Padang, Scientia.id – Penggunaan gawai atau gadget telah menjadi bagian integral dari kehidupan modern, menawarkan kemudahan akses informasi, komunikasi, dan hiburan yang tak tertandingi. Perangkat seluler, tablet, dan komputer telah berevolusi menjadi alat yang sangat diperlukan untuk bekerja, belajar, berinteraksi sosial, dan bahkan berbelanja. Namun, di balik manfaat yang ditawarkan, terdapat bahaya laten dari penggunaan gadget yang berlebihan, terutama dalam konteks sosial, psikologis, dan kesehatan individu. Penggunaan gawai yang berlebihan dapat mengganggu perkembangan anak usia prasekolah. Anak-anak yang terpapar gawai sejak usia dini berisiko mengalami keterlambatan bicara, kesulitan belajar, dan masalah perilaku. Penggunaan gawai yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik, seperti nyeri leher, nyeri punggung, carpal tunnel syndrome, dan gangguan penglihatan. Selain itu, paparan layar gawai yang berlebihan dapat mengganggu pola tidur dan menyebabkan insomnia. Penggunaan gawai yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan. Kecanduan gawai dapat menyebabkan berbagai masalah psikologis, seperti depresi, kecemasan, dan isolasi sosial.
Salah satu konsekuensi paling signifikan dari penggunaan gadget berlebihan adalah dampaknya terhadap interaksi sosial. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, paradoksnya, individu justru semakin terisolasi secara sosial. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk menatap layar dapat mengurangi kesempatan untuk berinteraksi tatap muka, membangun hubungan yang bermakna, dan mengembangkan keterampilan sosial yang penting. Interaksi sosial yang terjadi lewat media dapat membuat ikatan solidaritas sosial masyarakat menjadi melemah. Hal ini dapat menyebabkan perasaan kesepian, alienasi, dan kurangnya dukungan sosial, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Selain itu, penggunaan media sosial yang berlebihan, yang seringkali difasilitasi oleh gadget, dapat memperburuk perbandingan sosial dan perasaan tidak aman, karena individu terus-menerus terpapar pada representasi kehidupan orang lain yang telah dikurasi dan diidealkan . Dalam konteks pendidikan, penggunaan gadget berlebihan dapat mengganggu proses belajar dan sosialisasi anak di sekolah.
Dari perspektif psikologis, penggunaan gadget berlebihan dapat memiliki efek yang merusak pada kesehatan mental dan emosional. Ketergantungan pada media sosial dan internet yang bermasalah seringkali muncul sebagai akibat dari penggunaan smartphone yang berlebihan. Paparan konstan terhadap notifikasi, pembaruan, dan aliran informasi yang tak henti-hentinya dapat menyebabkan kelebihan informasi, stres, dan kesulitan berkonsentrasi. Selain itu, lingkaran umpan balik dari validasi sosial melalui suka, komentar, dan berbagi dapat menciptakan rasa ketergantungan dan kecemasan ketika individu tidak menerima tingkat perhatian yang mereka inginkan. Lebih jauh, beberapa orang mengalami gejala penarikan ketika ponsel cerdas mereka tidak tersedia, mengidam untuk terhubung dan online . Penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi, kecemasan, citra tubuh yang buruk, dan harga diri yang rendah.
Dari sudut pandang kesehatan fisik, penggunaan gadget berlebihan juga menimbulkan risiko yang signifikan. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk menatap layar dapat menyebabkan ketegangan mata, sakit kepala, dan penglihatan kabur, suatu kondisi yang dikenal sebagai sindrom penglihatan komputer. Selain itu, penggunaan gadget yang berkepanjangan, terutama ponsel cerdas, dikaitkan dengan masalah muskuloskeletal seperti nyeri leher, nyeri bahu, dan carpal tunnel syndrome, akibat postur tubuh yang buruk dan gerakan berulang. Kurangnya aktivitas fisik yang sering menyertai penggunaan gadget berlebihan juga berkontribusi pada gaya hidup yang tidak banyak bergerak, yang meningkatkan risiko obesitas, penyakit kardiovaskular, dan kondisi kesehatan kronis lainnya. Selain itu, penggunaan smartphone dan komputer dalam durasi yang lama dapat menyebabkan masalah tidur pada remaja. Hal ini ditandai dengan latensi onset tidur yang lebih lama, durasi tidur yang lebih pendek, dan rasa kantuk di siang hari.
Penting untuk dicatat bahwa dampak negatif dari penggunaan gadget berlebihan tidak terbatas pada orang dewasa; anak-anak dan remaja sangat rentan terhadap konsekuensi buruknya. Otak yang sedang berkembang sangat sensitif terhadap efek stimulasi berlebihan dan paparan layar yang berkepanjangan, yang dapat mengganggu perkembangan kognitif, rentang perhatian, dan kemampuan mengatur emosi. Anak-anak yang menghabiskan banyak waktu untuk bermain game, menonton video, atau menggunakan media sosial mungkin mengalami kesulitan berkonsentrasi di sekolah, menyelesaikan tugas, dan berinteraksi dengan teman sebayanya dalam kehidupan nyata. Selain itu, paparan terhadap konten yang tidak pantas atau berbahaya secara online dapat memiliki efek psikologis yang merusak pada anak-anak dan remaja, yang menyebabkan kecemasan, depresi, atau perilaku berisiko. Perangkat layar sentuh yang berlebihan dapat memicu masalah emosional dan perilaku pada bayi dan balita. Selain itu, penggunaan waktu layar yang berlebihan memengaruhi waktu tidur dan kualitas tidur, dan akibatnya dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, kadar kolesterol rendah, penyakit kardiovaskular, dll. Pembelajaran jarak jauh yang mengandalkan gawai juga memiliki dampak negatif berupa pembelajaran yang sekadar menjadi formalitas belaka dan siswa tidak memahami materi ajar. Pada akhirnya, diperlukan pendekatan yang seimbang dan moderat untuk penggunaan gadget, dengan kesadaran akan potensi risiko dan manfaat.(*)