Ketika beraktivitas di media sosial, kita sering menemukan beberapa kata yang populer di kalangan pengguna media sosial. Kata-kata tersebut representasi perilaku pengguna media sosial. Kata kepo dan julid merupakan dua kata yang cukup populer kita temukan dalam media sosial. Kata-kata itu diucapkan dengan model kalimat yang beragam, seperti contoh-contoh di bawah ini.
- Jangan kepo dengan urusan orang lain!
- Kepo kadang perlu untuk mengenal seseorang lebih dalam!
- Keponya cewek bisa mengalahkan FBI.
- Terlalu kepo bisa membuatmu baperan.
- Kekepoanmu bisa menyakitimu.
- Aduh, julid amat sih jadi orang!
- Orang julid ga usah diladeni!
- Orang julid tanda tak mampu.
- Dia jago ngejulidin orang.
- Sifat julid membuatmu tak tenang.
Kalimat-kalimat di atas merupakan bentuk penggunaan kata kepo dan julid di media sosial. Untuk mengetahui lebih dalam tentang kata kepo dan julid, mari kita baca deskripsi berikut. Pertama, kita akan membahas kata kepo. Kepo berasal dari kaypoh yang digunakan dalam percakapan sehari-hari di Singapura. Kaypoh merupakan bentuk bahasa Singlish atau bahasa Singapura-English artinya seseorang yang selalu ingin tahun dan turut campur dengan masalah orang lain (rri.co.id). Dalam bahasa Indonesia kata kaypoh mengalami sedikit perubahan bunyi sehingga ditulis dalam bentuk yang lebih singkat dengan menghilangkan huruf y dan h serta mengganti huruf a dengan e agar mudah untuk diartikulasikan sebagai kepo. Selanjutnya, kepo berarti ‘orang yang selalu ingin tahu dan ikut campur terhadap masalah orang lain’. Kepo juga ada dalam bahasa Jawa yang berarti ‘menguping atau mencari tahu masalah orang lain yang bukan urusannya’.
Dalam bahasa Inggris pun kata kepo juga memiliki makna tersendiri. Kepo merupakan bentuk singkat dari knowing every particular object yang berarti ‘mengetahui setiap objek tertentu’ (Kumparan dalam rri.co.id). Dalam bahasa sederhana, kepo dapat diartikan sebagai ‘mengetahui setiap atau suatu objek dengan rinci dan mendalam’. Sementara itu, dalam bahasa Hokkian, Tionghoa, Medan, kepo berarti memarahi atau mengejek orang lain yang mengurus hal-hal yang bukan urusannya atau bukan pekerjaannya.
Kemudian, tingginya tingkat penggunaan kata kepo di kalangan pengguna media sosial menyebabkan kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia. Bukti penyerapan kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia dapat dilihat melalui kehadirannya dalam entri Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata kepo dalam KBBI diberikan keterangan sebagai cak yang berarti bentuk percakapan atau bentuk kata yang digunakan dalam percakapan lisan. Kepo dalam KBBI diartikan ‘sebagai rasa ingin tahu yang berlebihan tentang urusan orang lain’.
Kepo menjadi salah satu bentuk kosakata baru yang muncul dari kreativitas berbahasa anak muda di media sosial. Artinya, kreativitas berbahasa anak muda mempunyai peran besar terhadap lahirnya bentuk-bentuk kosakata baru dalam bahasa Indonesia. Pada akhirnya, media sosial mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia.
Selain kata kepo, kata kedua yang tidak kalah populernya adalah kata julid. Kata ini berasal dari bahasa Sunda yang merupakan bentuk singkat dari bin julid yang artinya ‘orang yang mempunyai sifat iri hati dan dengki’. Julid digunakan untuk menyebut orang yang kepo, iri hati, dengki, dan nyinyir terhadap kehidupan orang lain. Kata ini awalnya hanya kata biasa dalam bahasa Sunda yang berposisi sama dengan kata lain untuk menyebut orang yang mempunyai sifat iri dan dengki serta suka nyinyir terhadap hidup orang lain.
Artis dan penyanyi Syahrini sering menggunakan kata julid untuk merespon orang-orang yang memberikan komentar negatif terhadap dirinya. Alhasil, kata ini sekarang menjadi populer untuk menyebut orang-orang yang nyinyir, kepo, dan suka membicarakan kehidupan orang lain, baik di media sosial ataupun dalam kehidupan nyata.
Kata julid juga termasuk ke dalam salah satu entri KBBI. Kata julid merupakan kata sifat (adjektiva) yang biasa digunakan dalam ragam bahasa percakapan. Julid dalam KBBI diartikan sebagai ‘iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain’. Perilaku julid biasanya dilakukan dengan menulis komentar, status, atau pendapat di media sosial yang menyudutkan orang-orang tertentu.
Pada akhirnya, kepo dan julid awalnya bukan merupakan kosakata bahasa Indonesia. Kedua kata ini berasal dari bahasa yang berbeda, yaitu bahasa asing (bahasa Singapura-English) dan bahasa daerah (bahasa Sunda) yang kemudian menjadi bentuk kosakata baru dalam bahasa Indonesia. Popularitas kedua kata ini merupakan representasi perilaku sosial masyarakat pengguna media sosial. Dengan kata lain, kedua kata ini populer karena banyak orang yang mempunyai sifat kepo dan julid terhadap kehidupan orang lain serta masih banyak orang belum bisa menghormati batasan-batasan privasi orang lain di media sosial. Jadi, keberadaan kata kepo dan julid merupakan salah satu sentilan terhadap fungsi bahasa, seperti pernyataan Widjono (2012) bahwa salah satu fungsi bahasa adalah untuk mengendalikan komunikasi atau perilaku sosial agar orang-orang yang berkomunikasi dapat saling memahami bukan saling menuding dan mengeluarkan kata-kata tidak baik terhadap satu sama lain.
Sementara itu, dari segi kebahasaan, kata kepo dan julid termasuk ke dalam bentuk kreativitas berbahasa pengguna media sosial. Kreativitas berbahasa mempunyai peran penting terhadap lahirnya bentuk-bentuk kosakata baru dalam bahasa Indonesia, tidak peduli apakah kata tersebut memiliki makna negatif ataupun positif. Bentuk-bentuk kosakata baru merupakan bukti perkembangan dan kedinamisan bahasa Indonesia.
Discussion about this post