Rabu, 02/7/25 | 04:16 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Representasi Tradisi dalam Film Saranjana

Minggu, 19/11/23 | 07:09 WIB

Oleh: Rizky Amelya Furqan
(Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

 

“Budaya adalah seni yang diangkat menjadi seperangkat keyakinan.”
 – Thomas Wolfe (American Novelist)

BACAJUGA

Memori Kolektif Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto

Memori Kolektif Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto

Minggu, 06/10/24 | 06:53 WIB
“Pendokumentasian” dan Cultural Tourism

“Pendokumentasian” dan Cultural Tourism

Minggu, 18/8/24 | 10:49 WIB

Tradisi menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari suatu masyarakat. Walaupun, banyak tradisi yang sudah berda pada posisi marjinal karena proses perkembangan zaman. Namun, pada saat ini tradisi kembali disorot sebagai sesuatu yang menarik dan unik sehingga dengan menyuarakan tradisi kepada orang di luar pengguna tradisi tersebut menjadi sebuah ketertarikan untuk objek penelitian, pariwisata, dan keingintahuan lainnya. Dengan demikian, tradisi dikemas dalam berbagai bentuk visual, baik sebagai objek wisata, karya sastra dalam bentuk novel atau cerpen, bahkan film.

Film yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan adalah film yang berjudul Saranjana: Kota Ghaib. Film yang disutradarai oleh Johansyah Jumberan dan diproduksi oleh Darihati Films sudah tayang di bioskop seluruh Indonesia semenjak tanggal 26 Oktober 2023. Dalam 17 hari tayang film ini sudah tembus 1 juta penonton. Adinda Azani, Luthfi Aulia, Irzan Faiq, Ajeng Fauziah, Betari Ayu, adalah beberapa pemain yang ada pada film dengan durasi 98 menit dengan latar tradisi dan budaya masyarakat Kalimantan.

Kepercayaan masyarakat Kalimantan terkait kota ghaib yang maju menjadi latar belakang kemunculan film yang dipasarkan oleh DHF Entertaiment. Keyakinan tersebut tentu saja tidak hadir begitu saja, tetapi memang sudah banyak terjadi dalam masyarakat, misalnya ada di antara mereka yang hilang, lalu kembali dengan berbagai cerita menakjubkan dan terkadang mereka mengira baru pergi sebentar, tetapi ketika berada di dunia nyata yang kita tempati mereka sudah pergi berhari-hari. Bahkan, ada juga orang-orang yang tidak kembali lagi setelah hilang. Dalam film digambarkan ada seorang anak yang sudah hilang tujuh tahun. Peristiwa seperti ini tidak hanya terjadi di Kalimantan, tetapi juga di berbagai daerah sehingga masyarakat percaya bahwa orang yang hilang tiba-tiba dianggap dilarikan ke daerah lain di luar dunia yang kita tempati saat ini. Mereka yang hilang tersebut adalah orang-orang terpilih serta tidak sembarang orang juga bisa berkunjung ke kota itu.

Film ini dimulai dari Adinda Azani yang berperan sebagai Shita dalam kondisi pikiran yang kurang baik dan tiba-tiba menghilang diajak orang yang tidak dikenal, tetapi menggunakan pakaian adat. Dari pembukaan film sudah digambarkan bagaimana tradisi yang ada di dalam masyarakat Kalimantan. Setelah kejadian ini, banyak hal-hal yang berkaitan dengan tradisi masyarakat yang digambarkan dalam film dengan genre horor petualangan ini. Namun, seperti tanggapan generasi muda terkait dengan tradisi yang menjadi suatu hal mistis dan ketinggalan zaman juga digambarkan di dalam film, misalnya Rendi yang tidak percaya dengan ucapan Event Organizernya bahwa kemungkinan Shita menjadi orang terpilih yang dibawa ke “kota sebelah”.

Tidak hanya hal di atas, tetapi juga ada kepercayaan masyarakat terkait “orang pintar” yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan hal gaib, bahkan ia sudah bisa tahu jika akan ada orang yang datang mengunjunginya untuk bertanya hal-hal yang bersifat magis. Hal lain yang menggambarkan kekentalan tradisi dalam film ini, seperti kepercayaan seorang istri “orang pintar” atau dukun terkait dengan jika dia keluar dari kelambu, musuh-musuh suaminya akan menyantetnya. Penggambaran dialog ini cukup detail karena sebelumnya si istri meludah ke dalam sebuah mangkok dan yang keluar ternyata adalah ludahan darah setelah air dalam mangkok tersebut dibuang oleh orang yang membantu keluarga itu

Penggambaran tradisi yang lain banyak terlihat dalam proses pencarian Shita, misalnya ketika teman-teman disuruh untuk mencari mandau (senjata berbentuk parang, tetapi berbungkus seperti keris) dan pohon halau-halau yang berada di tengah hutan. Mereka harus menempuh perjalanan dua hari dengan cara berjalan kaki. Selain itu, juga ada penyampaian bahwa jika mandau yang sudah dikuburkan bersama yang punya tersebut diambil, akan terjadi bala atau musibah. Hal ini terlihat dari adanya tiga orang teman-teman pencari Shita yang meninggal dengan cara yang berbeda-beda. Pertama karena dadanya dimakan tuyul, kedua karena ikut menari topeng Kalimantan karena orang yang ikut menari ini tidak akan berhenti sampai ia meninggal, dan ketiga karena tertusuk mandau. Kepercayaan yang ada di masyarakat tidak boleh dilanggar karena mereka yang melanggar akan dianggap terkena bala atau musibah sehingga banyak masyarakat yang masih mempercayai tradisi yang mereka miliki dan berupaya tidak melanggar aturan-aturan yang telah dibuat oleh nenek moyang mereka.

Penceritaan film yang menggambarkan kepercayaan masyarakat terhadap Kota Saranjana semakin kuat karena adanya peta zaman dulu yang memang mencantumkan adanya kota tersebut. Hal ini akhirnya menarik perhatian banyak pihak, bahkan di media tiktok banyak content creator yang menelusuri Kalimantan secara langsung, di antaranya adalah Gusti Gina yang memberi judul videonya Penampakan Kota Ghaib Saranjana dan sudah ditonton 4.4 juta dengan 289 ribu suka. Dalam penelurusannya Gina menjelaskan bahwa ia mulai mencari cerita di Desa Oka-oka, Kecamatan Pulau Laut, Kota Banjar Baru. Kemudian, ia mewawancarai juri kunci Kota Ghaib Saranjana yang bernama Pua Bella. Wawancara denga Pua Bella juga harus disetujui oleh penghuni Kota Saranjana, Menurut beliau orang yang ke Saranjana adalah orang yang sudah meninggal karena dulunya kota itu dihuni oleh manusia atau sering disebut dengan desa mati dan orang yang masih hidup pun juga bisa ke sana.

Tidak hanya penelusuran yang dilakukan oleh content creator di tiktok, tetapi jika dilakukan pencari di google juga banyak ditemukan tulisan-tulisan yang terkait dengan Kota Saranjana. Tulisan tersebut bisa ditemukan di detik.com, kompas, liputan6, republika online, dan lain-lain. Salah satu judul tulisan yang ada di detik.com adalah “Kisah Saranjana dan Kaitannya dengan Gunung Sebatung” atau tulisan yang ada di Kompas dengan judul “Menelusuri Kota Ghaib Saranjana, lokasi, penamaan, hingga sejarahnya”.

Hal di atas membuktikan bahwa kepercayaan yang ada di masyarakat ketika dikemas dengan cara berbeda, dapat menimbulkan daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Setiap masyarakat pada hakikatnya memiliki kepercayaannya masing-masing terkait dengan orang hilang. Jika di Saranjana ada anggapan bahwa orang hilang bisa mereka temukan dengan mandau dan melewati pohon halau-halau, di Sumatera Barat ada orang yang dilarikan oleh hantu aru-aru maka harus dicari dengan cara diteriakan namanya sambil memukul piring besi atau lebih dikenal dengan piriang kanso. Oleh sebab itu, memahami tradisi dan budaya yang di dalam sebuah masyarakat jadi menarik karena kasus yang sama bisa diselesaikan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan tradisi masing-masing daerah.  

Tags: #Rizky Amelya Furqan
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Novel Sang Pemimpi Analisis Strukturalisme Genetik

Berita Sesudah

The Day Before the Wedding (2023): Simbol Integral Kemerdekaan Perempuan

Berita Terkait

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Minggu, 15/6/25 | 10:52 WIB

Oleh: Mita Handayani (Mahasiswa Magister Linguistik FIB Universitas Andalas)   Cassirer (dalam Lenk, 2020) mengatakan bahwa manusia adalah animal symbolicum,...

Metafora “Paradise” dalam Wacana Pariwisata

Frasa tentang Iklim dalam Situs Web Greenpeace

Minggu, 15/6/25 | 09:39 WIB

Oleh: Arina Isti’anah (Dosen Sastra Inggris, Universitas Sanata Dharma) Baru-baru ini kita disadarkan oleh fenomena kerusakan alam Raja Ampat yang...

Berita Sesudah
Penggambaran Perempuan Muda dalam Serial Hello, My Twenties! Season 1

The Day Before the Wedding (2023): Simbol Integral Kemerdekaan Perempuan

Discussion about this post

POPULER

  • Ketua DPD Partai Golkar Sumbar terpilih, Khairunnas saat menerima dokumen persidangan. [foto : ist]

    Khairunnas Kembali Pimpin Golkar Sumbar, Terpilih Secara Aklamasi dalam Musda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jembatan Akses Utama Kampung Surau Rusak Parah, Warga: Jangan Sampai Ada Korban Jiwa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Musda Golkar Sumbar Digelar Besok, Ketua Umum Bahlil Lahadalia dan Sejumlah Tokoh Nasional Hadir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Depan “dari” dan “daripada” yang Tidak Tepat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yonnarlis Ungkap Pentingnya Sinergi dan Kolaborasi Masyarakat dan Polri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peringatan HUT ke-79 Bhayangkara, Ketua DPRD Dharmasraya: Polri Harus jadi Pelayan Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024