Senin, 16/6/25 | 05:05 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Bukan Aktifitas, Melainkan Aktivitas

Minggu, 06/12/20 | 07:19 WIB
Oleh:Ria Febrina, Dosen Linguistik Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas

Bentuk aktifitas dan aktivitas dapat dijadikan bahan pembicaraan yang menarik. Kedua bentuk ini selalu diperbincangkan dalam ranah pembelajaran bahasa Indonesia. Banyak yang keliru dalam menuliskan bentuk aktivitas menjadi aktifitas karena ada bentuk aktif dalam bahasa Indonesia sehingga bentuk turunan (yang dianggap benar) ialah aktifitas. Dalam proses pembentukan kata bahasa Indonesia, bentuk aktif dan aktivitas berasal dari proses yang berbeda.

Bentuk aktif berasal dari kata actief (bahasa Belanda) dan active (bahasa Inggris), sedangkan bentuk aktivitas berasal dari activiteit (bahasa Belanda) dan activity (bahasa Inggris). Ada dua proses penyerapan, yaitu -ief (bahasa Belanda) dan -ive (bahasa Inggris) menjadi -if dalam bahasa Indonesia sehingga muncul bentuk aktif dari actief-active; komunikatif dari communicatief-communicative; dan deskriptif dari descriptief- descriptive; -teit (bahasa Belanda) dan -ty (bahasa Inggris) menjadi -tas dalam bahasa Indonesia sehingga muncul bentuk aktivitas dari activiteit-activity, kreativitas dari creativiteit-creativity, dan produktivitas dari productiviteit-productivity. Dengan demikian, bentuk aktifitas tidak diturunkan dari bentuk aktif karena diserap dengan proses yang berbeda dari bahasa asing, baik dari bahasa Belanda maupun bahasa Inggris.

Mengapa kata tersebut harus ditelusuri dari bahasa Belanda dan bahasa Inggris? Kedua bahasa tersebut menjadi bahasa sumber sejumlah unsur serapan dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menyerap bentuk dari bahasa Belanda karena pernah bersinggungan dengan bangsa tersebut, khususnya selama masa penjajahan. Sementara itu, bangsa Indonesia menyerap bentuk dari bahasa Inggris karena perkembangan teknologi saat ini menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Hal tersebut menyebabkan sejumlah kata dari bahasa Inggris diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Berpijak pada bentuk –ief dan –ive serta –teit dan -ty, kata aktivitas menjadi bentuk yang salah jika ditulis menjadi aktifitas. Begitu juga dengan bentuk kreativitas menjadi bentuk yang salah jika ditulis menjadi kreatifitas dan bentuk produktivitas menjadi bentuk yang salah jika ditulis menjadi produktifitas. Lalu, apa yang memicu kesalahan tersebut?

BACAJUGA

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB
Dr Ria Febrina Isi Kegiatan Linguist Speak-Ngaji Linguistik edisi ke-10, Bahas Soal Linguistik Korpus

Dr Ria Febrina Isi Kegiatan Linguist Speak-Ngaji Linguistik edisi ke-10, Bahas Soal Linguistik Korpus

Rabu, 21/5/25 | 13:35 WIB

Pertama, bahasa Melayu sebagai sumber bahasa Indonesia tidak mengenal huruf /v/. Adib (2020) dalam “Sejarah Huruf V di Indonesia” menyatakan bahwa huruf /v/ baru muncul pada Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Poerwadarminta, yaitu pada awal kata, seperti variasi, ventilator, verifikasi, violet, virus, vital, dan vokal untuk menampung kata dari bahasa Eropa; serta pada tengah kata, seperti provinsi yang merujuk pada bahasa Belanda. Secara lengkap, kemunculan huruf /v/ pada Kamus Umum Bahasa Indonesia terjadi pada tahun 1966. Dengan demikian, masyarakat Indonesia pada awalnya memang tidak mengenal huruf /v/ sehingga dalam bentuk tulisan muncul huruf /f/ dan lahirlah bentuk aktifitas, kreatifitas, dan produktifitas.

Kedua, Google sebagai mesin pencari juga memberikan pengaruh dalam menerjemahkan bahasa Belanda dan juga bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Khusus untuk bentuk productiviteit dan productivity diterjemahkan menjadi produktifitas ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini menyebabkan pengguna bahasa Indonesia mempedomani hal tersebut tanpa mengecek bentuk baku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan juga tanpa mengecek proses penulisan unsur serapan pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Ketiga, di sejumlah blog yang ditulis oleh masyarakat Indonesia yang tidak berasal dari kalangan akademisi atau ahli bahasa, ditulis pandangan (tanpa teori) mengenai huruf /v/ yang dianggap mubazir dalam bahasa Indonesia karena bukan merupakan huruf sendiri. Dalam pandangan tersebut, justru diprovokasi agar dibuat kebijakan penghapusan huruf /v/ dalam bahasa Indonesia  karena dianggap dapat merendahkan bahasa Indonesia. Hal ini tentu saja menjadi pandangan yang keliru karena dapat menyebabkan kekacauan dalam proses penyerapan unsur asing.

Hal yang perlu disadari bersama-sama ialah bahasa Indonesia merupakan bahasa yang disepakati menjadi bahasa persatuan. Pada awal pembentukan bahasa Indonesia, seluruh kata dalam bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa sumber. Sementara itu, kata yang berasal dari bahasa asing, seperti bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa Sanskerta, bahasa Tamil, dan juga bahasa Inggris juga dapat menjadi bahasa Indonesia jika kata tersebut tidak ada atau tidak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia.

Penulisan unsur asing ke dalam bahasa Indonesia juga tidak semena-mena, tetapi harus mengikuti kaidah yang berlaku. Dalam kaidah bahasa Indonesia, proses penyerapan unsur asing memiliki keteraturan sehingga mudah dipahami. Hanya saja masyarakat Indonesia tidak suka membaca referensi terkait kaidah bahasa Indonesia, seperti KBBI dan PUEBI. Padahal, saat ini ada KBBI offline dan juga PUEBI dalam bentuk pdf yang bisa disimpan di handphone. Kapan saja bingung dengan penulisan kata baku dalam bahasa Indonesia, kita bisa membuka KBBI dalam hitungan detik. Bahkan, proses pembentukan kata tersebut juga dapat ditelusuri dengan membuka PUEBI atau berselancar di dunia maya. Kita hanya perlu membiasakan diri untuk cek, ricek, dan kroscek agar cerdas dalam berbahasa.

Tags: #Ria Febrina
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Bongkar Dua Naskah, Nan Tumpah Gelar Pertunjukan “Mencabik Pekik Sunyi”

Berita Sesudah

Ketika Merek Menjadi Nama Sebuah Benda

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Indonesia dalam Korpus Histori Bahasa Inggris

Minggu, 18/5/25 | 10:49 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Setelah menelusuri kosakata bahasa Indonesia dari berbagai kamus-kamus...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Angka romawi menjadi salah satu angka yang digunakan...

Memaknai Kembali Arti THR

AI dan Kecerdasan Bahasa Indonesia

Minggu, 04/5/25 | 13:26 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Pengaruh AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan tidak...

Berita Sesudah

Ketika Merek Menjadi Nama Sebuah Benda

Discussion about this post

POPULER

  • Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

    Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Magister Ilmu Komunikasi FISIP UPNVJ Raih Akreditasi Baik Sekali dari BAN-PT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puan Maharani Apresiasi Meta Dukung Indonesia Berantas Judi Online

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Warga Koto Padang Dharmasraya Swadaya Perbaiki Jembatan Gantung yang Ambruk

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aliansi OKP se-Dharmasraya Minta Polres Dharmasraya Tingkatkan Pengawasan Keamanan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Frasa tentang Iklim dalam Situs Web Greenpeace

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024