Minggu, 13/7/25 | 12:44 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Kata Serapan yang Jarang Diketahui Orang

Minggu, 06/6/21 | 07:00 WIB
Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Jurusan Sastra Indonesia Unand dan Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies)

Kosakata dalam bahasa Indonesia bersumber dari berbagai bahasa yang terproses dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Tidak sedikit kosakata tersebut berasal dari negara lain yang dalam catatan sejarah dibawa oleh warga negara asing ketika masuk ke Indonesia. Kata-kata tersebut digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menamai berbagai hal yang belum memiliki kosakata.

Dalam perkembangannya, sistem ejaan bahasa Indonesia pun terus dirampungkan, mulai dari ejaan Van Ophuijsen hingga kemudian kita mengenal istilah PUEBI, yaitu Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Di dalam pedoman tersebut, ada kaidah tentang kata serapan. Persoalan kata serapan ini pernah ditulis dua kali dalam kolom Klinik Bahasa Scientia. Artikel pertama ditulis oleh Ria Febrina dengan judul “Jelajah Kata: Ramadhan atau Ramadan?” pada tanggal 11 April 2021. Artikel kedua ditulis oleh Reno Wulan Sari dengan judul “Berbagai Istilah Baku tentang Idulfitri” pada tanggal 16 Mei 2021. Di dalam dua artikel tersebut, kedua penulis membahas tentang kata serapan yang bersumber dari bahasa Arab, seperti Ramadan, lahir, batin, zikir, zat, zuhur, karim, masjid, musala, salat, lailatulqadar, Idulfitri, tarawih, salat Id, sunah, khotbah, ustaz, sedekah, infak, istikamah, silaturahmi, dan Iduladha.

Kata serapan merupakan kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah yang kemudian digunakan dalam bahasa Indonesia. Ada dua tahap dalam penyerapan ini. Pertama, kata-kata tersebut digunakan secara utuh dalam bahasa Indonesia. Ketika digunakan secara utuh,, kata-kata tersebut tidak mengalami perubahan, baik dari segi bunyi ketika dilafalkan maupun dari segi ejaan ketika dituliskan. Contoh dari kata-kata tersebut adalah de facto, film, hotel, dan sebagainya. Kedua, kata-kata tersebut telah mengalami perubahan ejaan. Perubahan itu dibuat sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, kata-kata tersebut telah mengalami perubahan dalam bentuk tulisan. Inilah yang terjadi pada kata-kata serapan bahasa Arab yang sudah dipaparkan dalam dua artikel sebelumnya. Namun demikian, tidak sedikit masyarakat yang kemudian berpikir bahwa kata-kata serapan yang telah mengalami perubahan ejaan tersebut memiliki makna yang berbeda dari bahasa aslinya (terutama untuk kata serapan bahasa Arab). Satu hal yang paling penting kita sadari dalam proses kata serapan ini, yakni adanya perluasan kepemilikan kata tersebut ke dalam bahasa lain (kata tersebut juga menjadi milik bahasa lain).

Situasi pertama yang perlu kita cermati, yaitu menyadari bahwa bahasa tersebut, yang secara pelafalan aslinya adalah milik bahasa Arab. Namun demikian, pada situasi berikutnya, kata-kata tersebut diproses menjadi bahasa Indonesia. Pada saat kata itu diproses menjadi bahasa Indonesia, kata-kata itu akan mengalami perubahan ejaan untuk disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dengan demikian, kata-kata tersebut telah menjadi kosakata bahasa Indonesia, bukan lagi kosakata bahasa Arab sehingga makna dari kata tersebut juga akan terbawa meskipun telah berbeda ejaan. Oleh sebab itu, kata yang sudah diserap sesuai ejaan bahasa Indonesia tidak lagi bisa dimaknai secara bahasa Arab sebab kata itu sudah menjadi bahasa Indonesia, bukan bahasa Arab lagi. Salah satu contoh kaidah ejaan yang melingkupi kata serapan ini adalah perubahan dari bunyi aw dalam bahasa Arab akan menjadi bunyi au dalam bahasa Indonesia, seperti kata awrat menjadi aurat.

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Tidak hanya bahasa Arab, kata serapan di Indonesia juga banyak bersumber dari berbagai negara yaitu Belanda, Portugis, China, dan sebagainya. Kata-kata serapan yang cukup sering didengar yaitu oktaf (dari octaaf), hemoglobin (dari haemoglobin), kubik (dari cubic), sentral (dari central), aklamasi (dari acclamation), sabda (dari cabda, Sanskerta), kompor (dari komfoor, Belanda), rasio (dari ratio), akuntan (dari accountant), universitas (dari university), kualitas (dari quality), dan sebagainya. Namun demikian, ada beberapa kata bahasa asing yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia, ternyata sudah menjadi kata serapan Indonesia. kata-kata tersebut sudah terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tetapi sangat jarang digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Masyarakat Indonesia lebih cenderung menggunakan bentuk aslinya atau padanan kata bahasa Indonesia yang sudah ada sebelumnya. Kata yang pertama adalah gim. Kata gim merupakan serapan dari bahasa Inggris yaitu game dengan pelafalannya /geim/. Di dalam KBBI, kata gim ini memiliki makna “n permainan” dengan kelas kata nomina. Masyarakat Indonesia yang belum mengetahui kata serapan untuk gim ini, lebih sering menggunakan padanan kata permainan. Kata yang kedua adalah keik. Kata keik merupakan serapan dari bahasa Inggris yaitu cake dengan pelafalan /keik/. Kata keik adalah kelas kata nomina yang memiliki makna “n penganan yang biasanya terbuat dari adonan terigu, telur, gula, mentega dan sebagainya, dipanggang atau dikukus dalam loyang”. Masyarakat Indonesia yang belum mengetahui kata serapan untuk keik ini, lebih sering menggunakan padanan kata kue. Kata yang ketiga adalah mekap. Kata mekap merupakan serapan dari bahasa Inggris yaitu make-up dengan pelafalan /ˈmeɪk ʌp/. Berdasarkan pelafalan dari bahasa asli tersebut, kata make-up kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi mekap. Di dalam KBBI, kata mekap yang merupakan kelas kata nomina memiliki makna “n cak tata rias muka”. Masyarakat Indonesia yang belum mengetahui kata mekap ini lebih sering menggunakan padanan kata berdandan.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Fury Buhair dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Berita Sesudah

Puisi-puisi Amalia Aris Saraswati

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Perempuan Indonesia Tidak Mengenal Mekap

Minggu, 06/7/25 | 10:35 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas) Layakkah ini dijadikan kesimpulan? Perempuan...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Kata hidup dan mati termasuk dua kata yang...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Mengenal syarat paragraf yang ideal dalam membuat...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Amalia Aris Saraswati

Puisi-puisi Amalia Aris Saraswati

Discussion about this post

POPULER

  • Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 100 Hari Kerja Wali Kota Padang Capai Kepuasan 80 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mambangkik Batang Tarandam dalam Naskah Drama “Orang-orang Bawah Tanah” karya Wisran Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Angka Penyalahgunaan Narkoba di Sumbar Sempat Tempati Posisi Tertinggi, Kapolda : Kita Bakal All Out

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Festival Sepak Bola Usia Dini KNPI CUP Bentuk Mental Juara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemko Padang Percepat Pembangunan Infrastruktur Jalan di Beringin Ujung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024