remaja di dunia. Walaupun secara global saat ini masih dirundung duka akibat pandemi covid 19, suka cita memperingati Hari Remaja Internasional perlu disebarluaskan.
Mudah-mudahan hal ini bisa menginspirasi semua remaja diseluruh dunia, dan menambah semangat baru bagi mereka yang terkena dampak dari pandemi covid 19. Generasi muda khususnya remaja, penting untuk diperhatikan saat pandemi ini. Karena ditangan remaja lah, tongkat masa depan dan estafet pembangunan bangsa akan dilanjutkan.
Hari ini, tepat pada 12 Agustus tiap tahunnya diperingati Hari Remaja Internasional. Sejarahnya dahulu dicetuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1998. Tujuannya tentu sebagai wadah bagi remaja untuk saling memberikan informasi dan pengetahuan yang benar, dalan rangka mendukung aktualisasi dan eksistensi remaja yang berkarakter. Momentum Hari Remaja Internasional diharapkan semakin memberi warna dan pengalaman baru agar bisa saling menginspirasi, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap peran dan kontribusi remaja.
Berbicara remaja, merupakan masa yang indah. Termasuk bagi banyak orang mulai mengenal cinta diusia remaja. Pada kelompok usia remaja ( 10-24 th belum menikah) terjadi perubahan besar pada tubuh manusia, baik secara jasmani maupun rohani sekaligus menandakan perjalanan hidup menuju fase orang dewasa. Termasuk dari perkembangan psikologis yang memiliki rasa ingin tahu akan segala hal. Rasa ingin tahu ini akan bermanfaat bila diarahkan pada kegiatan yang positif, begitupun sebaliknya.
Jadi, dalam masa ini langkah hidup yang diambil dan dikerjakan dalam kegiatan sehari-hari akan berpengaruh penting untuk masa depan remaja nantinya. Setiap individu tentu punya pengalaman unik masa remajanya, pengalaman yang menjadi jalan menggapai cita-cita atau pun sebaliknya.
Ada pepatah yang mengatakan, belajar diwaktu kecil, bagai mengukir di atas batu. Belajar diwaktu besar, bagai mengukir di atas air. Maksudnya adalah belajar pada masa muda, akan mudah dipahami dan diingat dalam waktu yang panjang.
Sebaliknya, bila belajar hanya ketika telah dewasa, hal itu sedikit akan memerlukan usaha karena cenderung akan sedikit mudah lupa. Untuk itu dalam rangka memberikan inspirasi bagi remaja era pandemi ini, hendaknya perlu diperhatikan saran dan tips berikut :
1. Menjadi Remaja sehat
Sehat adalah salah satu modal penting meraih nikmat hidup. Pada musim pandemi ini, seorang remaja hendaknya memahami cara penularan covid 19 agar meminimalisir potensi penularan. Memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan serta ikut dalam vaksinasi yang digalakkan pemerintah adalah wujud ikhtiar bersama meraih kondisi sehat saat ini. Banyak cara menjadi remaja sehat. Salahsatunya dengan mengonsumsi makanan yang bergizi.
Makanan bergizi sejatinya tidak harus mahal, cukup dengan bahan pangan yang murah dan ada disekitar kita, seperti telur ayam, tahu, tempe, sayur dan buah lainnya.
Untuk itu, dengan bahan pangan yang bergizi , remaja perlu terus diingatkan dan didukung untuk memperkuat upaya secara kelompok dan individual, guna bersama pemerintah dan masyarakat memulihkan dampak pandemi.
Tepat rasanya tema Hari Remaja Internasional tahun ini yang mengusung “Transformasi Sistem Pangan”. Maksudnya adalah pandemi yang tidak berujung membawa pengaruh ke seluruh dunia, berdampak pada ekonomi yang tidak menggembirakan. Turunnya daya beli karena pendapatan yang turun inilah sebagai salah satu alasan mengampanyekan transformasi sistem pangan.
Berdasarkan data Worldometer, dilaporkan setidaknya ada 7,8 miliar orang menjadi penduduk dunia saat ini (2021) dan diperkirakan bakal meningkat sebesar 2 miliar orang dalam 30 tahun ke depan. Maka dari itu, transformasi sistem pangan yang menjadi tema hari remaja internasional, dinilai sebagai langkah strategis jangka panjang guna menyelamatkan populasi dunia dari kelaparan dan kekurangan gizi.
Penerapan transformasi sistem pangan selanjutnya dapat dilakukan dengan diversifikasi pangan. Maksudnya upaya yang dilakukan agar masyarakat tidak tergantung dengan satu jenis makanan pokok saja. Tapi juga bisa mengkonsumsi makanan lain. Misalnya masyarakat yang biasa makan nasi, sekarang ditawarkan dan diupayakan supaya bisa mengkonsumsi makanan yang mudah didapat dilingkungan seperti jagung, singkong, dan makanan lain yang punya kadar nutrisi yang sama.
Memperhatikan bahan pangan yang bergizi tentu berguna dalam memelihara kesehatan tubuh pada masa pandemi. Bagi remaja, hal selain memelihara kesehatan, juga berguna untuk mencegah melahirkan anak yang stunting (kekurangan gizi) ketika dia telah menikah nanti. Pemerintah saat ini juga sangat serius mengintervensi kasus stunting di Indonesia yang saat ini diangka 27,6 persen. Stunting akan menjadi beban pembangunan kedepan, karena mengakibatkan generasi penerus bangsa jadi tidak berkualitas dan tidak bisa berdaya saing. Untuk itu, memperhatikan bahan pangan yang bergizi itu penting sekali bagi remaja.
2. Menjadi Remaja yang Berpendidikan
Remaja yang berpendidikan beda dengan remaja yang bersekolah. Remaja yang bersekolah belum tentu berpendidikan, remaja yang berpendidikan sudah pasti dia bersekolah. Pendidikan mencerminkan karakter, sopan santun dan etika dalam bermasyarakat. Banyak orang yang sudah bersekolah dengan menamatkan sekolah tinggi, namun karakter dan sopan santunnya tidak mencerminkan perilaku sebagaimana orang berpendidikan. Contohnya seperti sering terlambat, membicarakan kekurangan orang lain, maupun korupsi adalah contoh yang biasa ditemukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Remaja yang berpendidikan akan selalu menyimpan dan memiliki rencana dalam tiap langkah kehidupannya. Jadilah remaja berpendidikan seperti layaknya kupu-kupu yang bermetamorfosis, dengan menyusun dan menggenggam erat cita-cita. Berjuang untuk menjadi manusia yang berkualitas dengan akhir perjuangan yang indah, dilalui dengan 5 tahapan transisi kehidupan. Transisi kehidupan yang pertama adalah mempraktekkan hidup sehat. Gaya hidup sehat untuk remaja bisa dimulai dengan menerapkan pola makan yang sehat, berlatih olahraga secara teratur, mencukupi kebutuhan tidur dengan baik, dan mempertahankan berat badan yang sehat. Bukan hanya itu, gaya hidup sehat untuk remaja juga perlu memperhatikan keseimbangan antara kesehatan fisik, mental, dan emosional. Mengelola mental dan emosional bisa dengan rajin ibadah, dan menjadikan sahabat yang dipercaya sebagai tempat curhat.
Menjaga kesehatan remaja disisi lain dengan menghindari perilaku yang berisiko. Remaja harus menghindari potensi perilaku seks bebas dan pernikahan diusia anak (perempuan dibawah 21 th, laki-laki dibawah 25 th) karena banyak bahaya dan merugikan masa depan. Perilaku menyimpang seperti tawuran, bolos sekolah, merokok, homo seksual maupun lesbian. Terakhir, menghindari narkotika yang akhirnya berpotensi menularkan penyakit HIV Aids .
Kedua, yaitu remaja dapat menyelesaikan pendidikan/sekolah hingga selesai. Kita sadar, untuk menjadi seseorang yang berpendidikan dan berdaya saing saat ini, para remaja mutlak harus sekolah guna meningkatkan daya saing dan indeka pembangunan manusia. Data dari Badan Pusat Statistik 2020 mencatat, Indeks Rata-Rata Lama Sekolah orang Indonesia masih 8,48 tahun. Artinya rata-rata orang Indonesia lama sekolahnya sampai kelas 2 SMP. Jika dibandingkan pada kawasan Asean, rata-rata lama sekolah Indonesia masih dibawah Singapura yang memiliki rerata lama sekolah paling lama dibandingkan dengan negara Asean lainnya, yaitu 11,5 tahun. Indonesia masih dibawah Brunei, Malaysia dan Thailand.
Jadi, pandemi jangan mematikan semangat dan cita-cita para remaja untuk terus belajar, mengubah pola pikir sehingga bisa kehidupan keluarga nantinya. Ketiga, yaitu remaja dapat mencari pekerjaan sesuai kompetensi yang dimiliki. Untuk bisa sukses meraih pekerjaan yang diinginkan, maka bekerjalah sesuai bidang pendidikan dan hobi yang disukai. Selanjutnya, cintai setiap pekerjaan yang kita lakukan, hal itulah nanti yang menjadi jalan untuk meraih sukses
Keempat, remaja mampu menjadi anggota masyarakat dan menjadi warga negara yang baik. Patuh terhadap semua aturan pemerintah, dan menjadi contoh yang baik ditengah masyarakat. Kelima, yaitu memulai kehidupan berkeluarga, dimana remaja diharapkan mampu menikah pada usia ideal (minimal 21 tahun pada wanita dan 25 tahun pada pria). Pahami esensi menikah dan berumah tangga. Perhatikan kesiapan fisik, emosional, mental, serta finansial ketika akan menikah. Hindari hal-hal yang kiranya berpotensi membebani keadaan keuangan ketika fase memasuki pernikahan. Karena akan sangat banyak kebutuhan yang tidak terduga nantinya setelah menikah. Hindari menghabiskan uang hanya untuk seremonial semata. Hindari berhutang pada awal fase pernikahan. Buatlah skala prioritas kebutuhan, jadilah remaja dan pasangan muda yang berencana guna menghasilkan keluarga-keluarga Indonesia yang tangguh menghadapi pandemi, sehingga terwujud Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh. (***)
Discussion about this post