Kecelakaan tersebut menewaskan dua siswi SMA Negeri 10 Padang, yakni Nabila Khairunisa, putri Kapolres Solok Kota AKBP Mas’ud Ahmad, serta sahabatnya, Alya Azzura. Keduanya meninggal di lokasi setelah mobil yang ditumpangi terseret kereta sejauh 10 meter.
Suasana haru menyelimuti rumah duka kedua korban. Wakil Gubernur Sumbar, Vasko Ruseimy, turut hadir memberikan belasungkawa langsung kepada keluarga. “Atas nama Pemerintah Provinsi Sumbar, saya menyampaikan duka yang mendalam. Semoga keluarga diberi ketabahan,” ujarnya.
Namun, Vasko menegaskan bahwa tragedi ini tidak boleh hanya diingat dengan air mata. Menurutnya, ada banyak persoalan keselamatan di perlintasan sebidang yang harus segera dibenahi. Dari pengecekan lapangan, ia menemukan banyak rambu peringatan kereta api yang mati dan sistem pengaman yang tidak berfungsi optimal.
“Setiap kerusakan sekecil apa pun pada rambu peringatan harus dicatat, diperbaiki, dan diawasi. Kita tidak boleh menunggu sampai ada korban lagi,” tegasnya.
Ia juga meminta PT KAI memperketat prosedur keselamatan, salah satunya dengan memastikan masinis wajib membunyikan klakson sejak jarak jauh sebelum perlintasan. Menurutnya, hal ini penting agar masyarakat yang melintas punya waktu cukup untuk bersiaga.
Saksi mata, Edi (60), mengaku kaget dengan kerasnya benturan saat mobil tersambar kereta. “Mobilnya terseret beberapa meter, suaranya keras sekali. Warga semua panik,” katanya.
Seluruh korban segera dievakuasi ke RS Yos Sudarso. Selain dua korban meninggal, beberapa siswa lainnya masih dirawat intensif dengan kondisi sebagian kritis.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit bahwa perlintasan kereta masih menjadi titik rawan kematian di Sumbar. Vasko menekankan agar Balai Teknik Perkeretaapian, PT KAI, dan seluruh instansi terkait bergerak cepat memperketat standar keselamatan.
“Keselamatan publik harus jadi prioritas. Jangan sampai ada lagi nyawa yang melayang di perlintasan kereta api,” tutup Wagub.(Adpsb)