Menampar Purnama
Biarkan aku menampar purnama
karena rindu adalah bentuk paling asing
dalam kehidupan yang kapitalis ini. Sedang rintik
hujan adalah kebengongan bahasa yang diper-
malukan! Bagai emak-emak lampu sen kanan
belok ke kiri. Apakah ini rahasia semesta dalam
mempertelekan ideologi?
Tangan ini sudah lama
gatal hendak menampar purnama. Melepas rindu dengan
membelai sangat konvensional, biarkan aku melangkah
pada ranah arbirter yang tak sekali pun disepakati olehmu
Padang, 2021
Tiga Kali Empat Senja Seribu Lima Ratus Saja
Aku lebih kampungan dari
senja yang memancarkan magenta di rok gantungmu
itu. Lebih tak terhitung waktu yang hilang di diri
kampungku. Apakah ini yang dinamakan sunyi
dalam perhitungan kekacauan yang pasti?
Sudah berapa kali kulantunkan dengan bunyi
paling noise dari pita suara yang serak ini, senja
klak, klak, klak, klak, klak, ah, hahai, uyeeeee.
Begitu kau tak mengerti. Silakan meniduri senja menggunakan
perkalian paling bocor yang ada di benak dan kekanak-kanakanmu
itu. Sudah tetap, tiga kali empat seribu lima ratus saja.
Padang, 2021
Cap Seribuan Luka
Aku lebih terluka melihat teh gelas
dalam kulkas tidak lagi dibeli anak-anak
daripada harus kehilangan senja di pinggir otakmu itu.
Penahkah kau tahu? Dua dari dua emak-emak lepau
tersedu-sedu merasakan kehilangan seruput anak-anak
setengah tiang saat menikmati teh gelas dingin seribuan.
Aku sudah ikut terluka dan akan merasakan
‘kehilangan sebelum senja itu ada, sebelum micro
kehilangan, dan makro kesunyian membersihkan
kemoceng setiap hari.
Padang, 2021
Jalan Orang Dalang
Sudah kucoba berlari bersama koran
ke dalam magma yang panas dingin kata orang dalang.
Masih tak kutemukan anak-anak sepi. Juga sudah ku-
katamkan pulau berkarang bersama sebotol air mineral,
tetap saja penat kudapatkan. Kusangka sepi untuk
mengaduk lima sampai delapan puisi.
Beginilah jika telah diaduk aksioma dan paksaisme.
Doktrin aku.
Doktrin aku wahai semesta. Tiada kesepian sepanjang
dan seterjal apa pun itu jalan.
Aduh, ternyata ini saja kata orang dalang.
Padang, 2021
Mengupil, Kemayu Senja
Benar aku merindukanmu mengupil di samping
kemayu senja. Dari cahaya kecil dan upilan itu
aku menemukan keindahan dalam keburukan tingkah
menurut mereka yang paling baik tingkah. Haruskah
aku memohon dengan tangis seperti meminta bantuan
amil zakat agar kau mengulang gerakan maha apik mengupil
di samping kemayu senja?
Benar aku merindukan itu, tiada lagi kepura-
puraan hendak kuselimuti. Kesinilah, pertemuan
rindu adalah upil yang menggigil gamang ketakutan
menunggu datangnya jari kelingkingmu.
Padang, 2021
Biodata Penulis
Diego Alpadani saat ini memiliki hobi duduk di Lepau Wo Wat sambil menikmati ota lapau. Ia sangat berharap dapat duduk di Lepau Wo Wat bersama Pevita Pearce dan ditraktir teh telur.